Sebelas tahun yang lalu...
Bandung.
Halte Bis depan sekolah.
Pertemuan Pertama.
"Pak Jaya kok belum jemput sih, Bi Sari? Aku udah daritadi loh, keluar dari sekolah. Sampe akhirnya sekarang sekolah udah sepi. Mana ujan lagi? Handphone Pak Jaya juga nggak aktif!" oceh suara seorang gadis berseragam SMP yang sedari tadi mundar mandir sendirian di halte bis depan sekolahnya.
"Maaf, Non Luwi. Tadi Jaya bilang dia mau ijin antar Istrinya ke rumah sakit dulu terus baru jemput Non Luwi. Dia sengaja bilang sama saya supaya saya yang bilang ke Non, tapi maaf, sayanya malah lupa bilang. Non jangan aduin ke Pak Hadi ya, kasian Jaya nanti di pecat. Istrinya sedang sakit parah, Non. Dia butuh biaya banyak untuk pengobatan istrinya." sahut suara di seberang yang terdengar memelas. Suara Bi Sari, salah satu asisten rumah tangga di rumah Luwi.
Luwi terdiam cukup lama. Hatinya terenyuh mendengar cerita Bi Sari. Dia jadi teringat pada Almarhumah sang Ibu, yang dulu meninggal karena mengidap penyakit yang juga parah.
"Iya, tenang aja, Bi. Luwikan bukan tukang ngadu. Kalau begitu, besok Bibi antar Luwi ya jenguk istrinya Pak Jaya."
"Iya, Non. Pasti Bibi anter. Non sabar aja dulu ya, nanti juga Jaya pasti jemput kok, Non."
"Oke deh. Luwi tunggu. Makasih Bi. Assalamualaikum,"
Setelah salam itu di jawab Luwi pun mengakhiri percakapannya di telepon. Dan saat itu dia baru sadar kalau ternyata ada orang lain yang kini sedang berteduh di Halte itu.
Seorang laki-laki berseragam SMA, bertubuh kurus, tinggi dan berambut hitam legam yang sepertinya terlihat sangat tebal, tak beda jauh dengan ke dua alisnya yang juga hitam dan tebal. Sangat kontras dengan tatapan matanya yang tajam tapi sepertinya, dia bukan laki-laki yang ramah. Meski wajah dingin itu sempurna membuat Luwi tak ingin memalingkan pandangannya.
"Kok belum pulang?" Laki-laki itu terdengar berbicara.
Luwi pun reflek menoleh. Dia ngomong sama siapa? Pikir Luwi membatin. Tapi kalau dilihat ke sekeliling tak ada orang lagi selain dirinya dengan laki-laki itu di sekitar sini. Meski cuaca sedang hujan saat ini, tapi tak ada satu pun pemilik kendaraan bermotor yang hendak singgah untuk meneduh di halte itu selain laki-laki berseragam SMA itu. Luwi jadi bingung sendiri.
"Lo gagu ya? Di tanya diem aja," ulang laki-laki itu lagi dengan nada suara yang lebih keras dan terdengar jutek.
Membuat Luwi jadi mendengus kesal. Belum apa-apa udah ngatain gagu! Enak aja! Huh... Situ okeh? Pikir Luwi lagi tanpa sedikit pun berniat untuk menanggapi. Luwi sadar dirinya kini mulai gugup. Membuatnya tak bisa berkata-kata.
"Oh beneran gagu ternyata!" laki-laki itu kembali bersuara kali ini diiringi dengan suara tawa seolah meremehkan.
"Kamu bicara sama siapa?" ucap Luwi. Walau nada bicaranya jutek, tapi gaya bicara Luwi yang sopan dan suaranya yang terdengar lembut membuat laki-laki itu terkesima untuk beberapa detik. Meski setelahnya dia kembali berkata dengan kalimat yang membuat Luwi terkejut.
"Gue lagi bicara sama cewek cantik yang akhir-akhir ini sering menyita perhatian temen-temen gue di sekolah. Makanya gue penasaran dan mau memastikannya langsung apa omongan temen-temen gue itu bener atau cuma hoaks?" Jelas si laki-laki dengan sedikit senyum yang tersungging di sudut bibirnya. Dan hal itu nyaris membuat Luwi tak ingin berkedip.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DARI MASA LALU (End)
Romance# 1. Sahabat sejati (14 - 09 -2019) dr 440 cerita # 5. Pilu (07 - 11 - 2019 ) dr 632 cerita Kisah Romansa 21+ Follow dulu sebelum membaca... Sequel lanjutan dari CINTA DI BALIK CADAR Yang paling suka dengan cerita romantis yang bikin baper, ayo mari...