11 - ARLOJI LIONTIN

1.9K 127 19
                                    

"Kita mau kemana?" tanya Jodie heran. Matanya tak lepas memandang sesosok tubuh laki-laki jangkung dengan sayap indah berwarna putih yang menyatu dengan punggungnya. Seperti seorang malaikat. Meski Jodie sendiri tidak tahu pasti bagaimana wujud asli dari malaikat itu sendiri. Tapi yang jelas Jodie yakin laki-laki ini bukan laki-laki biasa.

Laki-laki itu tidak menjawab pertanyaan Jodie, dia hanya tersenyum dengan senyuman yang sangat manis, membuat Jodie terpana. Lalu Jodie merasa tangannya di genggam oleh laki-laki itu, dengan genggaman yang sangat kuat. Lagi-lagi dia mengajak Jodie terbang. Tinggi sekali. Melintasi angkasa, menembus cakrawala, menuju langit ke tujuh. Hingga setelahnya Jodie menemukan dirinya mengawang, bebas di hamparan jagat raya. Bentangannya luas tak terhingga. Bagaikan fatamorgana. Tubuh Jodie melayang di udara. Semuanya terasa ringan. Tak ada kesulitan. Seperti terbebas dari segala beban. Hingga tubuh mereka kembali berdekatan. Laki-laki itu menyentuh tubuhnya. Meraihnya ke dalam pelukan.

Dan rasanya sungguh luar biasa.

Jodie merasa laki-laki itu seperti tidak asing. Dia pernah melihat wajah laki-laki itu sebelumnya. Tapi dimana?

"Mendekatlah Jodie, maka kamu akan menemukan keajaiban dalam hatimu. Allah SWT bersamamu," ucap laki-laki itu.

Kalimat itu lagi?

Lalu sebuah suara bergemuruh dari langit terdengar memecah keheningan. Membahana ke seluruh antariksa. Membuat Jodie berteriak merasakan sakit pada telinganya akibat suara tersebut.

Lalu turun sebuah titik-titik air yang membasahi wajahnya. Hingga kemudian Jodie kembali membuka mata. Dia melihat sekeliling, semuanya terlihat berbeda.

Dia terbangun di kamar flatnya. Dan mendapati atap flatnya bocor. Membuat kasurnya basah sebagian.

Jodie melenguh tertahan.

Sial sekali! Pagi-pagi sudah hujan. Bocor pula! Dan dia hanya sendirian sekarang? Huft! Nasib-nasib... Keluhnya dalam hati.

Jodie mengangkat kasur lantainya dan dia sandarkan di dinding.

Sudah dua hari ini Jodie kembali hidup sendirian setelah Luwi dan Gibran di bawa pergi oleh laki-laki bernama Reyhan itu.

Astaga! Reyhan?

Jodie seolah berpikir keras. Dia masih ingat betul wajah laki-laki bersayap di dalam mimpinya itu. Dan kalau tidak salah, wajah itu mirip dengan Kakaknya Luwi. Reyhan!

Apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya? Kenapa bisa dia memimpikan laki-laki itu?

Jodie benar-benar tidak habis pikir.

Hingga akhirnya, dia menepis semua pikirannya tentang laki-laki dalam mimpinya itu maupun laki-laki bernama Reyhan, dia tidak mau ambil pusing. Diapun langsung berlalu dari kamar untuk mandi. Hari ini akan ada presentasi di kampus, jadi Jodie tidak mau konsentrasinya terganggu oleh-oleh hal-hal lain yang menurutnya tidak penting.

*****

Selesai presentasi tugasnya Jodie diperbolehkan meninggalkan ruangan oleh dosen pembimbingnya, Mr Charles. Jodie sangat senang karena nilai presentasinya bagus.

Jodie hendak berjalan menuju kantin kampus saat seorang laki-laki menarik lengannya dengan kasar.

Dia Max.

"Aduh, Max. Apa-apaan sih?" pekik Jodie kesakitan. Dia menarik lengannya dari tangan Max. Jodie sempat kaget melihat kepala Max yang dibalut perban. Meski dia sendiri tidak perduli.

"Dimana Luwi?" tanya Max, nada bicaranya terdengar sinis.

"Mana gue tau. Diakan udah nggak tinggal lagi sama gue, semenjak Kakaknya yang dari Indonesia itu dateng, Luwi sama Gibran tinggal sama Kakaknya itu."

"Mereka tinggal dimana sekarang?"

Mampus! Aduh Jodie! Mulut lu ember banget sih! Ngapain juga gue jujur sama orang kayak gini! Dasar bego!

Jodie memaki dirinya sendiri.

"Ng-gue nggak tahu."

"Lo jangan bohong sama gue? Lo taukan lagi berurusan sama siapa?" ancam Max pada Jodie. Hal itu jelas membuat Jodie takut.

"Oke-oke, gue kasih tau!"

***

Siang itu juga setelah kepergian Max, Jodie langsung ngibrit menuju Flat milik Reyhan. Dia harus cepat-cepat memberitahu mereka tentang Max.

Namun begitu sampai di sana dia tak mendapati siapapun di flat itu. Flat itu tampak kosong. Apa mungkin mereka sedang keluar? Pikir Jodie.

Akhirnya Jodiepun berniat menanyakan hal itu langsung kepada sang pemilik flat.

"Siang, Mrs. Kalau boleh tahu, orang yang menyewa flat itu pada kemana ya?"

"Oh, mereka semalam bilang mau kembali ke Indonesia. Dan apakah nona ini yang bernama Jodie?"

Ke Indonesia?

Dadakan sekali?

"Iya saya yang bernama Jodie. Ada apa ya?"

"Ada titipan untuk kamu, ini titipannya," wanita setengah baya itu memberikan secarik kertas kepada Jodie.

Setelah Jodie mohon pamit, diapun langsung membaca isi surat itu.

Untuk Jodie, sahabatku.

Terima kasih Jodie atas semua kebaikan yang udah lo kasih ke gue selama kurang lebih sepuluh tahun belakangan. Jelas semuanya nggak akan pernah bisa gue lupakan begitu saja.

Dan maaf kalau kepulangan gue ke Indonesia sangat terburu-buru. Sampai gue nggak pamitan sama lo, soalnya gue punya masalah sama Max. Semalem dia mau perkosa gue dan gue pukul kepala dia pakai botol sampai bocor.

Lo tahukan artinya?

Makanya gue dan Gibran langsung ambil penerbangan pertama malam tadi, menuju Indonesia.

Gue sama Gibran pamit ya. Sekali lagi, terima kasih.

Salam sayang, Luwina.

Jodie selesai membaca surat itu. Dia merasa kehilangan sekaligus lega, karena dengan begitu kehidupan Luwi dan Gibran mungkin akan menjadi lebih baik. Terlebih setelah adanya Reyhan yang menjaga mereka. Luwi pasti tidak akan takut lagi menghadapi masalah dalam kehidupannya. Dia memiliki Reyhan. Seseorang yang akan senantiasa menjaga Luwi dan Gibran.

Lo beruntung banget, Luwi. Nggak seperti gue?

Jodie sudah sampai di depan pintu flatnya. Kini tak ada lagi suara Gibran yang akan berteriak dan berlari ke arah pintu untuk kemudian membukakan pintu flat itu dari dalam. Dia menengok ke arah sofa, tempat dimana Luwi biasa menonton tv sambil tidur selonjoran jika sedang di rumah. Lalu pandangan Jodie beralih ke arah kamarnya, persis dekat setumpukan mainan yang tersimpan pada sebuah kotak besar. Disana tempat Gibran biasa menghabiskan waktunya untuk bermain.

Jodie hanya mendapati siluet bayangan mereka yang perlahan menghilang.

Jodie benar-benar kesepian sekarang.

Jodie hendak membawa kotak mainan milik Gibran untuk menyimpannya ke gudang, karena dia berpikir sudah tidak memerlukan mainan-mainan itu lagi. Namun sebuah suara gemerincing yang terdengar langsung menarik perhatiannya. Sebuah kalung arloji liontin berwarna perak jatuh tepat dibawah kakinya. Jodiepun memungut benda itu.

Milik siapa? Pikirnya bingung.

Diapun membuka liontin itu. Mendapati sebuah foto seseorang di dalamnya. Foto seorang wanita berseragam sekolah yang sedang tersenyum.

Yang jelas wanita ini cantik. Dan pada bagian liontin yang satunya terdapat sebuah tulisan yang bertuliskan.

'Katrina My Love'

*****

Stay tunes terus ya...

Jangan lupa vote dan komentnya...

Salam herofah...

CINTA DARI MASA LALU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang