19 - SANG PELAKOR

1.8K 155 22
                                    

"Halo Kisya?"

"Ya, ha-halo Pak..."

"Kamu kenapa? Kamu sedang sakit?" tanya Hardin saat didengarnya suara Kisya yang agak bergetar. Seperti orang yang kaget.

"I-iya, Pak. Saya sedang kurang enak badan, Pak."

"Ya sudah, kamu ijin pulang saja kalau begitu. Saya cuma mau peringatkan lagi padamu tentang kerjasama kita dengan Mr. Kennedy, saya pikir kamu itu sudah paham kemauan klien penting kita itu seperti apa. Lain kali jangan ceroboh seperti ini lagi ya, Kisya. Jika anak buah Mr.Kennedy menghubungi lagi, langsung beritahu saya. Tidak usah pakai perantara dengan siapapun. Mr.Kennedy itu hanya mau berurusan langsung dengan saya, bukan yang lain. Dan lagi, katakan pada Dimas, masalah kode Brankas file dan dokumen rahasia perusahaan, dia belum perlu mengetahuinya jika keperluannya tidak mendesak sekali. Sudah itu saja," Hardin mengakhiri teleponnnya dengan Kisya. Dia benar-benar merasa ada yang aneh dengan gelagat Kisya akhir-akhir ini, semenjak kepindahannya ke Bandung. Ah, entahlah, Kisyakan baru saja menikah, mungkin dia sedang ada problem dalam rumah tangganya, ya, siapa tau. Hardin mencoba untuk berpositif thingking.

"Permisi, Pak Hardin?" suara Nadia terdengar dari balik pintu ruangan yang sudah dia buka separuh.

"Ada apa?"

"Ada telepon dari Mba Angel Kamila,"

Deg!!!

Hardin berpikir cukup lama, hingga akhirnya dia mengatakan sesuatu dengan suara pelan, "Katakan saja, saya tidak ada."

Selanjutnya, Nadia mengangguk, paham.

Hardin mengetuk-ngetuk jari jemarinya di atas meja kerja. Mencoba menebak-nebak ada keperluan apa Angel mencarinya? Tapi tak ditemukannya juga jawaban itu, hingga akhirnya Hardin beranjak dari kursi kerjanya menuju ruangan Nadia.

"Tadi Angel mengatakan apa saja ditelepon?" tanyanya penasaran.

"Tadi sih, dia sepertinya marah pada saya, dia bilang, KAMU JANGAN COBA-COBA UNTUK PERMAINKAN SAYA YA, KEMARIN KAMU BILANG HARDIN DIJAKARTA. TAPI SEKRETARIS HARDIN DI JAKARTA BILANG HARDIN SEDANG ADA DI BANDUNG SAAT INI. KAMU TAHUKAN SIAPA SAYA? SAYA PALING TIDAK SUKA KALAU SAMPAI ADA ORANG YANG MEMPERMAINKAN SAYA. Begitu, Pak..."

Tawa Hardin hampir pecah melihat Nadia dengan mimik mukanya yang terlihat sangat lucu saat dia memperagakan menjadi Angel tadi. Tapi hal itu berhasil Hardin tahan. Gengsi sekali harus tertawa di hadapan sekretaris bloon ini. Nanti yang ada dia malah kegeeran.

"Baiklah, besok-besok kalau sampai wanita itu menelepon apalagi mencari saya kesini, bilang saja saya tidak ada. Mengerti, Nadia?"

"Siap Pak!"

Hardin tersenyum tipis pada Nadia. Tipis sekali.

"MasyaAllah, Pak. Saya tidak bermimpikan dapet senyumnya bos besar pagi-pagi begini? Saya pikir Bapak itu bisanya cuma marah-marah saja. Ternyata masih bisa senyum juga, itu tandanya Bapak masih masuk dalam kategori pemimpin normal."

"Apa kamu bilang? Jadi secara tidak langsung kamu mau mengatakan saya ini gila?" Hardin mulai dibuat kesal kembali oleh kata-kata Nadia yang seringkali ceplas-ceplos.

"Tidak, saya tidak bilang begitu. Ih... Bapak nih baper amat jadi orang,"

Urgghhh! Hardin menggeram dalam hati. Kalau bukan wanita rasanya ingin Hardin acak-acak kepala sekretaris satu ini. Belum lagi mulutnya yang kalau bicara tidak bisa disaring dulu. Huft, Hardinpun melangkah meninggalkan Nadia. Kepalanya mulai mendidih lagi.

***

Seorang wanita bertubuh tinggi semampai, langsing dan berkulit putih dengan rambut panjang berwarna merah maroon terlihat berjalan memasuki salah satu gedung perkantoran besar di daerah Bandung.

CINTA DARI MASA LALU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang