34. Save My Heart🍃

524 55 27
                                    

"Rerumputan disana terlihat mencemoohku, seolah mengatakan padaku 'kau sungguh pembohong yang ulung'. Mungkin sebentar lagi mereka akan tertawa. Kehidupan kadang se'lucu' ini."
🌫

  “Berhenti mengatakan kau baik-baik saja El-ya. Kau itu manusia, bukan robot yang tidak memiliki rasa. Kau bisa berbagi padaku.” Gadis berambut panjang coklat itu kembali mengatakan apa yang menurutnya benar ia ucapkan. Sedangkan yang diajak bicara terus saja melangkah seakan tak mendengarkan penuturan sang kakak.

“Berhenti di sana, El. Kita butuh bicara,” gertaknya sekali lagi.

“Maaf, Eonnie. Tapi seharusnya kau saja yang berhenti. Tolong jangan memaksaku untuk mengatakan apa yang tidak ingin kukatakan. Aku ingin menenangkan diriku, dan itu sendiri. Kembalilah ke rumah,” ucapnya lirih, pun terkesan dingin. Siapapun yang mendengar tentu akan merasa terkejut, termasuk Hanna, sepupunya sendiri, karena tak biasanya El bersikap dingin seperti itu. Jadi seberat apa masalah yang menimpanya, hingga membuat gadis lemah lembut sepertinya seakan berubah sikap sedrastis itu.

El terus melangkah, tak peduli dengan panggilan sang kakak. Langkahnya tertuju pada sebuah taman yang sering ia jajaki bersama sahabatnya. Namun kali ini berbeda, ia hanya sendiri sekarang, tak ingin orang lain mengikutinya, apa lagi menemaninya. Tidak, ia tidak akan membiarkan mereka mengetahui kesedihannya, tidak akan pernah. Hanna masih terpaku di tempatnya menatapi punggung adiknya yang semakin lenyap di balik pohon-pohon taman. Gadis itu ternganga tak percaya. Ia hanya ingin mendengar setidaknya keluhannya saja, namun jika ia bisa membantu, ia pasti akan melakukannya. Sungguh, ia menyayangi gadis muslim itu.

“Ck. Anak itu, aku hanya ingin membantunya, setidaknya menemaninya duduk. Ya Tuhan.” Hanna merogoh sakunya, mengambil benda pipih itu, memanggil salah satu kontak di ponselnya.

“Hallo. Pak? Tolong awasi adikku, dia di taman sendiri. Aku mengkhawatirkannya, tapi tak bisa terus menjaganya. Tolong jaga dia, sementara aku akan mengerjakan urusan yang lain.”

“Baik. Aku tutup.” Panggilan ia tutup, menatap El sekali lagi, menghela napas sejenak, lantas segera beranjak dari sana.

“Hah. Gadis itu!”

☘☘☘

Afra tampak frustasi, ia pikir saat Taehyung sedang sakit, ia akan sedikit lebih tenang. Tapi apa? Lihatlah, kini pemuda itu tengah uring-uringan merengek padanya meminta untuk jalan-jalan. Ya Tuhan, betapa pusingnya mereka menghadapi bayi besar itu.

"Ayolah, Noona. Hanya sebentar saja, aku janji tidak akan menghilang lagi."

Afra menggeleng pasti. Taehyung tak menyerah, ia beralih menghadap membernya.

"Hyungie, jebalyo33, hm?" Dasar alien, bisa-bisanya dia beragyeo seperti itu. Namjoon tampak berpikir, ia menatap Taehyung yang memandangnya penuh harap, oh, dan jangan lupakan kedua mata berbinarnya itu. Ia sangat tidak bisa menolak jika Taehyung sudah melakukan aksinya.

"Afra-ya. Kurasa tidak apa-apa jika hanya sebentar, tamannya tidak jauh dari rumah kan? Kita bisa saling mengawasi, dan juga ada beberapa bodyguard yang baru," ucap Namjoon sambil menatap Afra hati-hati. Pasalnya ia sendiri juga sedikit ragu akan Afra yang terlihat sangat mengkhawatirkan sepupunya itu.

Afra bergeming, masih memikirkan kalimat Namjoon, ia sungguh tak bisa membiarkan Taehyung terluka lagi, ia adalah yang paling sakit, walaupun orang tuanya juga begitu, kemarin saja saat ia memberi kabar pada orang tuanya di Korea Selatan, mereka sangat terkejut, dan ingin Taehyung segera kembali, setidaknya istirahat dulu beberapa hari. Si gadis menghela napas, untuk kali ini saja Afra mengalah.

☘☘☘

Di sini lah Taehyung dan Afra berada. Di taman yang tempo hari mereka kunjungi, di mana Taehyung mengalami kecelakaan kemarin, tapi itu tak membuat Taehyung jera akan tempat itu. Baginya, taman itu justru tempat yang akan ia ingat terus.

Girl Meets Euphoria✔(Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang