Boyfriend

438 67 6
                                    

Jam istirahat tiba.

Jinyoung berlari dari gedung barat menuju ruang renang yang jaraknya lumayan jauh, dia sedikit memelangkan langkahnya sebelum membuka pintu lalu mengatur napasnya, setelah itu memasang wajah senang ketika membuka pintu, membuat Jisoo yang duduk di pinggir kolam langsung menoleh dengan wajah kesal.

“dari mana saja kau? Kau membuatku menunggu lama”

Senyum Jinyoung langsung pudar, langkahnya terhenti sambil melirik jam tangannya kemudian memasang tampang bodoh menanggapi Jisoo “tapi aku hanya terlambat 3 menit” ujarnya mencoba menyelamatkan diri dari kesalahan yang tak perlu dibesar-besarkan.

Jisoo masih tidak menerima “kau kan tahu kalau aku penakut…. Kau pikir menunggu sendirian di tempat seluas ini tidak menyeramkan huh? Bagaimana jika ada setan yang menarikku ke dalam kolam? Bagaimana kalau aku tiba-tiba hilang?”

Jinyoung mengerutkan keningnya “hyaaa….. kau kesurupan?”

“HYAAA JINYOUNG BODOH… menyebalkan sekali, kau bahkan menuduhku kesurupan”

“salahku apa?” ujar Jinyoung menunjuk dirinya sendiri, dia merasa sedang tidak melakukan kesalahan apapun meskipun terlambat 3 menit, dia hanya heran melihat tingkah Jisoo yang seperti ini “aku hanya bingung… kenapa kau tiba-tiba berbicara tentang setan…?? Ahss kau membuatku jadi merinding”

Jisoo masih saja kesal sambil meletakkan tasnya diatas bangku kayu “tidak peka” uajrnya masih saja jengkel.

Jinyoung mendekatinya dengan wajah semakin bingung, menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu menggumam dalam hati “apa maksudnya mengataiku tidak peka? Memangnya aku tidak peka kenapa? Ahh perempuan selalu saja menggunakan Bahasa yang sulit dimengerti”

“baiklah….. aku salah karena datang terlambat.. maafkan aku!!” ujarnya nyaring sambil mengelus bahu Jisoo.

“bukan masalah karena kau terlambat….”

“lalu apa?” Jinyoung masih belum mengerti.

Tapi Jisoo lagi-lagi memeluknya dengan gerakan tiba-tiba “kau kan tahu kalau aku sangat merindukanmu, seharusnya kau datang menjemputku di gedung timur dan kita bisa jalan berdua kesini, tapi kau justru membuatku menunggu sendiri… memangnya kapan perempuan yang menunggui laki-laki ketika mereka membuat janji untuk bertemu?? … ahss kau menyebalkan”

Jinyoung tidak memabalas pelukan itu tapi dia masih saja bingung “tapi.. bukannya tadi pagi kau sendiri yang bilang akan menungguku disini?”

Jisoo melepaskan pelukannya lalu menunjuki Jinyoung “itu hanya Bahasa perempuan Jinyoung, aku memang mengatakan kalau aku akan menunggumu.. tapi bukan berarti aku harus melakukannya dan menungguimu disini”

Kepala Jinyoung ingin meledak rasanya… ini lebih rumit dibandingkan table periodic dalam pelajaran kimia dan kalkulus, memusingkan…. Jinyoung bukanlah tipe orang yang terbiasa dengan Bahasa-bahasa yang seperti ini, apa yang harus dia lakukan sekarang? Apakah dalam menjalin sebuah hubungan, pihak perempuan rata-rata memang berlaku seperti ini? Membuat bahasa-bahasa baru dan meminta agar pasangannya paham dengan penjelasan-penjelasan ambigu yang memang tidak jelas.

Rasanya Jinyoung ingin langsung melompat kedalam kolam, tapi yang dia lakukan justru menarik Jisoo semakin dekat padanya, melingkarkan tangannya pada pinggang perempuan itu lalu menatapnya lama sampai wajah Jisoo berubah merah dan salah tingkah.

“aku mulai bisa membayangkan jika suatu saat nanti kita menikah…. Bisa dipastikan kalau kau akan menjadi istri yang sangat cerewet”

“memangnya siapa yang mau menikah denganmu?”

Love In School ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang