Rosé membawa Jungkook ke UKS. Berniat mengobati luka Jungkook akibat perkelahiannya dihalte bus tadi.
Rosé dengan telaten mulai mengobati luka disudut bibir Jungkook, dan mengompres luka lebam yang ada di tulang pipinya.
"Makasih..." lirihnya. Rosé tersenyum. Kemudian ia membereskan peralatan P3k nya, dan menghampiri Jungkook lagi.
"Setelah ini, lo pasti tau, kan? Alasan gue minta lo ngejauh dari gue?"
Rosé mengernyit. Ia belum mengerti sebenarnya. "Maksudnya? "
"Lo mau tau alesan yang sebenarnya, kan?"
Rosé mengangguk cepat.
"Gue takut lo kenapa-kenapa, Rosé. Gue takut lo diincer Jaehyun kek tadi, dan bener, kan? Dugaan gue. Itu sebabnya, gue mau lo jauh dari gue. Dan sebenarnya Yeri bukan pacar gue, dia sepupu gue. Gue jadiin alesan biar lo, bisa jauhin gue."
Rosé terdiam. Dirinya benar-benar tertegun, setelah mendengar penjelasan Jungkook. "Jadi, maafin gue..."
"Jujur, sebenernya gue gak bisa jauh-jauh dari lo..."
Rosé tersenyum tipis mendengarnya. Kemudian menaruh telapak tangannya, dilengan Jungkook yang tengah tertunduk sekarang.
"Lo seharusnya gak gini juga, gue gak akan kenapa-kenapa, Kook. Kalo lo tetep disamping gue.."
Jungkook mengangkat kepalanya. Kemudian tersenyum tipis, ke arah Rosé. "Jangan kaya gitu lagi.."
"Gue juga gak bisa, jauh-jauh dari lo.."
Hati Jungkook menghangat mendengarnya. "Tapi gue takut, Rosé. Kalo Jae-"
"Nggak akan. Kalo lo tetep di samping gue."
🖤🖤🖤
Kini Jimin sedang mampir dulu di rumah Jennie. Mengobrol-ngobrol dan bercanda dengan Jennie di kamarnya. Seouhyun pun sudah biasa dengan itu.
"Oh ya, Jimin!"
Jimin membangunkan dirinya, diikuti Jennie. Kemudian menatap Seouhyun, yang sedang berdiri di ambang pintu kamar Jennie. "Iya, Tan?"
"Mama Papa kamu malem pulang. Mereka udah hubungin kamu tapi kamu gak bales katanya. Nanti malem siap-siap jemput mereka ke Bandara ya.."
Jimin hanya mengangguk tanpa ekspresi. "Yaudah. Tante pergi dulu.."
Jennie melirik Jimin, yang hanya menampilkan muka biasa. Padahal orang tuanya akan pulang dari Paris. Sudah sekian lama tidak berjumpa sekitar 2 bulan lamanya.
Orang tua Jimin ke Paris karena ada pekerjaan disana. Jadi Jimin terpaksa tinggal sendiri, dengan pembantu nya saja dirumah.
"Kok, lo B aja sih!" Jennie menyenggol lengan Jimin dengan sikutnya.
"Gue harus apa? Teriak-teriakan kayak orang gila? Gitu?"
Jennie terkekeh. "Nggak gitu juga sih!!"
"Yaa, seenggaknya. Senyum seneng kek, ini mah datar banget mukanya."
Jimin tidak menggubris perkataan Jennie. Cowok itu malah merebahkan dirinya lagi di kasur Jennie. "Bodo ah!"
Jennie memutarkan bola matanya malas. "Mochi.. Mochi..."
Jimin jadi teringat dengan Rosé, ketika Jennie memanggilnya dengan sebutan Mochi. Jimin mengambil ponselnya di nakas. Kemudian mencari kontak Rosé, dan mengirim pesan untuknya. Jennie hanya terdiam, memperhatikan gerak-gerik Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVIDENCE | ᴶⁱʳᵒˢᵉ ˣ ᵀᵃᵉⁿⁿⁱᵉ
Teen FictionKisah cinta di sekolah 🏫📍 ⚠️ Cerita gabut yang agak somplak, alay, sangat random, mengandung kerecehan, kegregetan dan ketidakpekaan dari para tokohnya:v ⚠️ 'Hanya Sahabat' Kata yang tepat untuk dirinya dengan Jimin. Membuat Jennie hanya bisa men...