Setibanya di rumah, Jisoo tak ingin mengatakan apapun pada orangtuanya tentang hari pertamanya masuk sekolah, tapi satu yang dia tanyakan adalah kenapa appanya harus memasukkannya ke sekolah yang seperti itu.
“Seoul National high School adalah sekolah terbaik, sebuah kebanggan kau bisa masuk ke sekolah itu, mereka punya lulusan-lulusan terbaik sepanjang tahun dan rata-rata diterima di semua universitas ternama” jelas tuan Kim.
Jisoo mengangguk, iya Jisoo tahu bahwa sekolah itu adalah yang terbaik diantara yang terbaik, tapi entah kenapa rasanya terlalu aneh masuk ke sekolah bergengsi “bisakah aku masuk ke sekolah yang biasa-biasa saja!!”
“TIDAK BOLEH!!” teriak tuan Kim tiba-tiba “ada apa denganmu Jisoo? Kau tidak boleh menyia-nyiakan kesempatanmu bersekolah di tempat terbaik, kalau kau ingin masa depanmu cerah maka tetaplah bertahan di sekolah itu sampai kau lulus, dan pastikan mendapatkan peringkat pertama!!”
Jisoo menghembuskan napasnya pasrah, dia menutup pintu kamarnya dengan kekuatan yang tersisa, sehari di sekolah itu rasanya sudah seperti seminggu, belajar bahkan terasa sangat menegangkan, diawasi CCTV dari segala sudut, dan tentu saja sekolah itu terlalu pilih kasih.
“bukankah sekolah harusnya diperuntukkan untuk orang-orang yang punya otak pas-pasan agar mereka menjadi pintar? Dan kenapa harus memanjakan orang yang sudah pintar? Seharusnya yang patut mendapatkan perhatian adalah anak-anak dari kelas C sampai F, aku tak tahu kenapa system sekolah lebih memusingkan dibandingkan universitas” protes Jisoo sambil membuka lembar-lembar buku pelajarannya.
Jisoo begadang setiap malam hanya untuk mengulang pelajaran yang dia dapat dari sekolah, dan hasilnya….dia selalu terlambat bangun pagi.
“JISOO……..BANGUNNN…!!!”
Seperti biasa, nyonya Kim akan berteriak-teriak karena Jisoo selalu terlambat bangun pagi.
“nne eomma..aku sudah bangun” jawab Jisoo dengan suara tanpa semangat dari dalam kamar.
Selesai sarapan, tuan Kim mengantar Jisoo berangkat ke sekolah pagi ini, semenjak pindah ke sekolah ini, Jisoo jadi tak ada semangat untuk melakukan apapun, apalagi dia tak punya teman, tapi sebuah keajaiban ketika seseorang memanggilnya dengan cara yang sangat bersahabat.
“Jisoo-ah”
Jisoo menoleh ke seorang siswi yang berjalan ke arahnya “Kim Jennie..” ujar siswi itu menyodorkan tangannya untuk memperkenalkan diri.
Siswi bernama Jennie itu adalah teman kelas Jisoo dari kelas B, mereka sepertinya memang belum berkenalan sejak kemarin.
“maaf…kemarin aku belum sempat menyambutmu” ujarnya ramah.
Jisoo tersenyum manis menyambut tangan itu “ahh..Jisoo imnida…”
Mereka menjadi akrab semenjak memasuki gerbang sekolah tadi pagi, sampai sekarang mereka sedang ada di basketball court indoor sambil mengobrol dengan pembahasan sederhana seputar sekolah, sekarang mata pelajaran olahraga, jadi mereka bisa berleha-leha selama pertandingan basket antar laki-laki berlangsung, dan sebuah kebetulan bahwa kelas 3A, 1A dan 2B punya jadwal olahraga yang sama, kelas A akan bergabung dengan kelas lain jika mereka bosan menggunakan ruang gym di gedung mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In School ✔
FanfictionTak ada yang cerita yang menyenangkan selama sekolah selain belajar, atau menjadi anak penurut untuk mematuhi aturan keluarga dan aturan sekolah. Tapi... Tiba-tiba ada rasa aneh yg menjalar datang begitu saja... Seperti rasa yang membuatku ingin me...