51 - GOLONGAN DARAH

2.8K 147 33
                                    

Reyhan meninju keras dinding rumah sakit dengan kepalan tangannya. Menghadirkan sensasi nyeri yang tak tertahankan. Bahkan kini buku-buku jari itu terlihat lecet dan sedikit berdarah.

Dia tidak tahu harus kemana lagi meluapkan emosinya saat ini. Dia sungguh frustasi. Dia sudah mendengar semua percakapan antara Luwi dan Hardin di halaman kontrakan tadi. Tapi sampai detik ini, baik Luwi maupun Hardin sendiri tidak ada yang mau berkomentar apalagi menjawab dengan jujur pertanyaan-pertanyaan yang Reyhan ajukan pada mereka.

Itulah sebabnya Reyhan melampiaskan amarahnya pada dinding-dinding rumah sakit itu.

Dia kecewa pada Luwi yang masih saja tidak mau berterus terang dan berkata jujur padanya, pada Kakaknya sendiri. Dan justru seolah menutupi semua yang terjadi tadi sebagai sebuah kesalahpahaman semata. Luwi masih saja berbaik hati menutupi kebusukan laki-laki yang jelas-jelas sudah menyakitinya.

Dipikirnya Reyhan sebodoh itu bisa dengan mudah dibohongi?

Beberapa hal yang terjadi di belakang sudah cukup membuat Reyhan yakin dengan apa yang ada di dalam hatinya. Namun kebungkaman Luwi membuatnya harus tetap menahan emosinya.

Emosinya pada laki-laki yang kini duduk di depan ruangan UGD bersamanya.

Dan kalau bukan karena pertolongan Luwi, Reyhan sudah bisa memastikan, nasib laki-laki itupun akan berakhir di rumah sakit ini!

Dering ponsel Reyhan berbunyi. Reyhan mendapati nama Katrina di sana.

Katrina memanggil...

"Assalaamualaikum, Kak Reyhan? Maaf mengganggu, apa Hardin masih di kontrakan Kakak? Aku hubungi ke nomor Luwi tidak di angkat. Ke nomor Hardin juga tidak aktif." suara di seberang terdengar khawatir.

"Hardin sedang di rumah sakit sekarang. Gibran kecelakaan, Trina." ucap Reyhan pelan.

"Apa? Di rumah sakit mana Kak? Aku kesana sekarang,"

"Tidak usah, Trina. Aku sudah bersama Luwi disini."

"Tidak, aku mau kesana sekarang, tolong bertahu aku dimana rumah sakitnya,"

"Rumah sakit santosa,"

Klik. Telepon diseberang langsung di tutup.

Hardin menghampiri Reyhan saat mendengar nama istrinya di sebut oleh Reyhan.

"Katrina yang menelepon tadi?" tanya Hardin ragu. Dia sadar sepertinya Reyhan sudah mulai mencurigai dirinya dengan Luwi. Hardin meninggalkan Handphonenya di mobil karena saking panik tadi.

Reyhan tidak menjawab. Dia malah melengos. Bahkan untuk melihat wajah laki-laki itu saja Reyhan tidak sudi.

Hardin sadar keberadaannya disini tidak diinginkan. Jadi dia merasa ada baiknya dia pergi sebentar. Hardin hanya butuh menenangkan diri keluar untuk sekedar mencari angin.

Dan tak lama setelah Hardin keluar dari ruang tunggu UGD, seorang perawat terlihat keluar dari ruangan UGD. Tangannya yang terbalut sarung tangan sintetik terlihat berlumuran darah.

"Siapa orang tua dari pasien yang bernama Gibran?" tanya perawat itu.

"Saya Ibunya, Sus dan ini pamannya," ucap Luwi tanggap.

CINTA DARI MASA LALU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang