41 - KEMBALINYA MAX

1.6K 132 34
                                    

Waktu menunjukkan pukul 22.15 WIB saat marsedes benz milik Hardin terparkir di depan halaman kontrakan Reyhan. Hardin melirik ke jok belakang di mana Luwi dan Gibran berada. Katrina memilih turun duluan di Podomoro, dia bilang dia mengantuk jadi tidak mau ikut mengantar Luwi dan Gibran.

Hardin membuka pintu jok belakang, mendapati Luwi dan Gibran tertidur begitu nyenyak. Kepala Luwi tersandar nyaman di sandaran jok mobil sementara kepala Gibran berada dipangkuan sang Ibunda.

Cukup lama, Hardin terdiam dalam posisi itu, setengah menunduk dengan arah tatapan yang melekat pada sosok Luwi.

Kenapa kalau sedang tertidur begini dia cantik sekali? Pikir Hardin membatin. Tapi sedetik kemudian pikiran itu berhasil dia tepis.

Hardin mulai membangunkan Luwi, dia menggerak-gerakkan lengan Luwi supaya wanita itu bangun.

"Eh, sudah sampai ya?" tanya Luwi yang terlihat bingung. Dia memperhatikan sekeliling hingga pandangannya bertemu dengan Hardin. Luwi buru-buru membenarkan posisi duduknya. Dan perlahan mulai membangunkan Gibran.

"Jangan dibangunkan. Biar saja dia istirahat. Sini, biar aku yang menggendong Gibran sampai kontrakan." Hardin meraih tubuh Gibran setelah Luwi keluar dari dalam mobil. Hardin menggendong Gibran di depan dadanya.

Tanpa sadar tatapan Luwi tak sama sekali beralih dari Hardin. Malam ini lelaki itu terlihat sangat sempurna. Sangat maskulin. Sangat keren. Belum lagi aroma tubuhnya yang sempat memenuhi indra penciuman Luwi saat Hardin berada cukup dekat dengannya tadi. Membuat Luwi terbuai. Aromanya laki-laki sekali.

Hardin sudah berdiri di depan pintu. Dia menunggu Luwi membuka pintu itu, tapi tak dilakukan juga oleh Luwi. Hardin menoleh ke belakang, mendapati Luwi sedang tersenyum-senyum sendiri ke arahnya.

"Kamu kenapa diam di situ? Cepat buka pintunya?" suara Hardin terdengar setengah berteriak, membuat Luwi terhenyak. Dia sadar bahwa dirinya sudah melamun. Luwi langsung salah tingkah. Dengan tangan gemetar dia mulai membuka kunci pintu kontrakannya. Tapi naas, kunci itu susah sekali masuk dengan pas pada lubang kuncinya. Luwi terlihat begitu kewalahan hanya dengan berkutat pada satu lubang Kunci saja.

Hardin mendengus kesal. Pasalnya dia sudah mulai keberatan menggendong tubuh Gibran. Tangannya mulai keram. Dia sendiri bingung, tubuh Gibran kelihatannya saja kurus, tapi ternyata bobotnya lumayan berat.

"Astaga, Luwi. Pelan-pelan memasukkan kuncinya, kalau begitu caranya mau sampai besok pagi itu kunci tidak akan masuk-masuk ke dalam lubangnya, tahu! Begitu saja masih harus di peringatkan!" maki Hardin, geram. Dia jadi geleng-geleng kepala. Ternyata Luwi ini masih saja bodoh dan ceroboh seperti dulu!

Akhirnya Luwi pun terdiam sesaat, menarik nafas dan mulai memasukkan kunci itu kembali ke dalam lubangnya. Fiuhhh.. Kali ini berhasil. Pintu kontrakan itu pun terbuka.

Luwi langsung mempersilahkan Hardin menaruh Gibran di kamar Reyhan. Luwi baru sadar kalau ternyata Reyhan dan Jodie belum pulang. Diliriknya jam di dinding rumahnya. Sudah larut malam. Kenapa mereka belum pulang? Tanya batin Luwi. Pikirannya tiba-tiba tertuju pada Max. Luwi mulai ketakutan.

"Aku langsung pulang," ucap Hardin yang baru saja keluar dari kamar Reyhan usai menaruh Gibran. Lelaki itu berdiri dihadapan Luwi yang berdiri di dekat pintu kamar Reyhan.

Sebenarnya Luwi ingin Hardin menemaninya sebentar di kontrakan sampai salah satu dari Reyhan atau Jodie pulang. Tapi dia sendiri bingung harus berkata apa untuk sekedar menahan laki-laki itu supaya tetap bertahan di sini bersamanya. Hingga akhirnya Hardin mengucapkan salam dan langsung melangkah keluar dari kontrakan itu. Luwi yang pasrah hanya bisa menatap nanar kepergian Hardin. Tanpa mampu berkata-kata lebih jauh.

CINTA DARI MASA LALU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang