Reyhan sengaja memilih rumah sakit Santosa Bandung sebagai alternatif pengobatan untuk Gibran.
Karena rumah sakit Bandung satu ini dikenal memiliki layanan standar internasional yang tak hanya bekerjasama dengan instansi lokal, tapi juga institusi kesehatan luar negeri.
Dan salah satu peralatan canggih di sini adalah MSCT Scan-64 Slice, yang bisa mendeteksi penyakit jantung sejak dini.
Reyhan berharap penyakit jantung Gibran bisa sembuh jika Gibran menjalani pengobatan rutin di sini. Meski kemungkinan untuk sembuh dari penyakit jantung bawaan sangatlah kecil, tapi Reyhan tidak mau patah semangat sebelum berjuang.
Mereka baru saja menerima nomor antrian untuk pengobatan jantung Gibran. Sementara untuk luka memar di punggung Luwi sudah tidak terlalu sakit. Jadi Luwi meminta Reyhan untuk tidak perlu mengkhawatirkan dirinya. Luwi cukup tahu diri untuk tidak lebih merepotkan sang Kakak. Reyhan sudah mengeluarkan banyak biaya untuk membayar pengobatan Gibran, belum lagi biaya hidup dirinya dan Gibran yang kini menjadi tanggungan Reyhan sepenuhnya. Hal itu sudah cukup menyulitkan Reyhan, meski Luwi tahu Reyhan sama sekali tidak merasa terbebani dengan kehadiran mereka, tapi tetap saja Luwi merasa tidak enak hati. Luwi merasa bahwa kehadiran dirinya dan Gibran di dalam hidup Reyhan tak bedanya dengan benalu yang menghinggapi pohon supaya dapat bertahan hidup.
Reyhan, Luwi dan Gibran sedang membeli cemilan di kantin rumah sakit ketika seorang wanita bercadar berdiri di sebelah Reyhan. Wanita itu sepertinya ingin membeli sesuatu.
Hal itu menyita perhatian Reyhan. Ditambah dia sepertinya mengenal wanita itu.
"Bibi Atiqah?" sapa Reyhan.
Atiqah menoleh dan tersenyum di balik cadarnya.
"Nak Reyhan?"
"Assalammualaikum, Bi?"
"Waalaikumsalam, loh katanya kamu sedang berada di London?"
"Sudah pulang Bi, dua hari yang lalu baru sampai. Oh ya, kenalkan ini Luwi, adik saya dan ini Gibran anak Luwi, keponakan saya,"
"MasyaAllah... Tampan sekali kamu Gibran?" Bibi Atiqah terlihat mengelus pipi Gibran. Lalu dia bersalaman dengan Luwi.
"Bibi sedang apa disini, siapa yang sakit?" tanya Reyhan.
"Katrina... Dia keguguran." ucap bibi Atiqah ragu-ragu.
Reyhan terkejut. Mendadak dia jadi khawatir. Pasti rasanya sangat menyakitkan bagi seorang calon ibu ketika harus mengetahui dia telah kehilangan sang calon bayi. Reyhan harus memastikan bagaimana kondisi Katrina saat ini.
Bibi Atiqah sedang membayar barang yang baru saja dia beli saat Reyhan kembali bicara.
"Boleh saya menjenguk Katrina, Bi?"
"Tentu boleh, Nak Reyhan. Ayo, mari ikut,"
Reyhan, Luwi dan Gibran mengikuti langkah Bibi Atiqah di belakang. Tak lama kemudian mereka sampai disebuah ruangan rawat kelas VIP.
Bibi Atiqah menahan Reyhan sebentar diluar dan hanya mempersilahkan Luwi dan Gibran untuk masuk terlebih dahulu. Sebab Katrina tadi sedang di periksa tim medis, sehingga mengharuskannya membuka cadar. Reyhan pun menunggu di luar pintu masuk.
Di dalam ruangan itu Luwi melihat seorang perempuan tertidur di atas ranjang rumah sakit, dia sedang di periksa oleh beberapa perawat yang juga kesemuanya adalah seorang perempuan. Luwi melihat wajah perempuan itu. Sepertinya tidak asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DARI MASA LALU (End)
عاطفية# 1. Sahabat sejati (14 - 09 -2019) dr 440 cerita # 5. Pilu (07 - 11 - 2019 ) dr 632 cerita Kisah Romansa 21+ Follow dulu sebelum membaca... Sequel lanjutan dari CINTA DI BALIK CADAR Yang paling suka dengan cerita romantis yang bikin baper, ayo mari...