37 - PERCAKAPAN DI TERAS

1.5K 124 67
                                    

"Maaf sekali lagi. Mungkin tadi gue cuma sedikit syok ngeliat lo tiba-tiba ada di kamar mandi," ucap Reyhan pada Jodie. Kini mereka sedang duduk di teras kontrakan Reyhan.

Mereka baru saja selesai memakan makanan yang Reyhan beli tadi. Berhubung Gibran sudah tidur jadi jatah Gibran dimakan oleh Jodie. Dan dia sangat menyukai rasanya. Ini kali pertama Jodie mencicipi makanan khas Indonesia yang bernama bakso.

"Nggak apa-apa. Semua yang lo bilang itu bener kok. Nggak salah. Gue yang salah. Jadi cewek terlalu gampangan," Jodie tersenyum pahit.

Jujur, ini pertama kalinya Jodie mengenal sosok laki-laki yang sangat-sangat menghormati wanita. Seolah dia itu adalah dewa yang tidak memiliki nafsu duniawi. Tidak seperti mantan-mantan Jodie kebanyakan. Mereka yang sering kali menganggap seks itu adalah ekspresi dari sebuah rasa cinta. Jadi kalau Jodie belum mau di ajak berhubungan intim, mereka akan menganggap Jodie tidak benar-benar mencintai mereka. Padahal setelah Jodie bersedia melakukannya, justru malah mereka yang kemudian meninggalkannya begitu saja.

"Lo pernah pacaran?" tanya Jodie. Dia benar-benar penasaran pada Reyhan. Terlebih pada seorang wanita bernama Katrina itu. Kok bisa ya, Reyhan masih mencintai wanita yang jelas-jelas sudah menjadi istri orang. Dari cerita Luwi, bahkan Reyhan sepertinya masih sangat perduli pada wanita itu. Seperti apa kira-kira perangainya? Kalau cuma cantik saja sih, Jodie pikir itu hal biasa. Pasti ada hal lain yang membuat Reyhan jadi sulit melupakan wanita itu. Entah apa itu Jodie sendiri tidak tahu, tapi berharap suatu hari nanti dia akan tahu.

"Pernah," jawab Reyhan cuek.

"Berapa kali?"

Kerut di kening Reyhan terlihat menyatu. Dia melirik ke arah Jodie. Kepo banget sih... Pikirnya dalam hati. "Harus gue jawab?"

"Nggak juga sih," jawab Jodie sama cueknya. Dia menyeruput minuman kalengnya. "Kalo ciuman pernah?"

Reyhan mendelik. Dia menatap ke arah Jodie. Membuat Jodie sedikit nerveous. "Kalo gue jawab nggak pernah, lo bakal percaya?"

"Ya nggaklah... Seriusan kali cowok seumuran lo nggak pernah ciuman. Mustahil!" Jodie mematikan puntung rokoknya. Dia mulai kembali menyulut sebatang rokok yang baru.

"Ya terus ngapain masih tanya kalau udah tau jawabannya? Gue juga manusia kali, pernah khilaf dan punya nafsu, makanya lo jangan coba-coba lagi nampakin diri lo dihadapan gue cuma pake handuk tipis yang hampir melorot kayak tadi! Kalo setan lewat bisa jadi panjang urusannya, ngerti lo?" Reyhan tersenyum genit dengan tampangnya yang sok jutek. Lama-lama Jodie itu aneh. Tapi memang sudah aneh sih dari awal bertemu di London. Pikir Reyhan membatin.

Jodie hanya mencibir, meski rona di pipinya tidak menutupi bahwa dirinya sendiri sangat malu tadi.

Sementara itu di dalam kamar, Luwi yang mendengarkan percakapan itu cuma bisa cengar cengir sendiri. Hingga akhirnya dia seperti menemukan sebuah ide bagus. Sepertinya ini akan jadi hal yang sangat menyenangkan. Siapa tahu saja mereka itu jodoh? Pikir Luwi berharap.

"Yeee, mana tau gue kalo tadi lo itu tiba-tiba ada di depan pintu. Gue kirainkan lo belum pulang!" gerutu Jodie.

Jodie melirik Reyhan sekilas. Dia menawarkan rokoknya pada Reyhan. Hal baru yang akhir-akhir ini mulai menjadi kebiasaannya. Merokok. Meski tidak terlalu sering. Reyhan menggeleng. Reyhan memang tidak merokok. Hanya dulu pernah mencoba semasa sekolah, tapi karena terbatas masalah keuangan, Reyhan memilih untuk menghentikannya. Untuk makan saja susah apalagi untuk sekedar membeli rokok. Dan lagi, ada hal lain yang membuatnya tak berniat untuk kembali merokok bahkan setelah dia kini sudah berpenghasilan sendiri. Dan alasannya sangat klise, karena ada seorang wanita yang sangat marah jika mengetahui Reyhan merokok. Sebab itulah Reyhan tak pernah merokok lagi.

CINTA DARI MASA LALU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang