Aku tahu, Tuhan sudah merancang yang terbaik untukku. Sekalipun aku tak ingin, tapi ini mungkin yang terbaik untuk akhir sebuah awal."
Keadaan semakin genting. Mengingat perkataan Manajer Sejin kemarin, semakin membuat semua orang resah. Manajer sudah menghubungi pihak agensinya di Korea Selatan untuk mencari terus si pelaku.Para member juga khawatir. Afra baru saja menghubungi El, namum ternyata yang menerima panggilannya adalah Abinya. Ia merasa sungkan dengan pria paruh baya itu yang ternyata sudah mengetahui masalah ini. Namun, beruntung, Abi El terlihat lebih tenang, ia mengatakan jika El dalam kondisi baik setelah pingsan kemarin. Beliau juga mengatakan akan datang ke rumahnya untuk membicarakan dan menyelesaikan masalah ini.
Taehyung menuruni tangga dengan lari tergesa-gesa, ia terlihat panik.
“Cetta, ada apa, Nak?” tanya sang ayah yang berada di ruang tamu. Mendengar namanya disebut, Taehyung segera menoleh, dan menghampiri Ayahnya, ia mendudukkan diri di samping pria berumur setengah abad itu.
“Ayah, Cetta baru saja menghubungi sahabatku, Kang Hanna, yang saat itu datang bersama keluarga paman Choi, Cetta memastikan apa ia baik-baik saja di rumah paman Choi. Dan sudah sedikit lega karena ia mengatakan sudah kembali ke Korea Selatan, kebetulan ia dipanggil dosen pembimbingnya,” terang Taehyung, Ayah mengangguk kecil.
“Syukurlah jika dia baik-baik saja. Ah, iya nak. Hari ini paman Choi akan datang. Bersikaplah seperti biasa, jangan terlalu umbar kepanikanmu, ya. Ayah takut jika beliau juga akan lebih panik saat melihat keadaanmu nantinya,” kata ayah. Taehyung mengangguk, ia lantas pergi ke dapur untuk mengambil air mineral.
Tak selang beberapa menit, paman Choi ternyata sudah tiba, beliau tak sendiri melainkan keluarganya juga ikut. Yang mengejutkan baginya adalah seorang gadis di samping remaja laki-laki, ia baru saja melepas masker serta topi yang menutupi hijabnya, El tampak pucat dan lemas. Apa gadis itu sungguh tertekan? Astaga, ia sudah membuat seseorang kembali menderita.
“Paman? Annyeonghaseyo.” Taehyung membungkuk hormat pada keluarga Afra. Mereka membalas Taehyung, tak lupa abinya tersenyum hangat untuk mengurangi kepanikan dari raut wajah Taehyung. Mereka sudah duduk berkeliling, tak lupa, Taehyung memanggil member lain untuk bergabung, mengingat ini juga tentang karir mereka.
“Jadi bagaimana? Aku benar-benar tak habis pikir jika ada penggemar yang akan segila itu. Bagaimana menurutmu, Yusuf?” tanya ayah Shin pada paman Choi.
“Entahlah, aku sendiri bingung, Ham. Anak-anak kita dalam keadaan yang sulit. Kita harus segera menyelesaikan ini,” jawab abi El. Semuanya tampak berpikir keras untuk mencari jalan keluar. Tiba-tiba suara panggilan dari ponsel El berbunyi, membuat semua orang mengatensikan pandangan padanya, gadis itu mengernyit melihat si penelpon, nomor tak dikenal, meski ragu, ia tetap mengangkatnya.
“Hallo?”
“Hai. Apa kau baik, Nona? Aku sudah di Korea sekarang.” El sedikit terhenyak mendengar suara itu. Ia mengaktifkan speakernya supaya orang-orang ikut mendengar, karena El masih sedikit trauma dengan teror akhir-akhir ini, walaupun itu hanya sebuah komen di media sosial.
“A-pa? Maksudku, kenapa kau mengatakan itu padaku?” Sosok di sana terkekeh dengan pertanyaan El.
“Yah, barangkali kau mencariku setelah malam itu, kan? Kau tentu bingung dengan situasimu saat ini, tapi satu pesanku padamu, tolong jangan mudah percaya dengan orang terdekatmu, sekalipun itu sanak saudaramu!” Telepon diputus secara sepihak oleh si penelpon. Tangannya bergetar menggenggam ponsel hitamnya. Ia memandangi abi dan uminya lekat dengan mata yang sudah dipenuhi cairan bening.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Meets Euphoria✔(Sudah Terbit)
FanfictionSudah terbit (Ver. Wattpad belum revisi) Pada dasarnya mereka memang berbeda. Dari awal, El tak pernah ingin bersitemu, mendengar namanya saja sudah membuatnya pening bukan main. Kim Taehyung, si Idol muda pun masih meragu dengan sendirinya, apa ia...