35 - DIA, AYAH GIBRAN!

1.5K 137 26
                                    

"Biarlah cerita masa lalu kita jadi rahasia kita berdua saja, Luwi." ucap Hardin pada wanita yang kini berada bersamanya di dalam mobil.

Saat itu hening langsung menyergap keduanya.

Baik Hardin mau pun Luwi tak ada yang bicara.

Luwi yang kini hanya terdiam sambil menatap arah jendela yang basah tersiram hujan. Tangannya terkepal meremas ujung pakaiannya. Dadanya kian sesak. Air matanya sudah menggenang memenuhi kelopak matanya.

Jangan biarkan air mata ini kembali menetes, ya Allah...

Apa salahku? Apa aku ini terlihat sangat hina? Sampai dia begitu tega mengatakan hal itu? Sampai dia berpikir aku akan merusak rumah tangganya? Hubungan persahabatannya? Hatiku memang sakit, tapi bukan berarti aku akan melalukan cara licik untuk membalas semua perlakuannya kepadaku di masa lalu, aku tidak seperti itu...

Aku harus kuat... Aku tidak boleh cengeng...

Luwi kembali meyakinkan dirinya untuk tetap tegar dan tabah.

Jauh sebelum hari ini, dia memang pernah memimpikan pertemuannya kembali dengan Hardin suatu hari nanti. Tapi bukan pertemuan seperti ini yang dia harapkan. Bukan pertemuan yang justru semakin membuatnya merasa jadi wanita yang terbuang. Wanita yang tak dihargai apalagi dihormati.

Mungkin bagi Hardin, dirinya kini tak lebih dari seorang wanita licik yang akan menghalalkan segala cara untuk membalas dendam atas rasa sakit hatinya di masa lalu. Tapi bagi Luwi, dirinya kini tak lebih dari wanita bodoh yang bahkan masih sempat berharap hal indah itu akan terjadi, di mana suatu hari nanti, Hardin bisa menerimanya, mencintainya...

Namun kali ini Luwi harus memastikan, setelah detik ini, dia akan menghapus nama Hardin dari dalam hatinya. Untuk selama-lamanya.

"Luwi, kamu mendengar apa yang kukatakan tadikan?" tanya Hardin lagi sebab dia belum mendapati jawaban dari mulut Luwi. Hardin membutuhkan kepastian.

"Iya, aku mendengarnya. Tenang saja, aku tidak akan mengatakan apapun tentang masa lalu kita, pada siapapun. Bagiku semuanya sudah berlalu. Sudahkan? Kalau begitu aku keluar,"

"Tunggu, Luwi!" Tangan Hardin tiba-tiba menahan lengan Luwi yang hendak membuka pintu mobil. Luwi kembali pada posisinya.

Hardin mengambil sebuah amplop coklat dari dalam laci mobilnya.

"Ini uang gaji Reyhan bulan lalu, aku beri cash. Dan ada beberapa uang tambahan termasuk uang untuk menebus mobil Reyhan yang sempat tergadai. Dan satu lagi,"

Hardin menyobek selembar cek dan mulai menulis deretan angka dengan nominal yang cukup besar di sana, Lima Puluh Juta Rupiah.

Dia memberikannya pada Luwi.

"Cek ini uang pribadiku untuk biaya pengobatan jantung Gibran dan kebutuhan Gibran yang lain. Jika kamu memiliki rekening pribadi kamu bisa memberikannya padaku. Nanti biar sekretarisku yang akan mengurusnya. Jadi setiap bulan aku bisa menstransfer uang ke rekeningmu untuk Gibran. Bagaimanapun, Gibran itu adalah anakku, iyakan?" ucap Hardin memancing. Hardin ingin memastikan dari mulut Luwi langsung tentang siapa sebenarnya Gibran.

Dan mendengar kalimat terakhir yang dikatakan Hardin kali ini, Luwi justru mendadak marah.

"Apa kamu bilang?" tanya Luwi sinis.

CINTA DARI MASA LALU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang