"Satu luka belum sembuh, luka lain kembali timbul. Pernah mengalami ini? Jadi, apa penawarnya?"
🌩
Saat ini, El sedang berada di taman kota. Sebenarnya tujuannya bukanlah tempat tersebut, melainkan rumah Rain, tapi tiba-tiba siang tadi ia mendapat telepon dari Afra yang mengatakan jika gadis itu ingin bertemu dengan El sekarang, jadi ia menunda kepergiannya ke rumah Rain, untuk menemui Afra terlebih dahulu. Kira-kira ada apa ya? El jadi menebak-nebak apa yang ingin Afra sampaikan, tidak mungkin bukan jika ia hanya ingin bertemu dengan El tanpa alasan, pasti ada sesuatu yang ingin Afra sampaikan. Apa jangan-jangan itu tentang kejadian saat ia melihat Taehyung dikejar-kejar penjahat kemarin? Tapi Afra kan tidak melihatnya, jadi apa kira-kira yang ingin dibicarakan. Afra mengirim pesan, supaya dirinya menuju ke tempatnya. Tanpa pikir panjang El segera beranjak.Sampailah El di sana, tapi sepertinya Afra tidak datang sendiri, melainkan dengan seorang laki-laki yang serba tertutup, dan hanya menampakkan kedua matanya saja. El sudah langsung bisa menebak siapa pemuda itu. Ia mendekat menghampiri keduannya.
“Assalamualaikum, Kak.”
“Waalaikumussalam, duduk, El,” titah Afra. Taehyung tersenyum melihatnya.
“Selamat malam, Nona Fattih, Kita bertemu lagi,” sapanya riang.
“Selamat malam, tuan Shin,” balas El canggung.
“Sebelumnya, aku boleh minta tolong pada kalian berdua tidak?” El dan Taehyung menatap Afra bingung.
“Kenapa? Kau ingin di belikan es krim lagi? Sudah habis dua, loh,” cetus Taehyung, Afra mendelik menatapnya.
“Bukan itu. Aku minta kalian jangan seperti rekan kantoran.” El tambah bingung dengan ucapan Afra.
“Apa maksudnya?” tanya Taehyung tak paham maksud perkataan Afra.
“Jangan saling panggil Tuan atau Nona seperti itu. Aku jadi merasa seperti berada di sebuah meeting. Panggil nama saja apa tidak bisa, sih?” jelas Afra dari balik cadarnya. Oh, El mengerti sekarang, itu memang terlihat sangat aneh jika dipikir-pikir, tapi apa tidak apa-apa jika ia memanagil laki-laki yang lebih tua di depannya itu tanpa panggilan formal? Taehyung mungkin tidak keberatan, tetapi—
“Yaaaa, benar sekali, Noona! Aku sama sekali tidak keberatan, tentu saja, panggil aku Taehyung, Cetta, atau Arsen, terserah kau Nona Fattih. Eh, El maksudku” El mengerjabkan kedua matanya kaget, oh, Taehyung bicaranya seperti tidak ada tanda baca atau jeda.
“O—oh, baiklah, El usahakan tidak terlalu formal,” jawab El sambil menundukkan kepala, karena Taehyung terus memandang.
“Coba sebut namanya sekarang,” celetuk Afra santai. El dibuat kelimpungan oleh dua sepupu yang sifatnya hampir sama itu. Tak sengaja ia menatap Taehyung yang terkikik, namun semburat merah sedikit terlihat di wajahnya putihnya. Oh, apa Taehyung saat itu sedang menahan tawanya? Atau malah memerah karena malu?
“Apa yang Kak Afra katakan, tentu saja El akan memanggil namanya, Kak Cetta, kan?” celetuknya tiba-tiba, tangannya refleks menutup mulutnya sendiri. Ya Allah, apa tadi ia baru saja menyebut nama laki-laki itu? Pun, seketika Taehyung memegangi bagian jantungnya berada. Ia ingin tersenyum selebar-lebarnya melihat kepolosan dari gadis SMA ini, betapa lucunya dia ketika salah tingkah, Taehyung jadi tidak bisa menahan senyumnya lama-lama.
“Oh, kau baru saja memanggilku dengan nama yang lain Nona muda, tidak, tidak apa-apa. Jadi aku boleh memanggilmu apapun juga, bukan? Mauza mungkin? Itu terdengar lebih manis,” ungkap Taehyung. Wajah El sudah memerah, ia sebisa mungkin menutupi antara malu dan menahan gejolak emosi, tapi semua itu tak luput dari penglihatan jeli Afra. Ia melihat semua, Afra melihat sesuatu yang lain dari diri El, kira-kira apa? Sebegitu penasarannya dia, sampai-sampai tidak sadar jika Taehyung tengah melambai-lambaikan tangan di depan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Meets Euphoria✔(Sudah Terbit)
FanfictionSudah terbit (Ver. Wattpad belum revisi) Pada dasarnya mereka memang berbeda. Dari awal, El tak pernah ingin bersitemu, mendengar namanya saja sudah membuatnya pening bukan main. Kim Taehyung, si Idol muda pun masih meragu dengan sendirinya, apa ia...