32 - MENEMUI REYHAN

1.7K 130 54
                                    

Hardin sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Reyhan tapi nomor laki-laki itu tidak aktif-aktif. Membuatnya sedikit mengkhawatirkan kondisi Reyhan. Apalagi setelah Katrina menceritakan perihal kehidupan Reyhan dan adiknya saat ini. Reyhan yang sampai menggadaikan mobilnya demi memenuhi kebutuhan hidup mereka dan juga membiayai pengobatan keponakannya. Hardin sungguh merasa bersalah.

Hingga akhirnya mau tak mau Hardinpun memutuskan untuk mendatangi sendiri Reyhan ke kontrakannya di daerah Cicadas. Sebenarnya berat, tapi mau bagaimana lagi, dia harus bertanggunga jawab atas kesalahannya sendiri. Terlebih perusahaan memang masih sangat membutuhkan keberadaan Reyhan.

Siang itu usai menghadiri rapat penting dengan kliennya di Bandung, Hardin langsung melajukan mobilnya menuju kontrakan Reyhan. Hardin sampai di kontrakan itu sekitar pukul 13.25 WIB.

Hardin memarkirkan marsedes benznya di tepi jalan. Tepat di seberang jalan sebuah kontrakan kecil yang letaknya di depan jalan raya.

Hardin turun dari mobilnya dan mulai menyeberang. Tatapannya langsung tertuju pada seorang wanita dengan rambut panjangnya yang terkuncir kuda, wanita yang kini berdiri membelakangi Hardin. Wanita itu berdiri mematung di depan pintu kontrakan Reyhan sambil sesekali menatap layar handphone ditangannya.

Hardin sempat berpikir, apa mungkin dia adalah adik Reyhan yang datang dari London itu?

"Permisi, Assalammualaikum," sapa Hardin ramah.

Wanita itu tidak menjawab, dia sibuk mengetik-ngetik sesuatu di handphonenya. Hingga Hardin mengulangi salamnya.

"Permisi, Mba? Adiknya Reyhan ya?" tanya Hardin lagi.

Tapi wanita itu tidak menjawab juga. Membuat Hardin sedikit kesal.

"PERMISI, MBA... APA REYHANNYA ADA?" Hardin terpaksa berteriak.

Dan wanita itu pun menoleh. Dia kaget mendapati seorang laki-laki berdiri tepat di belakangnya. Hingga akhirnya wanita itu mencopot hands free yang menempel di telinganya.

Hmm, pantes disumpel! Gue pikir budeg beneran! Maki Hardin dalam hati.

Wanita itu tersenyum pada Hardin yang masih memasang tampang jutek.

"Eh sorry, gue nggak denger!" ucapnya cengengesan.

Hardin memperhatikan wanita itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Dari tampangnya sih sepertinya dia bukan orang indonesia asli. Lebih mirip seperti orang-orang timur tengah.

"Hai, lo mau bertamu juga?" tanya jodie pada laki-laki dibelakangnya.

"Iya, gue mau ketemu sama yang tinggal di kontrakan ini. Lo adiknya Reyhan?" tanya Hardin. Meski kini dia jadi meragukan hal itu.

"Oh, bukan, gue Jodie, sahabatnya Luwi dari London. Luwi, adiknya Reyhan. Dua minggu yang lalu terakhir gue DM Luwi dia kirimin gue alamat ini. Tapi gue udah berdiri di sini sekitar setengah jam nggak ada yang keluar. Gue juga udah coba hubungin Luwi ke nomornya belum ada jawaban. Lo sendiri siapa?" jelas Jodie panjang lebar.

Penjelasan wanita itu membuat Hardin paham, ternyata dia sudah salah sangka.

"Gue, Hardin. Sahabatnya Reyhan. Gue kesini karena ada perlu sama Reyhan."

"Eh, sebentar, nih Luwi telepon,"

Jodie berjalan beberapa langkah melewati Hardin. Dia mulai kepanasan. Ternyata cuaca di Indonesia berbeda jauh dengan di London.

"Hallo Luwi? Gue udah di depan kontrakan lo nih? Gue udah nunggu setengah jam disini, tapi nggak ada yang nongol,"

Suara di seberang terdengar memohon maaf.

"Oh, jadi lo udah pindah? Ya udah share lock ke gue alamat kontrakan lo yang baru,"

"Oh, oke-oke. Gue ke sana sekarang ya? Sekalian kayaknya gue mau bareng sama laki-laki yang katanya sih sahabatnya Kakak lo,"

"Sip, bye..."

Jodie menutup sambungan teleponnya.

"Oh ya, lo mau ketemu Reyhankan? Ayo ikut gue. Nih gue baru di kirimin alamat kontrakannya yang baru. Katanya sih nggak jauh dari sini. Lo bawa kendaraan atau jalan kaki?"

"Gue bawa mobil,"

"Oh, kebetulan kalau begitu, gue kepanasan banget nih. Oh ya, sekalian bawain koper gue dong tuh di sana, lo taro di bagasi mobil lo aja, oke? Terima kasih," Jodie langsung ngeloyor pergi begitu saja. Setelah dia menunjuk ke arah kopernya yang dia taruh di sisi jalan raya.

Hardin cuma bisa melongo.

Ini cewek, kenal juga nggak, tapi SKSD banget, terus sekarang seenak jidatnya dia nyuruh-nyuruh gue? Emangnya gue kacungnya apa? Maki Hardin dalam hati.

Dia berjalan ke arah jalan raya. Tanpa menghiraukan koper Jodie. Jodie yang sudah lebih dulu menyeberang jalan jadi berteriak untuk meminta Hardin membawakan koper miliknya. Tapi Hardin tidak menghiraukan teriakannya. Dia terus menyeberang jalan menuju mobilnya.

"Lo bawa sendiri! Masih punya kaki sama tangan normalkan? Gue tunggu di mobil." ucap Hardin yang langsung memasuki mobilnya.

Jodie jelas marah. Akhirnya dengan langkah panjang dia kembali menyeberang jalan dan mengangkat kopernya yang sangat berat. Jodie terlihat kewalahan. Dia terus memaki dalam hati.

Cowok belagu!!! Awas lo ya, liat aja pembalesan gue!!!

Hingga akhirnya, kini Jodie sudah berada di dalam mobil Hardin. Dia duduk di belakang. Dia jadi ogah jika harus duduk berdekatan dengan cowok belagu macam laki-laki ini.

Di dalam mobil, Jodie diam-diam mencuri pandang ke arah Hardin di depan.

Ganteng sih, mobilnya juga keren, tapi kalo belagu begitu, ihh... Amit-amit. Jodie bergidik. Dia terus menatap sinis ke arah Hardin yang duduk di balik kemudi.

"Sekarang kita kemana?" tanya Hardin nada bicaranya masih terdengar jutek.

"Lurus aja, nanti ketemu perempatan belok kiri. Namanya gang Belimbing. Nanti masuk ke dalam gang itu," jelas Jodie masih dengan perasaan kesal.

Hardin mulai melajukan mobilnya sesuai intruksi Jodie.

Menuju Kontrakan baru Reyhan...

Dan Luwi...

*****

Stay Tuned terus ya...

Jangan lupa vote dan komentnya...

Salam herofah...

CINTA DARI MASA LALU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang