17 - ANGEL KAMILA

2K 147 20
                                    

Lampu hijau sudah menyala, Reyhan mulai melajukan kembali kendaraannya. Memasuki jalan Arcamanik. Dia berkendara dengan kecepatan sedang. Karena jalur jalan raya Arcamanik yang cukup padat siang itu.

Reyhan masih menunggu adiknya menjawab pertanyaan yang dia ajukan, ketika mobilnya tiba-tiba mogok di tengah jalan.

Untung saja mereka mengenakan sabuk pengaman jadi tubuh mereka tidak terbentur dahsboard mobil. Tapi sial bagi Gibran yang tubuhnya tiba-tiba jatuh terguling ke bawah saat mobil Reyhan tiba-tiba berhenti. Karena saat itu dia sedang dalam posisi tidur telentang di jok belakang.

Bocah laki-laki itu bangun sambil meringis memegangi kepalanya yang sedikit sakit.

"Kenapa sih Om? Kok tiba-tiba berhenti?" ucapnya sambil cemberut. Dia protes pada Reyhan.

"Kenapa Kak? Kok berhenti?" tanya Luwi bingung.

Reyhan berdecak. "Sepertinya mogok, soalnya mobil ini terlalu lama tidak dipakai, selama aku di London kemarin,"

Suara berisik klakson mobil di belakang mereka membuat Reyhan mau tak mau harus cepat-cepat turun dari mobil.

Dia meminta bantuan pada beberapa tukang asongan dan orang-orang di sekitar untuk membantunya mendorong mobilnya ke tepi agar tidak mengganggu laju lalu lintas dibelakangnya.

Akibat insiden itu jalur di sepanjang jalan Arcamanik sempat macet selama beberapa menit.

Kebetulan mereka berhenti di dekat sebuah bengkel, jadi Reyhan tidak perlu repot-repot menelepon montir online.

Saat itu Luwi dan Gibran sedang mampir ke minimarket terdekat untuk membeli minuman. Reyhan berdiri di sebelah montir yang baru saja membuka kap mobilnya untuk memeriksa masalah pada Grand livina putih itu.

"Ini sih air radiatornya Mas, habis. Makanya mesinnya mati." ucap si montir yang mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahnya yang terkena asap dari mesin mobil Reyhan yang mengepul. "Liat aja sampe ngebul begitu mesinnya,"

"Mobil ini sudah tiga bulan tidak terpakai, Pak."

"Hmm, pantes. Yaudah saya isi dulu air radiatornya. Mas duduk aja dulu, nggak lama kok."

Reyhan duduk di bangku yang disediakan oleh montir tersebut, di tepi trotoar tak jauh dari bengkel si montir. Reyhan menoleh ke arah minimarket yang tadi dimasuki oleh Luwi dan Gibran. Lalu pandangannya memperhatikan sekeliling jalanan sekitar. Kondisi jalan raya yang cukup padat menimbulkan polusi udara yang jelas tidak baik bagi kesehatan. Asap-asap kendaraan itu menambah cuaca di siang ini menjadi semakin panas menyengat. Ditambah sinar matahari yang terik membuat Reyhan mengernyitkan dahinya karena silau. Reyhan menghembuskan nafasnya cepat seraya mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah. Peluh di dahinya terlihat menetes. Dia membuka kemeja luarnya dan menyisakan kaus press body putih yang terlihat pas membalut tubuhnya yang tidak gemuk, tapi juga tidak kurus. Namun otot-otot di tangannya terlihat jelas. Meski tubuhnya tidak seatletis tubuh Hardin, tapi sebagai seorang laki-laki Reyhan juga seringkali ikut gabung dengan Hardin untuk nge-gym di waktu senggang yang dia miliki.

Tak jauh dari tempat Reyhan berdiri sekarang, dia melihat sebuah Honda Jazz merah berhenti di depan minimarket. Lalu keluar seorang wanita dengan pakaian yang sangat seksi dari jok penumpang bagian depan. Dari ekspresinya wanita itu terlihat sangat marah. Dan tak lama kemudian seorang laki-laki keluar dari bagian kemudi mobil itu. Dan ketika Reyhan memperhatikan dengan seksama, sepertinya laki-laki itu tidak asing. Dia seperti pernah melihat laki-laki itu, tapi dimana?

Reyhan terus mengingat-ingat.

Bukankah dia itu asisten barunya Hardin di Jakarta? Siapa namanya?

CINTA DARI MASA LALU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang