46 - PERTANYAAN REYHAN

1.9K 146 33
                                    

Sebuah tempat asing di Dunia lain.

Saat itu Luwi merasakan dirinya seperti terlempar dari satu dimensi ke dimensi lain.

Hingga akhirnya dia jatuh pada satu tempat asing. Sebuah tempat yang sangat sunyi, sepi dan senyap. Luwi tak mendapati seseorangpun disana selain dirinya. Sampai akhirnya sebuah suara tiba-tiba mengagetkannya.

"Belum saatnya kamu di sini. Perjalananmu di dunia masih panjang. Terima kasih sudah menyelamatkan dia. Seandainya tidak ada kamu, mungkin hari ini dia sudah bergabung bersamaku di sini. Kamu sudah menyelamatkan hidupnya. Maka kamu dan dia berhak untuk bahagia. Kembalilah..."

Anggia...

Luwi mengingat satu nama itu. Dia adalah adik Hardin.

Luwi hendak berbicara saat tubuhnya kembali tertarik oleh sebuah putaran angin yang dia sendiri tidak mengerti. Angin itu terus berputar membawanya terbang dan menghilang dalam kerjapan mata.

Dan sebuah alat pendeteksi detak jantung di ruangan operasi atau yang biasa disebut sebagai Elektrokardiograf atau EKG mengirim sinyal kembali melalui elektrode-elektrodenya yang terpasang di tubuh Luwi, setelah sebelumnya alat itu menjadi tidak berfungsi dikarenakan terhentinya detak jantung pasien.

Dan hal itu membuat beberapa tim medis berseru senang.

Operasi berhasil.

Dan itulah sejatinya, itulah keajaiban dari sebuah doa.

*****

Dua Minggu berlalu, kondisi Luwi sudah membaik.

Hardin sendiri yang meminta pihak rumah sakit untuk memberi pengobatan terbaik dan meminta dokter-dokter pilihan yang langsung menangani Luwi. Dan tentunya hal itu dia lakukan tanpa sepengetahuan siapa pun. Hardin hanya ingin Luwi cepat sembuh dan sehat seperti sedia kala. Hardin tidak mau terlalu larut dalam perasaan bersalahnya sendiri, jika harus melihat Luwi terbaring terlalu lama di rumah sakit.

"Gue besok ke Jakarta. Jadi, gue titip Luwi sama Gibran ya, soalnya Jodiekan udah nggak di Bandung lagi. Dia udah pindah ke bogor ke tempat bokapnya. Gue juga nggak mau nunda-nunda pekerjaan di Jakarta yang udah ngaret dua minggu." ucap Reyhan.

Sore itu Hardin diminta oleh Reyhan untuk mampir ke rumah sakit. Karena Reyhan sendiri bingung harus meminta tolong pada siapa lagi untuk menjaga adik dan keponakannya.

"Sebenernya masalah kantor di Jakarta bisa gue sendiri yang back up dari kemarin-kemarin, tapi Opah tetep ngotot nyuruh lo yang harus ke sana. Dia bilang kalau gue yang ke sana sama aja boong, soalnya gue udah ke makan sama omongannya Dimas. Nggak taulah, kenapa Opah bisa curiga begitu sama Dimas. Padahal Dimas itu nggak seburuk yang Opah pikir." jelas Hardin pada Reyhan. Dia sendiri sebenarnya tidak merasa keberatan jika dimintai tolong untuk menjaga Gibran, tapi kalau Luwi, dia jadi berpikir dua kali.

Hardin sendiri heran dengan apa yang dia rasakan akhir-akhir ini terhadap Luwi. Bayangan wanita itu selalu mengganggu pikirannya di setiap waktu senggang yang dia miliki. Bahkan beberapa kali sempat mampir dalam mimpi basahnya saat Katrina sang Istri sedang berhalangan untuk melayaninya di malam hari.

Bayangan itu seolah menghipnotisnya, membuatnya jadi sering tersenyum-senyum sendiri. Meski setelahnya dia terus berusaha untuk membunuh bayangan itu dari pikirannya. Dia terus meyakinkan hatinya bahwa ini hanyalah perasaan fana, akibat refleksi rasa bersalahnya yang kian mendalam pada sosok Luwi.

CINTA DARI MASA LALU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang