11. Pernikahan

40.4K 2.3K 5
                                    

Bukan begitu, menikah itu saya terima nikahnya artinya itu saya terima manjanya, terima bawelnya, terima cengengnya, terima posesif, terima cemburuannya, saya terima semua kekurangannya.
-Ima Madani-
.
.
.
.

Nadya POV

Semenjak perkataan gus Ali yang akan mengkhitbah ku suatu saat nanti. Entah kenapa aku ketika bertemu dengan beliau rasanya jantungku seperti naik wahana roller coaster.

Setelah membantu mba Nur tadi gus Ali memintaku untuk menemui ku di gazebo sebelah ndalem.

Ketika langkah ku akan sampai di gazebo, gus Ali mempersilahkan ku duduk.

"Wonten nopo gus*?" Ucap ku mengawali percakapan.

*(Ada apa gus?).

"Zahra, maukah kamu saya khitbah kamu didepan kedua orang tua mu?".

Aku sangat terkejut sekali, kenapa begitu cepat sekali padahal 1 minggu yang lalu gus Ali berniat akan mengkhitbah ku suatu saat nanti. Tapi kenapa kok sekarang begitu cepat.

"Gus, kenapa kok terlalu cepat gus? Njenengan ngertos kan nek kulo tasek pingin kuliah rumiyen*".

*(Gus, kenapa kok terlalu cepat gus? Kamu tau kan aku masih mau kuliah dulu).

"Kuliah sehabis nikah kan juga bisa".

"Tapi gus-".

"Kenapa?".

Aku menghembuskan nafas ku, seakan akan mengangkat beban pikiran selama ini yang aku pikirkan.

Dan tiba tiba suasana menjadi serius.

"Gus, gus Ali nopo o kok milih kulo dados garwone njenengan? Nopo o mboten seng sederajat mawon kaleh njenengan. Kulo niku tasek dereng saget nopo-nopo, ilmu lan pengalaman kulo dereng katah, kulo nggeh tasek manja, hafalan kulo nggeh dereng mantun. Berbanding balik kaleh njenengan*".

*(Gus, gus Ali kenapa milih aku jadi istrinya kamu? Kenapa tidak yang sederajat saja sama kamu. Aku itu belum bisa apa-apa, ilmu dan pengalaman ku belum banyak, aku masih manja, hafalan ku belum selesai. Berbanding balik dengan kamu).

"Entah kenapa selalu kata kata itu yang keluar dari mulut ku, mungkin mulut ku sadar sedang bersama siapa diriku berhadapan".

Dan entah kenapa aku bisa nyerocos selancar itu.

"Saya ingin mencari istri yang ning sebenarnya. Tapi, ning yang saya inginkan kamu?" Tanggapnya mencairkan suasana.

"Iihhh.. Gus Ali nyebelin".

Dan gus Ali malah terkekeh.

"Zahra, saya juga masih banyak kekurangan, insyaallah saya bisa membimbing kamu".

Dan kata kata itu lagi yang keluar dari lisan gus Ali. Yang membuat diriku ngefly.

Entah kenapa ketika mendengar beberapa kalimat terakhirnya rasanya badan ku mendasir dan agak geli siih..

"Niki saestu nopo gus*?".

*(Ini beneran apa gus?).

"Saya tidak pernah bermain main dengan pernikahan, dan bagi saya pernikahan 1 kali seumur hidup untuk saya".

Aku hanya terdiam mendengar perkataannya.

"Gus tapi kulo-".

"Tolong pikiran kan terlebih dahulu Zahra, saya tidak memaksa mu saya juga tidak ingin kamu tertekan tapi saya berharap kepadamu".

Aku termenung memikirkan ini.

"Gus, paringi kulo waktu rumiyen damel jawab ini?*".

*(Gus, beri aku waktu dulu buat jawab ini).

"Berapa hari kamu akan mengasih kepastian kepada saya".

"1 minggu dos pundi gus*?".

*(1 minggu bagaiman gus?).

"Tidaklah itu telalu lama Zahra?, bagaimana dengan 3 hari saja?".

Aku kembali berfikir dan termenung, akankah aku bisa memberi keputusan selama 3 hari. 1 minggu saja rasanya aku masih ragu.

"5 hari enggih gus".

Terjadi keheningan beberapa detik.

"Oke 5 hari, 5 hari yang akan datang saya akan menuggumu disini di waktu yang sama untuk mendengar jawabanmu. Tapi, saya mohon jika kamu menolak saya kamu cukup untuk tidak datang kesini".

"Eng-enggih gus.. Insyaallah".
.
.
.
.
Jombang, 25-10-2019

Don't forget to vote and share!😘

Spend Every Second With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang