8. Sakit

34.4K 2.4K 5
                                    

Author POV

Selama 5 hari ini Nadya selalu menghindar untuk bertemu dengan Ali. Dia menghindar, dan entah untuk apa Nadya menghindar dengan alasan yang tidak jelas. Sebisa mungkin Nadya agar tidak bertemu dengan Ali. Seperti saat jadwal piket ndalem, Nadya akan lebih memilih membantu Nur untuk memasak makanan ndalem atau disaat Ali sedang tidak ada di ndalem.

Tapi untuk malam ini Nadya tidak bisa menghindar, dikarenakan malam ini kelas diniyyah Nadya waktunya Ali untuk mengajar.

🌹🌹🌹🌹

Nadya POV

"Aduuh, gimana ini masak aku bolos diniyyah aja, ya kaliii".

"Nad, ayo berangkat! Keburu gus Ali rawuh* loh".

*Rawuh-> Datang.

"Iya kayl, sebentar aku ambil kitab ku dulu".

****

Sudah setengah jam aku dan lainnya menunggu kedatangan gus Ali. Kelas lain sudah dimulai dinyyahnya.

Tidak lama datanglah seorang santri putri.

"Mbak-mbak, ngapunten gus Ali mboten saget rawuh, amergi gus Ali gerah*".

*(Mbak-mbak, maaf gus Ali tidak bisa datang, karena gus Ali sakit).

Satu ruangan diniyyah langsung terdiam, 1 sisi mereka senang enggak diniyyah 1 sisi lainnya mereka mengkhawatirkan gus idolanya itu.

Entah perasaan apa ini, mengapa aku khawatir? Apa yang membuat gus Ali hingga sakit.

Aku langsung keluar dari ruang diniyyah, dan entah insting dari mana kaki ku berjalan menuju arah ndalem.

Ketika aku telah sampai di dapur aku melihat mba Nur membawa nampan yang berisi semangkuk bubur dan segelas air putih.

"Mba Nur" Panggil ku. Dan mba Nur menghentikan langkahnya.

"Eh, kebetulan ada Nadya, Nad mba Nur minta tolong ya, tolong anterin ini ke kamar gus Ali?" Mohonnya sambil menyerahkan nampan ke tanganku.

"Emang Mba Nur mau kemana?".

"Mba Nur kebelet pipis dari tadi, yang lainnya lagi sholat dulu, berhubung mba Nur lagi halangan yaudah mba Nur yang bikin bubur buat gus Ali. Yaudah Nad, tolong ya mba Nur udah enggak tahan lagi" Ucapnya sambil berlalu.

Aku bingung haruskah aku menemui gus Ali. Disaat 5 hari yang lalu aku berusaha menghindar bertemu dengannya.

Mau tidak mau aku harus mengantarkan. Akupun berjalan menuju kamar gus Ali.

Tok..Tok.. Tok..

"Assalamualaikum gus".

"Waalaikumsalam salam" Yang terdengar balasan salam dari bunyai.

Bunyai yang membukakan pintu kamar.

Ketika bunyai mau mengambil nampan yang aku bawa terdengar suara abah yai memanggil bunyai.

"Kamu anterin aja Nad kedalam, saya mau ke abah yai dulu".

Aku hanya menanggukan kepalaku.

Aku masuk kamar kedalam kamar gus Ali, dan mata ku tertuju melihat tubuh gus aneh ku yang sedang terbaring diatas kasur. Aku kira gus Ali sedang tidur, dan ternyata tidak.

"Mati kamu Nadya!" Rutuk ku.

"Gus niki".

Ku lihat gus Ali berusaha untuk duduk dan bersandar pada dipan kasur.

"Makasih ya".

"Enggih gus".

"Kamu kenapa akhir ini jarang ke ndalem, kamu menghindar dari saya?".

Double kill!

Aku bingung harus menjawab apa.

"M-mboten mboten gus kulo.. kulo niku-*".

*(Ti..Tidak tidak gus aku.. aku itu-).

"Kamu sudah baca surat yang saya selipkan didalam novel?".

Aku hanya menanggukan kepala dengan menundukan kepalaku.

"Oh, ya sudah kamu boleh keluar".

Aku sedikit terkejut, aku kira gus Ali meminta balasan tentang surat yang ia berikan pada ku.

Aku pun berjalan lesu keluar dari dalam kamar gus Ali, entah kenapa aku sedikit kecewa ketika gus Ali menyuruhku keluar dari dalam kamar yang biasanya dia menahan-nahan diri ku karena dia ingin mengerjai ku.
.
.
.
.
Jombang, 22-10-2019

Don't forget to vote and share!😘

Spend Every Second With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang