59- End All Of Story

25.1K 1.2K 29
                                    

Author POV

Jenazah Nabila sudah datang dirumah. Sudah dimandikan, tinggal di pakaikan kafan.

"Pingin cium Nabila.. untuk terakhir kalinya mas.." Ucap Nadya pada Ali yang selalu menemani Nadya. Nadya tidak diperbolehkan ikut memandikan Nabila, karena ia sedang hamil besar takutnya kenapa-kenapa.

"Iya.." Ucap Ali dengan penuh pengertian, menuntun Nadya menuju Nabila yang terbaring. Dengan tubuh yang sudah tidak sebengkak dan sebiru saat masih di rumah sakit.

"Pelan-pelan ya.. air matanya jangan sampai netes.." Nadya hanya menganggukan kepalanya pelan.

Nadya menundukan kepalanya namun ia tidak kuat akhirnya ia mengusap dulu air matanya, jangan sampai menetes mengenai Nabila. Namun air matanya selalu keluar. Menundukan kepalanya untuk kedua kalinya masih tetap sama.

Ali memeluk Nadya menenangkan istrinya "Tenang dulu.. Nanti kalau udah tenang coba lagi..".

Tidak lama Nadya sedikit lebih tenang dan bisa mengendalikan air matanya, ia segera menundukan kepalanya untuk mencium kening Nabila.

"See you in heaven, my angel" Bisik Nadya pelan dan Nadya segera menegakan tubuhnya karena ia sudah tidak tahan menahan air matanya yang ingin keluar.

Bergantian dengan Ali yang membungkukan tubuhnya untuk mencium Nabila.

"Kamu terlihat sangat cantik seperti bidadari, my love" Ucap Ali pelan, tersenyum menatap Nabila yang kepalanya ditutupi kain ihram milik Ali sebagai jilbab.

****

"Kamu kok enggak nangis Nabil?" Tanya Naila polos yang ikut duduk disamping Nabil, sambil mengikuti arah pandang Nabil menatap dari jauh tubuh Nabila yang sudah terbungkus kain kafan.

Nabil hanya diam tidak menanggapi pertanyaan Naila. Mereka berdua memahami arti meninggal tapi mereka tidak bisa menangis.

"Aku enggak nangis, karena kata Mamah kita bakal ketemu lagi sama Nabila di surganya Allah" Ucap Naila membuat Nabil menolehkan kepalanya menatap mata hazelnut milik Naila dan bibir yang tersenyum tulus padanya, Naila tersenyum karena semenjak jenazah Nabila datang ke rumah Nabil tidak menanggapi dan tidak menatap Naila. Dan akhirnya Naila hanya mengikuti saja kemana Nabil melangkahkan kakinya.

"Sini aku peluk.. kalau mau nangis enggak papa.. enggak bakal ada yang lihat kok.." Ucap Naila memeluk Nabil dari samping.

Dan Nabil tidak menolak pelukan dari sahabat kecilnya teman perempuan pertama yang ia punya.

🌹🌹🌹🌹

Nadya POV

Tidak terasa malam ini sudah 7 hari kepergian Nabila. Semua orang di sekeliling ku selalu menyemangati ku agar bisa ikhlas dan tabah menerima kepergiannya Nabila. Aku sedang dalam proses itu, mencoba mengikhlaskan kepergian Nabila. Meskipun terkadang masih terbayang dengan suara dan bayangan dia, yang membuat ku teringat dan menangis lagi.

"Sayang..".

"Dalem?" Aku menatap mendongakkan kepala ku saat mendengar panggilan dari suamiku sambil tersenyum padanya.

"Lagi ngelamunin apa?" Tanyanya yang sudah berdiri didepan ku, sedangkan aku duduk ditepi ranjang.

"Mboten ngelamunin nopo-nopo" Jawab ki sambil melingkarkan kedua tangan ku di pinggangnya.

*(Enggak ngelamunin apa-apa).

"Istirahat sana.. jangan kecapekan" Ucap gus Ali sambil mengelus rambut ku yang tergerai.

Spend Every Second With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang