46. Ikhlas?!

24.6K 1.3K 29
                                    

Nadya POV

Selama perjalanan pulang hingga sampai dirumah gus Ali hanya diam tidak bicara sama sekali kepada ku. Aku sangat takut jika ia marah kepada ku.

"Mas.." Panggil ku pelan bahkan seperti bergumam.

Gus Ali hanya menatap ku sebentar sebagai respon panggilan ku. Gus Ali mengabaikan ku dengan membaca bukunya.

"Mas Ali.." Kini kembali aku lebih memberanikan diri untuk memanggil suamiku.

Gus Ali mengabaikan ku dengan beranjak dari sofa meninggalkan ku.

Segera aku mengejar gus Ali, memeluknya dari belakang dan melingkarkan kedua tanganku di perutnya.

"Saya tidak ridho dengan apa yang kamu lakukan itu" Ucap gus Ali dengan nada datar.

"Sudah kamu siap-siap tidur, saya mau pergi".

"Mas Ali bade dateng pundi?*".

*Bade Dateng Pundi-> Mau kemana.

"Saya ada janji dengan teman saya" Jawab gus Ali dengan melepaskan kedua tangan ku dari perutnya.

Kemudian gus Ali keluar dari dalam kamar kami, meninggalkan ku sendirian.

Aku hanya bisa diam dan meneteskan air mata ku.

Jika kalian tanya, aku sebenarnya sangat sulit untuk melakukan hal ini. Namun, mau bagaimana lagi aku masih sadar diri sebelum ada yang menyadarkan ku dan membuat ku lebih sakit hati.

🌹🌹🌹🌹

Ali POV

Saya sangat terkejut setelah Kayla menceritakan semuanya kepada saya.

Saya kecewa dengan apa yang dilakukan dengan bidadari kecil saya. Saya sangat tidak menyangka.

Selama seminggu ini saya mendiamkan Zahra, jika ia bicara baru saya jawab. Dan selama seminggu itu juga ia menginginkan agar saya menikahi Kayla.

"Mas.. njenengan kapan khitbah Kayla?" Entah untuk keberapa kalinya saya mendengar pertanyaan itu dari Zahra.

🌹🌹🌹🌹

Nadya POV

"Apa kamu benar-benar ikhlas jika saya menikahi Kayla?".

Dengan berat aku menanggukan kepalaku.

"Bagaimana nanti jika saya tidak bisa bersikap adil? Bagaimana jika saya akan lebih condong pada dia?".

"Mas Ali bakal bersikap adil" Jawab ku dengan menundukkan kepala ku tidak terasa air mata ku sudah keluar.

"Apa kamu ikhlas melihat saya jika di akhirat kelak berjalan dengan pundak miring sebelah akibat saya tidak bisa bersikap adil?".

Aku semakin menangis dan tidak bisa menjawab pertanyaannya yang sangat sulit untuk aku jawab.

"Nadya yakin gus Ali bisa bersikap adil".

"Oke, jika itu mau mu, saya akan menikahi dia" Ucap gus Ali dengan datar tapi penuh penekanan.

Mendengar perkataan gus Ali seperti ada beton yang menimpa ku.

"Tapi perlu kamu tahu, jika memang kamu ikhlas saya menikahai dia, sepertinya kamu sudah tidak cinta lagi dengan saya Nadya Azzahra" Jawab gus Ali mengangkat dagu ku menatap ku lekat kemudian pergi meninggalkan ku sendirian di ruang makan.

Ketika gus Ali sudah pergi masuk kedalam kamar kita, aku membekap mulut ku sendiri dengan kedua tanganku. Agar suara tangisanku tidak terdengar siapapun.

Jika keadaan bukan seperti ini sungguh aku sangat tidak rela untuk melakukan ini. Di posisi seperti ku juga sangat berat dan sulit untuk melakukan hal seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, karena hakikat mencintai adalah mengikhlaskan.
.
.
.
.
Jombang, 05-01-2020

Yeyy!! Sorry geengs, karena udah agak telat buat update author kasih double up deeh😁😘
Dan terimakasih buat kemarin yang udah kasih jawaban. Akhir cerita ini author pingin buat yang mainstream biar pada greget..wkwk✌ Jadi masih rahasia happy ending apa sad ending😆 Oke, Author tunggu sampai total votenya 4,5 🔥 Author juga persilahkan buat yang mau comment 🤗

Spend Every Second With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang