30. Be Strong!🍃

780 62 5
                                    

"Tahukan, sekuat-kuatnya benteng tetap akan runtuh juga? Ingin menghindari peluru, tadi tidak bisa, jika sudah takdir maka akan tetap terlalui, sekalipun akan lumpuh juga."

🗼

  Bukan niat hati ingin menghindar sebenarnya, tapi keadaan yang kian mendesaknya untuk membuatnya tidak dekat-dekat dengan sang biang masalah. Seharusnya dirinya lebih berani menghadapi situasi, tapi dia tidak sekuat itu, hanya bisa menghindar untuk saat ini, dan entah sampai kapan nanti, dia juga tak tahu. Kejadian beberapa hari lalu sungguh meruntuhkan benteng pertahanan yang selama ini ia bangun kokoh. Sedalam ia menancapkan fondasi, sedalam itu pula luka yang ia peroleh. Haruskah hari ini ia menyerah saja? Menyerah dengan takdir yang sudah Allah berikan padanya.

Mencoba menerima segala kemungkinan yang akan terjadi, walau itu akan menyakitinya. Manakala hatinya tak menginginkan keadaannya saat ini, tapi tetap saja Allah yang berkuasa, ia bisa apa? Kepala El pening, tapi tidak separah hari di mana kejadian itu terjadi. Itu seperti sebuah kaset yang diputar kembali di otak dan indra penglihatannya. Ia kembali melihat itu. Manusia, darah, keringat, air mata, dan teriakan. Peluh bercucuran membasahi kening dan telapak tangan miliknya sendiri. Dingin dan panas bercampur menjadi satu, tatkala sosok yang menjadi korban adalah orang yang ia kenal, sangat ia kenali wajahnya.

Pusing tiba-tiba menyerang, saat gadis yang bersamanya juga ikut terkejut dan meneriakkan nama sosok yang sudah tak sadarkan diri itu. Ia bimbang, ingin ikut berlari, tapi tubuhnya tak bisa diajak bekerja sama, alhasil dirinya sendiri ikut tumbang dengan dada yang sesak tak tertahan. Sebelum penglihatannya mulai mengabur saat itu, ia sempat mendengar seseorang meneriakkan namanya dengan cukup keras, dan setelah itu, ia benar-benar kehilangan seluruh kesadarannya. Hingga ia sadar, dan sudah berada di sebuah ruang yang ternyata adalah kamarnya sendiri. Setelah ia dirawat di rumah sakit semalaman, paginya ia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Tapi sesampainya di rumah, ia kembali pingsan, dan berakhir terbangun setelah seharian penuh. Ia tak menemukan siapapun, kecuali seorang anak remaja yang tengah tidur meringkuk di sofa. Al, adiknya itu tidur sangat pulas, tapi dapat ia lihat kantung matanya menghitam, apa ia yang menjadi alasannya?

Mencoba beranjak untuk duduk, setelah berhasil, diraihnya air mineral dalam gelas di atas nakas sebelah ranjangnya, lalu ia teguk seperti orang yang tak tak pernah minum selama beberapa hari. Suara dentingan antara gelas dan nakas saat ia kembali menaruhnya berhasil membangunkan sosok anak laki-laki tadi, mengerjab-ngerjab pelan, menyeimbangkan dengan cahaya yang masuk di penglihatannya, hingga kedua matanya membola menatap satu sosok yang kini sedang menatapnya tersenyum manis, dan melambai.

“Kak El!” Setelahnya ia langsung menghambur ke pelukan sang kakak. Rindu, ia sangat rindu dengan sosok ini. Anak itu menitikkan air mata.

“Hey, jangan menangis, kau tidak salah. Seharusnya aku menurutimu saat kau bilang 'Jangan pergi, Kak, atau aku akan mengacak-acak isi kamarmu', kemarin,” ucap El sambil mengusap air mata adiknya. Ia bisa merasakan kekhawatiran di mata teduh Al, sama seperti dirinya jika sedang khawatir dan panik.

“Seharusnya Al ikut dengan Kakak saat itu. Seharusnya Al berada di sana. Maaf, Kak.”

“Sudahlah, jangan menyalahkan dirimu, ini hanya kecelakaan Al. Yang penting kakak sudah baik-baik saja. Ngomong-ngomong di mana Umi dan Abi?” tanya El, sejak tadi, ia belum melihat kehadiran orang tuanya.

“Um, mereka baru saja berangkat ke rumah sakit,” jawab Al ragu, sambil mengusap bekas air matanya. El mengernyit bingung.

“Siapa yang sakit.”

“Itu—Kak Taehyung.” Mendadak El membeku.

“Oh iya, Kakak lupa. Apa dia sudah baik-baik saja?” tanyanya lirih dan menunduk, tapi masih bisa di dengar oleh sang adik.

“Apa Kak El ingin aku menanyakan keadaannya?” ucap Al hati-hati, sambil menunggu respon El. Setelah mendapat jawaban El, berupa gelengan, pemuda itu langsung mengerti. Ia beranjak mengammbilkan bubur, dan obat untuknya.

El termenung. Apa ia coba untuk menjenguk Taehyung? Tapi apa ia sudah kuat, kuat menghadapi kenyataan nanti, apa ia kuat berada di dekat sumber keresahannya selama ini. El bingung, ia dilema dengan pilihannya. Jadi, apa ia akan benar-benar sanggub menemui Taehyung yang pernah berada di masa silamnya? Tak lama, Al kembali dengan nampan di kedua tangannya, menaruh di depan El supaya lekas di makan.

“Al?” Yang dipanggil segera menoleh. Memberi isyarat bertanya. Ia melihat kakaknya yang tampak ragu.

“Ya, kak? Ada apa? Kau butuh sesuatu?” tanyanya setenang mungkin. Remaja itu sangat lembut terhadap orang-orang yang ia sayang, terutama pada El, gadis itu tidak bisa dikasari, karena ia tahu kakaknya sangat rapuh. Jadi, siapapun yang bersikap kasar terhadap kakaknya, maka ia tak akan tinggal diam, apapun risikonya. Dan kini, jawaban yang keluar dari mulut El cukup membuatnya terkejut

“Besok kita jenguk Kak Cetta di rumah sakit.”


*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Girl Meets Euphoria✔(Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang