21 - MEMINTA IZIN

1.7K 153 27
                                    

Hardin duduk di kursi kerjanya dengan kepala yang tersandar ke sandaran kursi. Matanya menerawang ke langit-langit atap kantornya. Pikirannya kini dipenuhi oleh sosok Angel.

Wanita licik itu sudah mengancamnya hingga membuatnya tak bisa berkutik dan terpaksa menyetujui persyaratan yang diajukan. Malam ini Angel meminta Hardin menjemputnya di Apartemen Angel yang berada di kawasan Menteng, Jakarta pusat. Untuk mengajak Hardin dinner romantis di Segarra Restoran yang terletak di tepi pantai Ancol. View disana sangat bagus apalagi di malam hari. Begitu katanya. Tanpa menyadari sedikitpun kalau laki-laki yang dia ajak bicara sama sekali tak perduli.

Dan satu hal lagi yang sampai saat ini membuat dirinya frustasi. Permintaan terakhir Angel setelah dinner romantis itu, dia mengajak Hardin untuk check in di ssbuah hotel bintang lima di daerah Jakarta. Dimana dirinya dan Hardin akan menghabiskan waktu satu malam bersama. Lantas alasan apa yang kini harus Hardin katakan kepada istrinya? Katrina pasti akan bertanya-tanya jika malam nanti dia harus kembali pergi.

Hardin benar-benar kehabisan akal.

"Katrina udah pulang?" tanya Reyhan yang baru kembali sehabis menunaikan shalat dzuhur. Matanya hanya mendapati sosok Hardin sendirian di dalam ruangan itu.

"Woy! Ditanya diem aja!" Reyhan melempar gulungan kertas tepat ke kepala Hardin.

"Eh, elo, Han. Kenapa?"

"Hmm, banyak pikiran kayaknya? Mending shalat dulu sana. Biar hati lebih tenang."

Hardin tersenyum tipis. Hardin ingin mengatakan sesuatu, tapi dia maju mundur. Takut Reyhan justru malah jadi curiga.

"Han, masalah tadi, lo jangan bilang sama siapa-siapa ya?" akhirnya Hardin berhasil mengutarakannya juga. Hardin khawatir Reyhan akan mengambil keuntungan atas apa yang baru saja dilihatnya tadi, dengan mengadukan hal itu kepada Katrina. Meski Hardin tau Reyhan bukan tipikal laki-laki seperti itu. Tapi yang namanya waspada itukan perlu.

Reyhan tersenyum kecut. "Masalah yang mana?" tanyanya pura-pura tidak tahu. Dia hanya mau Hardin bicara jujur padanya.

Hardin jadi semakin serba salah. Sebenarnya tadi itu Reyhan melihatnya berciuman dengan Angel atau tidak sih? Tanya batin Hardin.

"Nggak, nggak jadi. Ya udah, gue shalat dulu deh," akhirnya Hardin memilih untuk menutup percakapannya dengan Reyhan. Bicara dengan Reyhan itu sama seperti kita berbicara dengan dukun. Reyhan itu seolah memiliki ilmu dalam menebak pikiran orang lain. Jadi, sebelum Reyhan berhasil menebak apa yang telah terjadi antara dirinya dengan Angel, jadi ada baiknya Hardin memilih untuk menghindar.

Hardin sudah membuka kenop pintu ruangannya, saat tiba-tiba Reyhan bicara.

"Kalaupun gue memilih untuk diam, itu bukan karena gue mau membantu lo, tapi gue ngelakuin itu demi menjaga perasaan Trina. Gue nggak mau beban pikirannya bertambah cuma gara-gara kelakuan suaminya yang nggak tahu diri!"

Dan Hardinpun mematung di ambang pintu ruangannya.

Ternyata tebakannya kali ini benar.

Bingo!

*****

"Kamu mau pergi?" tanya Katrina pada Hardin yang tampak berpakaian rapi di depan cermin. Wajah Katrina mendadak muram. Padahal dia ingin mengajak suaminya keluar malam ini.

"Besok aku ada meeting dengan Mr.Kennedy di Jakarta, kalau aku berangkat besok dari sini, aku takut terlambat, jadi aku berangkat malam ini saja, tak apakan Trina?" ucap Hardin. Tak tega rasanya dia membohongi sang istri. Hanya saja, dia tidak memiliki jalan keluar lain selain menuruti kemauan Angel. Wanita itu mengancam akan mengirimkan video mesranya bersama Hardin dahulu, saat mereka sedang melakukan having Sex di Malaysia. Hardin takut jika Katrina sampai melihat hal itu, lantas Katrina akan meninggalkannya. Hardin tidak sanggup menerima kenyataan itu. Sungguh, dia tidak ingin kehilangan Katrina. Lagipula, seandainya dia tidak menyanggupi persyaratan itu, Angel pasti akan terus menerus mengganggunya. Dan Hardin tidak ingin ketentraman rumah tangganya bersama Katrina harus terganggu hanya karena wanita seperti Angel.

"Aku baru mau mengajakmu makan diluar. Aku bosan di rumah terus. Tadi saja aku hanya ke kantormu untuk mengantar makan siang, kamu malah marah-marah. Akukan bukan tahanan yang harus berada di dalam rumah terus setiap hari," ucap Katrina merajuk. Akhir-akhir ini Omah dan Opah seringkali pergi menghadiri acara-acara resmi rekan-rekan sejawatnya. Sementara Bibi Atiqah, Fatia dan Yusuf sudah kembali ke Cimahi. Katrina kesepian di rumah, meski ada Yumna, tapi tetap saja dia perlu yang namanya refreshing.

"Kalau begitu, weekend ini aku janji akan meluangkan seluruh waktuku untukmu," Hardin mengusap lembut pipi istrinya.

"Masih lama? Ini saja baru hari selasa? Kenapa sih aku tidak boleh keluar?" tanya Katrina protes.

"Aku khawatir Trina. Bukannya aku mau mengekangmu, hanya saja teror demi teror yang kamu terima itu membuatku berpikir dua kali untuk membiarkanmu keluyuran tanpa pengawalan di luar sana. Kecuali kalau kamu bersedia aku sewakan bodyguard untuk menjagamu, mungkin aku bisa sedikit lebih tenang,"

"Aku tidak mau!"

"Tuhkan, aku sudah tahu jawabanmu pasti tidak mau."

"Hardiiinn... Kalau begitu besok aku dan Yumna ijin ke Supermarket ya, didekat sini kok, aku mau melihat-lihat pakaian Yumna," Katrina menatap mata suaminya dengan tatapan penuh harap. Semoga suaminya mengijinkannya keluar kali ini.

"Aku tidak mengijinkan. Sekali aku bilang tidak, ya tidak!" Hardin kembali berkutat di depan cermin. Dia mulai mengancingkan kemejanya.

"Kamu egois! Kamu sebegitu khawatirnya terhadap keadaanku, tanpa kamu pernah berpikir bagaimana aku mengkhawatirkan keadaanmu saat kamu berada di luar!" Katrina mulai emosi. Dia tahu suaminya itu sangat mencintainya sampai dia melakukan ini semua demi menjaga keselamatan dirinya dan Yumna. Tapi dibalik itu semua dia juga harus mengerti bahwa Katrina sudah hampir mati bosan terus menerus menghabiskan hari-harinya di dalam istana ini.

Hardin sadar Katrina mulai ngambek. Wajahnya mendadak cemberut. Katrina duduk di tepi ranjang dengan tangan yang terlipat di depan dada. Membuatnya jadi tidak tega.

Hardin merengkuh tubuh istrinya ke dalam pelukan.

"Baiklah, aku mengijinkanmu pergi besok." akhirnya pertahanan Hardinpun luluh juga.

"Serius?" wajah Katrina kembali berbinar.

"Iya, tapi nanti siapa yang akan menyupir? Pak Budimankan harus mengantar Omah dan Opah ke Lembang besok?"

"Tenang saja, taksi online banyak. Aku tinggal pesan."

"Okelah kalau begitu."

Katrinapun tersenyum girang. Dia membalas pelukan Hardin seraya mengucapkan terima kasih.

Besok dia mau menghabiskan waktunya di luar bersama Yumna.

Pasti akan sangat menyenangkan.

Pikirnya sambil tersenyum.

*****

Siapa yang masih penasaran?

Kuy di vote dan komentar dulu...

Salam herofah...

CINTA DARI MASA LALU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang