“apa?” ujar Jaebum tak percaya.
Jinyoung mengangguk yakin “iyaa, mataku masih bagus untuk melihat dari jarak sejauh itu, Suho dan Jisoo kelihatannya memang kenal satu sama lain”
“bagaimana bisa? Bukankah Jisoo siswa pindahan? Darimana Suho mengenal Jisoo?” tanya Jackson juga.
Jaebum kembali bersuara “mungkin saja Jisoo juga adalah keturunan bangsawan dan akhirnya kenal dengan Suho”
Jinyoung menggeleng “tidak mungkin, anak keturunan bangsawan darimana yang tinggal di Jeju? Aku pasti mengenalnya jika dia keturunan bangsawan, kemungkinan yang ada adalah dia anak konglomerat atau mungkin anak pejabat, karena orang dari kalangan biasa tidak mungkin bisa sekolah di tempat semahal ini”
“Rose dan Lisa belum memberikan informasi apa-apa tentang Jisoo” tambah Jackson.
Jaebum ikutan menambahkan “mereka tidak bisa mendekati Jisoo, satu-satunya informasi yang mereka katakan hanyalah, Jisoo murid paling tertutup di kelasnya, dan tak ada siapapun yang dekat dengannya selain Jennie, katanya..dia menghindari semua orang juga menghindari keramaian karena takut dibully”
“ada yang membullynya?” tanya Jinyoung.
Jackson dan Jaebum mengangguk bersamaan, lalu saling lempar pandang melihat Jinyoung yang tiba-tiba terdiam dan melamun ditempatnya.
“kau memikirkan apalagi?” Jaebum mulai dibuat penasaran, karena Jinyoung biasanya punya hal-hal aneh jika bertingkah seperti itu.
Jinyoung menoleh, memandang Jaebum dan Jackson secara bergantian lalu menghembuskan napas berat “apa aku harus berhenti?” ujarnya kemudian.
“berhenti?”
“iya maksudku….apa aku harus berhenti mengirim bunga tulip itu padanya? Ini mulai terasa tidak menyenangkan..tidak maksudku…kenapa aku tiba-tiba merasa takut?” ujarnya gugup.
“kalau kau ingin berhenti, seharusnya kau berhenti sejak kemarin….apa gunanya berhenti di pertengahan jalan?”
Suara-suara bersahutan dalam kepala Jinyoung, dia sedang menghitung hari-hari yang dia lewati memasang bunga tulip di loker Jisoo, dan kembali menghitung sisa beberapa hari lagi menjelang akhir bulan, hari ke 30, akhir pengiriman bunganya akan segera tiba, tapi….entah kenapa mulai terasa tidak sesuai dengan rencana.
Jaebum mendekati Jinyoung, menepuk punggungnya pelan seperti yang biasa dia lakukan “kau yang memulainya maka kau juga yang akan mengakhirinya, bisa saja kau berhenti sekarang, dan jika kau tetap ingin menyelesaikannya sampai hari ke 30, maka hasilnya tetap saja akan sama, masalah besar tetap akan terjadi meskipun kau mengatakannya sekarang ataupun nanti”
“iyya aku tahu” jawab Jinyoung dengan nada malas “aku frustasi karena tidak tahu apa-apa tentang Jisoo” ujarnya lagi.
“ini memang terdengar menakutkan” ujar Jackson kemudian “kita bermain-main dengan orang yang kita tak tahu siapa”
Jinyoung mengangguk “itu yang kumaksud, kita tak tahu apa-apa tentang Jisoo dan kenapa aku harus memberikan tulip itu?”
“baru menyesal sekarang?” ujar Jaebum.
“baiklah…aku akan berhenti” ujar Jinyoung tiba-tiba, dia mengalihkan semua perhatiannya pada buku bacaan yang dia pegang sepanjang hari ini.
“mulai tidak menyenangkan rupanya” tambah Jackson dan Jaebum, ikutan membuka buku mereka lalu lanjut membaca.
.
.
.
.Seperti yang dikatakan Jinyoung sehari sebelumnya bahwa dia akan berhenti mengirim bunga tulip itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In School ✔
FanfictionTak ada yang cerita yang menyenangkan selama sekolah selain belajar, atau menjadi anak penurut untuk mematuhi aturan keluarga dan aturan sekolah. Tapi... Tiba-tiba ada rasa aneh yg menjalar datang begitu saja... Seperti rasa yang membuatku ingin me...