30 - PERTEMUAN DI KLINIK

1.7K 131 34
                                    

Yumna badannya panas sekali, bahkan setelah semalaman diberi obat penurun panas, tapi panasnya tidak reda juga. Akhirnya, Katrina memutuskan untuk membawa Yumna ke Klinik khusus Anak dan Balita di daerah Cicadas.

Katrina pergi di antar Pak Budiman dan Bi Lisa.

Untung pagi ini klinik sedang sepi, jadi Yumna tidak harus menunggu lama untuk mendapat penanganan.

"Sepertinya ini pengaruh karena Yumna baru mau tumbuh gigi. Gusinya terlihat agak matang warnanya. Ini sih hal yang biasa Bu, balita seusia Yumna itu memang masih sangat rentan terserang demam, sebab dia masih dalam masa pertumbuhan. Jadi Ibu tidak perlu khawatir," jelas Dokter Sandra.

Dan penjelasan itu membuat Katrina bisa sedikit lebih tenang. Karena semalaman tadi Katrina hampir tidak tidur karena sangat mengkhawatirkan keadaan Yumna.

Kini Katrina sedang menunggu di bagian apotik untuk menebus obat Yumna dan di saat yang bersamaan suara seorang laki-laki yang berlari meminta tolong sambil membawa seorang bocah laki-laki yang dia gendong di depan dadanya terdengar dari arah pintu masuk. Dan ada seorang wanita yang mengikuti langkah si laki-laki dari belakang. Wanita itu terus menangis.

"Mba, tolong mba, keponakan saya tubuhnya panas sekali. Tadi di rumah dia sempat muntah beberapa kali, sekarang dia mulai kejang-kejang, dia punya riwayat penyakit jantung, mba," ucap Reyhan panik. Reyhan langsung berjalan mengikuti langkah perawat didepannya. Gibran langsung mendapati pertolongan saat itu juga.

Dan kini Reyhan harus berhadapan dengan bagian pembayaran pengobatan Gibran yang ternyata sangat mahal. Luwi masih di dalam ruangan menjaga Gibran. Kondisi Gibran sudah mulai stabil. Pihak Klinik sudah memperbolehkannya pulang tapi dengan catatan Gibran harus benar-benar istirahat total di rumah.

"Hmm, begini Mba, kalau saya minta tenggat waktu untuk pelunasan biayanya kira-kira bisa, Mba?" ucap Reyhan, dia mencoba bernegosiasi. Berharap pihak Klinik bisa memaklumi.

"Tidak bisa, Mas. Ini harus dilunasi saat ini juga. Karena Mas kan tadi tidak memakai jasa kartu kesehatan, jadi semua biaya pengobatan kami kenakan tarif umum klinik."

Reyhan memutar otak. Pikirannya benar-benar buntu sekarang. Bahkan saking kalut Reyhan sampai tidak menyadari ada seorang wanita bercadar yang berada di belakangnya sedang memperhatikan dirinya.

Reyhan mengeluarkan ponsel di saku celananya. "Kalau saya bayar pakai handphone bisa?"

Wanita bernama Lina selaku kasir di klinik tersebut hanya terdiam, dia juga bingung. Masalahnya baru kali ini dia ketemu kasus bayar biaya klinik pakai Handphone. Dan diamnya Lina, membuat Reyhan menyadari kebodohannya.

"Begini aja deh, saya ijin keluar sebentar, saya mau gadaikan Handphone saya dulu, nanti saya kembali lagi secepatnya, bagaimana, Mba?"

"Oh iya, Mas tidak apa-apa. Tapi anak dan istrinya biar disini dulu ya," ucap Lina menegaskan. Dia juga tidak mau kecolongan.

"Itu adik dan keponakan saya, Mba. Ya sudah, saya permisi sebentar," setengah berlari Reyhan keluar dari klinik tersebut.

Dan Katrina yang penasaran dengan apa yang terjadi menimpa Reyhan, langsung menghampiri si kasir dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi.

Kasir bernama Lina itu pun menjelaskan. Katrina melongok ke arah ruangan yang ditunjuk oleh Lina dan dia kaget saat melihat Gibran tengah terbaring di ranjang klinik ditemani Luwi.

Katrina jadi berpikir keras, ada apa dengan Kak Reyhan? Masa membayar biaya tujuh ratus ribu saja dia harus menggadaikan Handphone?

Katrina tidak ingin terlalu larut dalam pikirannya, dia langsung mengeluarkan kartu ATM dari dompetnya dan melunasi seluruh biaya pengobatan Gibran.

Katrina menitipkan Yumna pada Bi Lisa. Dia ingin memastikan kondisi kesehatan Gibran di dalam ruangan itu.

"Assalamuaalikum, Luwi?" sapanya Lembut.

Luwi terhenyak. Dia mendongakkan kepalanya menatap ke arah Katrina yang berdiri di sampingnya.

"Mba Katrina? Waalaikumsalam," ucap Luwi masih sedikit kaget. Dia mempersilahkan Katrina untuk duduk, tapi Katrina menolak dengan halus.

"Ada apa dengan Gibran?"

"Badannya demam tinggi sejak kemarin malam, sepertinya efek karena kelelahan, terus tadi pagi dia juga muntah-muntah. Gibran punya riwayat penyakit jantung sejak kecil, Mba. Dia tidak boleh terlalu lelah, semuanya salahku karena sudah mengajaknya berjalan kaki sepulang dari check up jantungnya di rumah sakit santosa kemarin, aku kehabisan uang, makanya terpaksa berjalan kaki,"

"Astagfirullah, Luwi kamu ceroboh sekali. Kenapa kamu tidak meminta Kak Reyhan untuk menjemput kalian?"

Luwi terdiam sejenak. Dia maju mundur untuk mengatakan yang sebenarnya. Dia takut Reyhan akan marah jika dia mengatakan apa yang sudah terjadi menimpa Kakaknya di kantor kepada Katrina. Tapi akhirnya Luwi berkata jujur, dia pikir wanita ini harus mengetahui yang sebenarnya.

"Kak Reyhan resign dari pekerjaannya. Mobilnya sudah digadai untuk biaya rumah sakit medical check up jantung Gibran dan biaya hidup kami bertiga, Mba."

Resign?

Katrina terkejut, dia masih belum percaya dengan kata-kata Luwi. Kenapa bisa Reyhan resign? Ada masalah apa? Katrina hanya bisa bertanya-tanya dalam hati.

Tapi belum sempat Katrina mendapat jawaban atas pertanyaannya, kehadiran Reyhan membuatnya kembali terkejut. Wajah laki-laki itu terlihat lelah.

Reyhan kembali setelah dia berhasil menggadai Handphonenya dan mendapati biaya pengobatan Gibran sudah lunas. Reyhan masuk ke dalam ruangan tempat Gibran di rawat dan jadi mengerti saat dia melihat Katrina berdiri di sana. Sungguh dia jadi tidak enak hati pada Katrina.

"Sudah lama di sini, Trina?" tanyanya pelan.

"Lumayan, Kak. Aku habis periksa Yumna,"

"Oh... Itu biaya Gibran kamu tidak usah repot-repot melunasinya, aku sudah dapat uang,"

"Tak apa, Kak. Sesama manusia kitakan sudah seharusnya saling membantu,"

"Kalau begitu, ini uangmu, aku kembalikan." Reyhan memberikan tujuh lembar uang seratus ribuan kepada Katrina.

"Tidak usah, Kakak pakai uang ini untuk Gibran saja. Luwi sudah menceritakan apa yang terjadi dengan Kakak. Baiklah, kalau begitu aku permisi dulu. Mari Luwi, Assalamualaikum,"

Ke dua orang itu menjawab salam Katrina dengan suara pelan.

"Terima kasih," ucap Reyhan sebelum Katrina benar-benar pergi. Katrina hanya mengangguk dan tersenyum.

Reyhan masih menatap punggung wanita itu sampai benar-benar menghilang dari penglihatannya. Perasaannya saat ini tidak dapat dia gambarkan. Yang jelas dia merasa jadi laki-laki paling bodoh di dunia. Tidak seharusnya Katrina menemui dirinya dalam keadaan seperti sekarang.

"Maaf ya, Kak." ucap Luwi merasa bersalah.

Reyhan tersenyum tipis. "Tidak apa-apa Luwi. Cepat atau lambat dia pasti akan tahu,"

*****

Ayo vote dan komentnya...

Salam Herofah...

CINTA DARI MASA LALU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang