23. Stagnant🍃

902 82 24
                                    

"Bisakah seseorang berteman dengan tak melihat masa lalunya?"

 
D

iam adalah salah satu cara terbaik untuk menenangkan diri. Seperti gadis satu ini, ia memilih diam di saat otaknya sedang memikirkan banyak hal, hatinya sedikit bergemuruh entah kenapa, apa itu gara-gara kejadian kemarin malam?

“Masih memikirkan yang kemarin?” Rain duduk sambil menyesap jus miliknya. Saat ini mereka berada di kantin sekolah, mengingat jam istirahat sudah waktunya. Sekolah tinggal menghitung waktu, mereka tidak ingin menyia-nyiakan detik-detiknya berada di Sekolah Menengah Atas.

“Aku hanya terlalu bingung dengan keadaan. Shin Taehyung, artis Korea Selatan itu ternyata adalah saudara kak Afra, lalu kenyataan lain baru ku ketahui kemarin, dia juga sahabat kecilnya Hanna Eonnie, lalu apa lagi nanti? Selama ini Eonnie tak pernah bercerita padaku, bukannya aku ingin tahu segalanya, tapi tidak biasanya Eonnie tidak menceritakan hal-hal sekecil apapun itu, apa lagi kali ini adalah tentang sahabatnya.” Rain mengerti, El pasti sangat dibingungkan dengan situasinya saat itu, ia berusaha mendengar dan mengerti.

“Sabarlah. Dunia memang sempit El. Kita tidak tahu kebenaran apa yang tersembunyi dibaliknya.”

“Kau benar. Mungkin aku saja yang terlalu perasa.” El seperti mentertawakan dirinya sendiri.

“Tidak. Kau itu terlalu peka hingga keterlaluan pekanya. Aku kadang iri dengan sifat pekamu itu.” Rain berdecak pelan, tawa El mengudara bersama terpaan angin yang melambaikan hijabnya.

“Tidak Rain. Ada yang lebih peka dariku.” Alis Rain terangkat sebelah, bertanya siapa.

“Kak Afra.”

“Benarkah? Bagaimana bisa?”

El menggeleng, bel sudah berbunyi, istirahat pertama sudah habis, mereka harus kembali ke kelas, Rain sedikit sebal karena El tak sempat bercerita tentang Afra. Perempuan cantik yang dulu pernah satu organisasi Islam dengannya. Mungkin lain kali El akan menceritakan pada Rain.

☘☘☘

Shin Taehyung, alias Arsenio Cetta, ia melamun sedari tadi. Memikirkan segala hal yang sudah terjadi. Bagaimana bisa Hanna tak pernah sekalipun bercerita padanya perihal keluarganya yang ada di Indonesia, yang ia tahu, ia memang mempunyai sanak saudara di Negeri ini, tapi tak pernah dengan jelas menjelaskan siapa keluarganya. Ia merasa kesal sekaligus marah, padahal apapun tentang dirinya, ia pasti menceritakan pada gadis Kang tersebut. Apa ia interogasi saja ya anak itu? Ah, Taehyung harus mencobanya, karena jika kalian tahu, Taehyung juga penasaran dengan sepupu dari sahabatnya itu? Siapa lagi, kalian tahu, kan? Baiklah, Taehyung akan meneleponnya.

“Ya. Hallo, Tae. Ada apa?”

“Besok temui aku di cafe dekat rumahku. Kau harus membayar penjelasan padaku. Tidak ada penolakan, aku tutup.” Itulah Taehyung, sekali perintah harus segera dilaksanakan. Ia membaringkan tubuhnya ke kasur, menaruh ponselnya, netranya menatap langit-langit bercat putih itu. Teman-temannya pasti sedang mengobrol di kamar sebelah. Ia hanya ingin sendiri saat ini, banyak sekali yang menganggu pikirannya, jadi ia memilih untuk menyingkir dari orang-orang. Sejak kejadian mereka yang dicegat oleh beberapa orang asing itu, pikiran Taehyung mulai melayang kemana-mana. Jika ia ingat-ingat kembali, waktu itu hanya dia seorang yang banyak diserang oleh orang-orang berpakaian hitam itu. Ada apa sebenarnya? Ia menduga jika itu disengaja, pasti ada dalang yang ingin ia enyah.

“Kepalaku pening sekali.” Juga jangan lupakan pertemuannya dengan gadis muslimah itu. Salwa Fattih El Mauza, Taehyung bahkan sangat hapal dengan nama lengkapnya. Gadis itu unik, menurutnya. Jika ia seorang penggemar, kenapa saat melihat atau bahkan bertemu dengannya, gadis itu tidak tampak antusias, bahkan terkesan dingin padanya. Tapi jika ia bukan penggemar, mengapa ia datang ke acara temu penggemarnya? Aneh sekali.

Afra pernah bercerita, jika El adalah temannya di sebuah organisasi, ia dulu sangat aktif, tapi semenjak kecelakaan, dan kenaikan kelas tiga, El jadi jarang ikut kumpul, sifat El juga menjadi sedikit dingin, tidak seceria seperti yang Afra tahu dulu. Afra merasa ada kejadian yang pernah dialami gadis itu hingga membuat sifatnya kadang berubah, dari yang ceria menjadi dingin, dan sebaliknya.

“Cetta. Sudah tidur?” Suara seorang gadis membuyarkan lamunannya. Ia bangkit duduk.

“Belum. Masuklah, Noona.” Afra melangkah memasuki kamar sepupunya, ia duduk di kursi sebelah ranjang.

“Jangan terlalu memikirkan yang kemarin. Kau hanya akan menambah beban pikiranmu. Aku tahu semua itu tidak mudah, tapi jangan over memikirkannya.” Taehyung menunduk mendengar perkataan Afra, bermain dengan jari-jarinya sendiri, ia senang ada yang bisa menasihatinya seperti itu. Afra memang saudara yang terbaik, ia lebih mengerti dirinya di bandingkan dirinya sendiri, mereka sudah seperi saudara kandung.

“Aku berusaha, kok. Doakan saja. Mintakan yang terbaik pada Tuhanmu ya, Allahmu pasti juga sayang padaku.” Taehyung tersenyum, Afra membalas dengan anggukan pelan serta kekehan.

“Tentu saja aku mendoakanmu. Bahkan jika tidak, Allah tetap menyayangimu, kau adalah ciptaannya juga.” Mendengar itu, Taehyung tersenyum kecut. Hatinya sedikit tersentuh tentang fakta-fakta yang Islam miliki. Mulai dari Tuhannya, Nabinya, Malaikatnya, dan apapun yang berkaitan dengan Islam. Ia juga tak jarang meminta Afra untuk melantunkan Al Qur'an serta membacakan artinya yang entah kenapa selalu membuat hatinya dingin dan tenang. Ia seperti di sihir mendengarnya, baginya, arti dari kalam itu sendiri juga merasuk dalam jiwanya. Entahlah, tidak ada yang tahu kapan Allah memberikan hidayah-Nya.

“Ngomong-ngomong. Kenapa setiap kali aku bertemu dengan nona Fattih itu ia seperti merasa takut atau semcamnya? Apa kau tahu alasannya.” Afra mengalihkan pandangannya dari Taehyung yang kembali penasaran dengan El. Gadis itu juga tak mengerti dengan diri El.

“Entahlah. Kurasa ada kejadian tak baik hingga membuatnya seperti itu.” Taehyung mengendorkan kedua bahunya sedikit kecewa dengan jawabah Afra, tidak biasanya gadis itu terlihat murung. Lebih baik ia alihkan saja pembirncaraan itu.

“Sudah sholat? Kalau sudah, tidur sana. Besok ada kelas, kan?” Afra mengangguk, lalu bangkit. Baru membalikkan badannya, ia sudah dikejutkan dengan seorang pria yang berdiri di depan pintu kamar Taehyung. Afra kaget bukan main.

“Eh, maaf aku mengejutkanmu, ya? Maafkan aku, aku tak sengaja Afra-ya.” Perkataan lembut dan ramah dilontarkan pria bermata bulan sabit itu. Moon Jimin kini tengah tersenyum sungkan pada Afra.

“Tidak apa. Aku hanya terkejut. Aku akan keluar, masuklah.” ucap Afra, kemudian melangkah melewati Jimin yang membalas dengan anggukan sopan. Ia masuk setelah Afra sudah keluar menuju kamarnya sendiri.

“Sepupumu itu kalem sekali Taehyung-ah. Oh, aku jadi menyukainya? Bagaimana ini?” Astaga, pria itu sepertinya ingin dijitak ya oleh Taehyung. Moon Jimin kini tengah tersenyum-senyum tak jelas.

“Diamlah. Kalian itu berbeda.” Taehyung kembali berbaring diikuti Jimin di sampingnya. Lelaki Shin itu meraih ponselnya dan bermain Piano Tiles.

“Aku hanya mengatakan kebenaran. Lagi pula, jika sudah jodoh, apapun perbedaanya pasti akan tetap disatukan.” jawaban Jimin kembali membuat Taehyung stagnant. Apa iya? Perbedaan apapun akan membuat siapapun bersatu jika Tuhan berkehendak? Pikirannya kembali melayang. Aish, Taehyung tidak tahu, ingin tidur saja, dan tidak memikirkan apapun.

 
    

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Girl Meets Euphoria✔(Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang