22. Mosque

30.9K 2K 3
                                    

Nadya POV

"Kok.. nje-njenengan?" Tanya ku gugup dan kaget sambil jari telunjuknya mengarah pada Mr.Syaiban.

"Assalamualaikum, Zahra how are you?" Tanya pria didepan ku dengan tersenyum sambil menunjukkan giginya yang berjejer rapi.

"Gus-gus Ali kok..dateng meriki*?".

*(Gus Ali kok bisa disini?).

"Salamnya dijawab dulu dong".

Masih saja menyebalkan, tapi inilah yang membuat aku merindukan pria ini.

"Astaghfirullah, ingat Nad! Dia sudah punya istri!"

"Wa-Waalaikumsalam..gus Ali kok.. saget dateng meriki?!" Tanya ku ulang.

"Takdir" Jawabnya yang membuat ku cengo sambil berjalan meninggalkan ku, yang masih berdiri shock.

"Mau berdiri terus kayak gitu?" Teriak gus Ali yang sudah mendapat tempat duduk.

Kemudian mau tak mau aku menghampiri pria yang menyebalkan namun bodohnya aku menyukainya.

Aku duduk disamping gus Ali agak jauh.

"Gus..Gus Ali-"

"Ternyata kamu masih ingat dengan saya" Ucapnya memotong omonganku.

"Ya..iyalah karena-".

"Karena kamu selalu memikirkan dan merindukan saya" Potongannya lagi memotong ucapanku.

"Percaya diri sekali gus Ali".

"That's a fact".

"Terserah gus Ali, mawon mpun*".

*(Terserah gus Ali aja udah).

Gus Ali, tertawa sambil memandangi ku.

"Aduh, emang aku nggak salting apa dilihat in kayak gitu" Batinku.

"Jaga pandangan gus, ingat udah punya istri!".

"Kan yang saya pandangi calon istri saya".

"Ini laki-laki masih gesrek rupanya" Rutuk ku kesal.

Bagaimana tidak, dengan gampangnya ia mengatakan aku calon istrinya, emang aku mau dijadikan istri keduanya? Tidak! Makasih!

"Nadya SERIUS gus!" Ucap ku menekankan pada kata serius.

"Saya juga SERIUS Zahra" Balas nya menirukan nada ku.

"Iiihh, nggak berubah berubah, tetep aja ngeselin!".

"Tapi rindukan?" Godanya.

"Terserah njenengan mawon mpun gus!".

Terjadi keheningan beberapa detik.

"Gus Ali"

"Zahra"

Dan entah kenapa disaat itu kita mengucapkan secara berbarengan.

"Kamu dulu saja" Ucap gus Ali.

"Gus Ali mboten sholat?".

"Saya sudah sholat tadi di bandara".

Aku mengeryitkan dahiku.

"Lah, terus kenapa minta mampir di masjid ini?".

"Saya hanya mengikuti jawaban sholat istikharah saya yang hampir 4 tahun yang lalu".

"Maksudnya gus Ali?".

"Kamu tidak akan faham".

Aku hanya diam mendengar jawaban gus Ali.

"Tadi gus Ali badene ngomong nopo*?".

*(Tadi gus Ali mau ngomong apa?).

Tidak ada jawaban selama beberapa detik.

"Saya minta maaf kepada kamu".

"Sudahlah gus, itu sudah takdir Allah, kita tidak bisa menolak dan merubahnya".

"Apakah kamu sakit hati dengan saya?".

"Eumb, entahlah gus.. mungkin kulo cuma kecewa mawon".

"Apakah kamu mau mendengarkan saya berbicara?!" Ucapnya dengan nada antara bertanya dan memerintahkan.

"Kan kulo ket wau sampun mirengaken njenengan*".

*(Aku dari tadi kan udah dengarkan kamu).

"Saya serius Zahra".

"Gus Ali bade bicara nopo? Nek masalah pernikahan gus Ali kaleh garwo ne gus Ali, sak niki mboten wonten guna ne. Lagian kulo mantun di telfon kaleh Bundanya Nadya, teros e wonten seng khitbah Nadya*".

*(Gus Ali mau bicara apa? Kalau masalah pernikahan gus Ali sama istri gus Ali, sekarang enggak ada gunanya. Lagian aku habis di telfon sama Bundnaya Nadya, katanya ada yang mau khitbah Nadya).

Gue Ali langsung menatap aku kembali ketika mendengarkan kata kata terakhir ku.

"Terus kamu terima?".

"Dereng ngertos*".

*(Belum tahu).

🌹🌹🌹🌹

Ali POV

Ketika saya dan Mirza sudah mengambil koper, saya dan Mirza berjalan keluar untuk mencari orang yang sedang menunggu saya dan Mirza.

Dari jauh saya melihat orang yang membawa kertas bertuliskan nama Mirza. Dan Mirza menyadari itu.

"Mr.Syaiban sepertinya itu yang menuggu kita".

Saya hanya mengangguk kepala saya.

Namun saya juga melihat perempuan disamping perempuan yang membawa kertas tersebut.

"Zahra? Apakah benar dia Zahra?" Gumam saya sambil melepas kacamata hitam yang saya pakai untuk memastikan apakah benar dengan apa yang saya lihat.

Dan ternyata gumam‐an saya terdengar oleh Mirza.

"Apakah Mr.Syaiban melihat perempuan yang selalu dirindukan oleh Mr.Syaiban?" Tanyanya sekaligus menggoda saya.

"Sepertinya.. Namun saya juga tidak tahu".

"Apakah nama perempuan yang gus Ali cintai itu memiliki nama lengkap Nadya Azzahra Busyaina?".

Saya langsung menolehkan kepala saya kepada Mirza, ketika ia menyebutkan nama Zahra dengan lengkap dan benar.

"Dia yang mengontak saya selama ini Mr.Syaiban, untuk mempersiapkan kedatangan anda".

"Berarti kalian banyak berkirim pesan?".

"Iya, namun hanya membahas kedatangan dan kita hanya memperkenalkan nama saja".

Sebelum pintu terbuka saya memakai kacamata hitam saya lagi.

"Saya akan ke toilet kemudian sholat, tapi bilang kepada mereka saya ingin mampir ke Masjid Sultan Ahmed, fahamkan?".

"Siap, pak boss" Jawabnya sambil bergurau.

Ketika saya hampir mendekati 2 perempuan yang berdiri, saya membelokkan langkah saya. Dan benar sekali dia Zahra, perempuan yang sudah hampir 4 tahun saya tidak bertemu dengannya. Dan saya masih menyimpan rasa kepadanya.

****

Saya mengambil hand phone saya. Untuk mengetik pesan dan mengirim kepada asisten saya selama di Inggris. Mirza.

"Kalian pulanglah dulu saya dan ia akan pulang menggunakan taxi".
.
.
.
.
Jombang, 07-11-2019

Don't forget to vote and share!😘

Spend Every Second With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang