with me.

587 103 11
                                    

Karena telah menjadi sebuah kebiasaan, biar bagaimanapun, Jisoo tetap saja terlambat bangun pagi, nyonya Kim tak tahu lagi harus seperti apa, yang dia lakukan hanyalah menyahut memanggil Jisoo setiap pagi.

Setelah bersiap-siap, ayahnya akan mengantarnya ke sekolah sebelum pergi ke rumah sakit, tapi… baru saja selesai sarapan pagi, ponsel Jisoo langsung berdering, biasanya Jennie yang menelponnya pagi-pagi begini, tapi ternyata bukan Jennie, melainkan orang lain…. Bukan orang lain tapi orang yang baru dekat dengannya terhitung sejak semalam.

“mmm…Jinyoung?” bisik Jisoo sambil meninggalkan ruang makan, dia berjalan ke teras depan untuk menunggui ayahnya.

“kau sudah ada di sekolah?” tanya Jinyoung.

Sambil melirik terus kedalam pintu rumah menunggui ayahnya, Jisoo menjawab “baru mau berangkat… kenapa?”

“ohh…tidak…aku hanya bertanya”

“kau ada dimana?” tanya Jisoo balik.

“di sekolah…”

“kenapa pagi-pagi sekali?” tanya Jisoo heran, dia baru sadar ternyata Jinyoung memang rajin datang pagi ke sekolah, dulu ketika Jinyoung mengirim bunga tulip itu padanya, bisa dipastikan laki-laki itu sudah nongkrong di sekolah pagi-pagi sekali sebelum Jisoo tiba…pantas dia mendapat predikat siswa terbaik karena rajin bangun pagi.

“aku ada di greenhouse milik kepala sekolah….. aku menunggumu disini, datanglah ke area selatan sebelum jam pertama masuk!”

mwo?” kalimat Jisoo terjeda dikarenakan ayahnya sudah keluar rumah, dia harus berangkat dan tentu saja harus mengakhiri panggilannya juga.

“siapa yang menelpon?” tanya tuan Kim penasaran melihat Jisoo yang terlihat menelpon secara sembunyi-sembunyi.

Jisoo menggeleng sambil mematikan panggilannya dan memasukkan ponselnya kedalam tas “ahhh.. Jennie menelponku” jawabnya, entah kenapa harus berbohong.

.
.
.
.

Jinyoung mengerutkan keningnya kebingungan, menatap ponselnya dengan mata membulat “apa aku melakukan kesalahan lagi?” gumamnya.

Lisa dan Bambam yang ikut membantu merawat taman pribadi milik kepala sekolah hanya menoleh heran “kenapa hyung?” tanya Bambam.

Tanpa menoleh Jinyoung menjawab “Jisoo mematikan panggilanku, padahal aku hanya mengatakan bahwa aku  menungguinya disini, apa aku salah?”

Lisa dan Bambam saling melirik mencari jawaban atas pertanyaan Jinyoung, mereka berpikir bahwa Jinyoung tidak bersalah, itu artinya ada sesuatu dengan Jisoo.

“mungkin dia ada urusan penting sampai harus mematikan ponselnya tanpa memberitahu dulu” ujar Lisa.

Jinyoung menoleh “aahhss…. Iyaa itu bisa jadi, aku tidak boleh berburuk sangka”

Bambam mengerutkan keningnya “hyung….. kau berteman dengan perempuan yang kemarin kita aniaya?”

Jinyoung menoleh dengan tatapan sinis “ahsss…. Jangan ingatkan aku tentang kejadian kemarin, aku tidak ingin mengingat tentang kejadian itu lagi”

“kenapa hyung…??”

“masih bertanya?.... hyaa tentu saja aku takut akan membenci kalian karena memperlakukan Jisoo seperti itu…tapi ahh sudahlah mari kita lupakan, aku ingin memulai hidup baru” ujarnya melempar senyum manis sambil mengedipkan matanya.

Melihat itu, Lisa hanya menyiku lengan Bambam dengan kuat, dia terlalu heran melihat Jinyoung yang kelihatannya sangat berbunga-bunga seperti kebun bunga ini.

Love In School ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang