20. Park's Sister 🍃

1K 82 19
                                    

"Bayang masa lalu selalu berputar dalam hidupku. Mungkin aku ingin melupakan, tapi Tuhan ingin aku mengenang pun melawan, seberapa sakit itu. Aku harus!"
👣

Sesampainya di rumah, El dan Al dikejutkan oleh sesosok gadis berambut panjang sepunggung yang tersenyum ceria, seraya merentangkan kedua tangannya lebar-lebar.

“Kesini sepupu-sepupuku yang cantik dan tampan.” El dan Al masih melongo di tempatnya. Mereka masih terlihat tidak percaya dengan keberadaan gadis itu saat ini.

“Hanna, Eonnie28?”

“Noona!” Keduanya langsung berhambur memeluk gadis dewasa itu.

“Kapan Eonnie sampai?” tanya El melepaskan diri, diikuti oleh Al.

“Beberapa menit yang lalu, Paman yang menjemputku. Paman bilang kalian sedang keluar, jadi tidak kukabari.” Perkataanya lembut. Matanya sipit, tapi masih terlihat ada binar di sana.

El menatap Abinya. “ Abi tadi setelah dari kantor langsung ke bandara?” pertanyaan itu langsung diangguki oleh beliau.

“Noona tidak bersama Paman? Tumben sekali sendiri. Sudah berani, ya?” Al menaik-naikkan alisnya.

“Aku sudah besar, tidak sepertimu, adik kecil,” jawab Hanna sambil menarik sudut bibirnya, dan berjalan menuju sofa.

“Iya, Hanna, kapan Ayahmu ke sini? Kenapa tidak ikut?” tanya Umi. Mereka kini berkumpul di ruang keluarga.

“Appa sedang sibuk-sibuknya, bibi. Aku saja tidak berani mengganggunya. Tapi aku sudah pamit padanya, kok,” jawab Hanna. Siapa yang tahu jika Hanna adalah saudara El?

“Baguslah kalau sudah izin. Oh iya, besok Abi diundang ke acara syukuran perusahaan teman Abi. Kalian bisa ikut.” Laki-laki paruh baya tersebut memberitahu mereka.

“Hanna? Kau mau ikut?”

           “Apa boleh, Paman? Hanna kan hanya keponakan, Paman.” Gadis bekulit putih itu menunduk menatapi jari-jari tangannya sendiri

“Keponakan juga keluarga, kita sedarah, Ibumu adalah adik Paman, jadi kau tak perlu sungkan dengan kami.” Semuanya sama, mereka satu keluarga, tidak ada yang boleh pecah, tapi siapa yang tahu skenario Tuhan?

☘☘☘

Malam pun tiba. Di kediaman tuan Arya Shin sudah berkumpul tiga keluarga yang saling duduk melingkari meja penuh makanan. Bisa dikatakan jika mereka tengah reuni. Mereka adalah Arya Shin, Yusuf Choi, dan pasangan suami istri Park Ha Joon, dan Han Jii Roo. Mereka dulu adalah siswa Korea Selatan yang kuliah di Indonesia dengan alasannya masing-masing, hingga keempatnya bertemu, dan bersahabat hingga sekarang. Berkumpul adalah salah satu jalan mereka untuk tetap rukun. Tuan Park yang suka berhumor pun kini tengah menjadi sorotan. Semuanya tergelak, termasuk Taehyung yang duduk di samping Afra.

“Aku sudah lapar, kawan-kawan. Mohon dengarkan isi perutku,” Celetuk tuan Park, berlagak lemah.

“Sabarlah sebentar, anak-anak Yusuf belum datang. Kita tunggu dulu.

“Ah iya benar. Mereka hampir sampai,” ucap tuan Choi. Taehyung beralih menatap beliau. Jika Taehyung perhatikan, tuan Choi ini mirip dengan seseorang, apakah itu hanya kebetulan, tapi bagaimana mungkin mereka sangat mirip. Astaga, Taehyung menggelengkan kepala, hingga menarik perhatian nyonya Han, istri tuan Park.

“Kau kenapa, Nak? Apa kau sakit kepala? Arya? Siapa si tampan ini?” tanya wanita Korea itu.

    “Oh, aku lupa. Perkenalkan, ini Shin Taehyung, keponakanku. Dia baru sampai kemarin lusa.” Mereka mengangguk. Tapi pandangan Nyonya Park tidak lepas dari Taehyung yang baru saja duduk setelah membungkuk memperkenalkan diri, hingga membuat Taehyung sedikit gugup.

“Aku seperti pernah melihatmu sebelumnya, Nak. Tapi aku lupa kapan.”

“Oh tentu saja kau pernah melihatnya. Dia anggota boy grup negara kita, Beststar. Apa masih tak tahu?” ungkap ayah Taehyung, tuan Shin. Dan seketika, nyonya Park mengangguk-angguk seperti baru saja mendapatkan jawaban yng tepat.

“Benar, aku ingat! Walau aku tidak mengikuti jejak kalian, tapi kalian sungguh berbakat.” Beliau tersenyum bangga.

“Kami berusaha semaksimal mungkin, Bibi, terima kasih atas dukungannya.” Taehyung berujar sopan, menampilkan senyum kotaknya.

“Tapi, kau benar istriku.” Tuan Park tiba-tiba ikut menyela.

“Aku bahkan pernah melihatnya sebelum ia menjadi seorang artis. Tapi kapan?” Pasutri itu tampaknya sangat penasaran akan Taehyung, seakan sudah mengenal pemuda itu sejak lama. Taehyung mengerutkan kening, apa ia pernah bertemu tuan dan nyonya ini?

“Tentu saja Paman pernah melihatnya sebelum ini.” Tiba-tiba, pintu besar terbuka lebar tanpa ketukan, dan menampakkan sosok gadis cantik, bertubuh tinggi, kulitnya putih, mata sipitnya menatap tajam, rambut coklat gelapnya menjuntai hingga punggung, berkibar sesuai langkahnya, menambah kesan anggun namun misterius, dan—angkuh.

“Dia sahabat Soona Eonnie, jika Paman ingat.” sambung gadis cantik itu. Taehyung terkejut, benar-benar terkejut. Bagaimana bisa gadis itu bisa di sini? Di Indonesia? Dan lebih tepatnya di rumah keluarganya? Tiba-tiba, sekelebat ingatan melintas di otaknya tanpa bisa ia cegah, kepalanya serasa berputar, hampir saja terhuyung jika saja tidak segera ditopang oleh tangan kecil Afra yang sudah merasakan ada hal yang tidak beres. Gadis itu merasakan sesuatu yang bergejolak pada diri perempuan yang berdiri di depan pintu yang menyekat antara ruang tamu dan ruang tengah.

Getaran kecil dirasa oleh Afra ketika ia menggenggam tangan Taehyung. Lalu mengusapnya perlahan, berniat menenangkan. Alhasil, pemuda Shin itu kembali menatap sosok yang baru saja hadir di tengah-tengah mereka dengan napas yang tidak beraturan. Sebuah nama meluncur dari bibirnya, membuat Afra memekik terkejut, tatapannya ikut mengarah pada gadis berambut lurus tersebut lamat.

“Kau—Park Hyebi!”

Gadis semampai itu tersenyum “Apa kabar Shin Taehyung Oppa?”

 

*****

Girl Meets Euphoria✔(Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang