Cahaya matahari pagi menembus cela-cela jendela memasuki kamar.
Jinyoung yang merasa terganggu karena paparan cahaya itu mulai mengerutkan keningnya, dia mengerang dalam tidur, kemudian perlahan membuka mata, hal yang pertama kali dia lihat adalah langit-langit kamar, kemudian berpikir sejenak, dari ekspresinya seperti mengatakan ‘aku sedang ada dimana?’
Keningnya berlipat, dia mencoba untuk mengumpulkan ingatan-ingatan yang tersisa, mencoba untuk sepenuhnya sadar dari tidurnya, tempat ini asing dan dia tidak sedang berada di kamarnya, dia mulai kebingungan, tepat setelah dia memutar tubuhnya ke samping, dia sadar bahwa sedang ada sepasang mata yang juga sedang menatapnya saat ini, dia mengerjapkan matanya berkali-kali, kepalanya terlalu nyeri untuk berpikir sepagi ini apalagi semalam dia seperti mendapat hantaman keras di kepalanya.
Semenit kemudian, kedua orang itu berteriak histeris.
HYAAAAAHHHHHHHHHHHH.
Otak mereka terlalu lambat untuk memproses apapun, hingga akhirnya Jinyoung dan perempuan itu hanya bisa berteriak saja, mereka baru saja bangun tidur dan dalam kondisi yang seperti ini, siapa yang tidak bingung.
“kau.. bagaimana.. bisa.. kau... kenapa? Kau...kenapa bisa ada disini?” Jinyoung frustasi, dia tidak pernah menyangka akan sesial ini saat bangun tidur.
Mereka tersentak dan duduk diatas kasur, masih menutupi tubuh mereka dengan selimut yang sama karena hanya ada satu selimut, pakaian yang mereka kenakan bahkan sudah berakhir di lantai. Jinyoung hanya bisa menatap itu dengan wajah menganga, kemudian kembali menatap perempuan yang ada disebelahnya, perempuan itu juga memasang ekspresi yang sama.
“apa yang kau lakukan Jinyoung?” teriak perempuan itu dengan suara keras sambil melempar bantal dengan wajah tak percaya ke arah Jinyoung dan tangan yang satunya masih sibuk menutupi tubuhnya dengan selimut.
Jinyoung menganga melihat beberapa lembar foto yang tergeletak diatas lantai dan meja rias, terlalu banyak hingga Jinyoung tak bisa menghitungnya, napasnya tak beraturan, otaknya sedang memproses banyak hal, lalu menoleh seperti orang yang benar-benar linglung “aku bersumpah… aku tak mengingat apapun” ujarnya pelan.
Perempuan itu menarik selimut hingga menyisahkan sedikit untuk Jinyoung “bagaimana ini bisa terjadi? Maksudku kenapa kita bisa berakhir di kamar hotel?”
Jinyoung menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, dia ingin marah pada dirinya sendiri, diapun tak tahu kenapa bisa berakhir disini “jika aku tahu maka aku tidak akan sekaget ini, bukan kau satu-satunya korban, aku juga tidak tahu kenapa bisa berakhir di hotel bersamamu” Jinyoung menjeda kalimatnya lalu menatap perempuan itu “Jisoo-ah…. Aku bersumpah…. Aku tidak tahu apapun”
“ahhhhhhhhhss” teriak Jisoo lagi lalu menyembunyikan wajahnya dibalik bantal, semenit kemudian dia mulai terisak, Jisoo menangis.
Jinyoung menatapnya dengan ekspresi tak tahu harus melakukan apa, mereka berdua kebingungan karena tak ingat apapun “Jisoo-ah….. aku minta maaf… aku….” ujarnya mulai gugup dan ketakutan.
Dengan suara yang masih saja terisak Jisoo berteriak “KAU BENAR TIDAK TAHU KENAPA KITA BISA BERAKHIR DISINI? BERSAMA? DALAM KEADAAN SEPERTI INI?”
Teriakan Jisoo membuat Jinyoung lagi-lagi menoleh ke pakaian mereka yang berserahkan di lantai.
Siapa yang bisa menjelaskan kondisi ini?
Jisoo terus saja memaksa otaknya untuk mengingat kejadian sebelumnya, tapi tak adapun yang dia ingat, semuanya buyar, dia seperti mengalami lupa ingatan sementara, sambil terus terisak Jisoo menarik selimut itu, dia tak ingin menatap kearah Jinyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In School ✔
FanfictionTak ada yang cerita yang menyenangkan selama sekolah selain belajar, atau menjadi anak penurut untuk mematuhi aturan keluarga dan aturan sekolah. Tapi... Tiba-tiba ada rasa aneh yg menjalar datang begitu saja... Seperti rasa yang membuatku ingin me...