Lamaran?

24.1K 1.1K 10
                                    

HAPPY READING ✨
jangan lupa Vote and Coment yaaa🙏

"Assalamu'alaikum."ucap Sean didepan rumah calon istrinya Kirana, laki-laki itu telah tampan memakai kemeja putih lengannya digulung sampai siku, ditangannya membawa makanan untuk keluarga Kirana nanti.

"Waalaikumsalam,eh ka dokter."kata Kirana tersenyum.

"Masuk kaa."lanjut Kirana.

"Sepi banget, orang tua kamu mana?"tanya Sean saat sudah menduduki bokongnya disofa rumah Kirana.

"Mamah lagi pergi sama mamah kakak sepupu aku, kalo papa masih di kantor."jawab Kirana

"Kaka mau minum apa?"

"Apa aja yang penting kamu yang buat."

"Aku kasih air pake garem mau?"canda Kirana.

"Yaa janganlah emangnya saya lagi sakit gigi."jawab Sean malas.

Kirana terkekeh, "saya becanda ka, yaudah saya kebelakang dulu."

Tak lama, Kirana datang dengan secangkir teh hangat lalu diberikan kepada Sean.

"Silahkan diminum ka."

"Makasih."ucap Sean tersenyum lalu menyeruput teh hangat tersebut.

"Kak dokter, saya boleh nanya ga?"

"Nanya apa?"Sean menyimpan teh dimeja.

"Syakila itu sebenarnya anak dokter Jordan apa bukan? Katanya ka dokter mau cerita?"

"Oh itu,"

Sean berdehem, lalu mengubah posisi duduk nya menghadap Kirana. "Sebenarnya Syakila itu bukan anak Jordan, Syakila itu anak dari kaka Jordan dan kaka ipar Jordan, mereka meninggal karna kecelakaan saat Syakila masih kecil, jadilah Jordan merawat Syakila seperti anak sendiri."ucap Sean.

Kirana memangut-mangut mengerti,"tapi Syakila tau ga kalo kedua orangtuanya sudah nggak ada?"tanya Kirana.

"Syakila udah tau, Jordan mencoba buat ngertiin Kila, dan buktinya kila mulai mencoba menerima semua kenyataannya."jawab Sean.

"Kamu siap-siap gih, kita jalan malam ini."lanjut Sean.

"Mau kemana?"tanya Kirana.

"Kemana aja deh, cepet siap-siap yaa saya tunggu disini."

Kirana mengangguk lalu pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap.

***

"Sebelumnya saya minta maaf kalo perlakuan saya tadi sore membuat kamu ga nyaman, saya ngaku saya salah, saya yang tiba-tiba ngomong ke Syakila kalo kamu maminya, saya minta maaf."ujar Jordan tangannya menggenggam tangan mungil Shasha.

"Tapi untuk omongan saya yang akan menjadikan kamu mami Kila itu memang benar bukan becanda, saya memang ingin kamu menjadi mami kila nantinya."

"Tapi saya tidak memaksa, semua keputusan ada ditangan kamu, kita bisa menyesuaikan diri masing-masing dan saling mengenal, setelah itu terserah sama keputusan kamu."

"Hmmm sa-saya mau mengenal dokter sama Kila."ucap Shasha gugup.

"Kamu se-"

"Iya dok saya serius,saya sudah menyukai Kila saya rasa kila juga sudah menyukai saya, tinggal saya nya aja yang suka sama dokter, jadi tugas dokter bikin saya suka sama dokter."ujar Shasha memotong perkataan Jordan.

Jordan tersenyum, "pasti, saya akan berusaha membuat kamu jatuh cinta sama saya shasha."

Shasha tersenyum, entahlah hatinya berbunga-bunga saat ini, jantungnyapun tak bisa dikendalikan, menatap wajah tampan Jordan membuat dirinya tenang dan ada sesuatu yang terjadi di dalam perutnya, seperti ada kupu-kupu yang berterbangan.

"Saya boleh cium tangan kamu?"tanya Jordan tiba-tiba.

Shasha menatap Jordan sebentar setelah itu mengangguk, mengizinkan Jordan untuk mencium tangannya, "ahh ini gue kenapa jadi gini si? Ini pipi gue kenapa panas gini astagaaa."batin Shasha berteriak.

"Terimakasih sha kamu sudah menerima saya dan Kila, saya janji saya akan cepat-cepat membuat kamu jatuh cinta sama saya."

"Iya dok."

"Jangan panggil saya dokter, panggil saya Jordan yaa."

"I-iya Jordan."ucap Shasha gugup.

Jordan tersenyum hangat, benar-benar ia tak salah memilih wanita, memang saat melihat shasha, hati Jordan tak karuan dan seperti mengganjal dihatinya. "Saya janji saya akan berusaha membuat kamu jatuh cinta sama saya sha, saya janji akan selalu membuatmu bahagia." Batin Jordan.

***

"Kak ini kita ngapain ke sini?"tanya Kirana bingung, pasalnya ia dibawa ke restoran yang mahal.

"Mau makanlah, emangnya mau ngapain."jawab Sean, kedua tangannya dimasukan kesaku depan celananya.

"Tapi ka dokter ga bilang mau kesini, tau gini saya pake baju yang bagus tadi."

"Ngapain bagus-bagus, kaya gini juga udah cantik ko."ucap Sean sebelum meninggalkan Kirana yang mematung.

"Hah?"

Sean dan Kirana masuk kedalam resto tersebut, anehnya resto tersebut sepi tidak ada pengunjung.

"Selamat datang,"kata pelayan ramah.

Kirana dan Sean duduk ditempat yang ditujukan oleh pelayan tersebut, "pesanannya ya."ucap Sean sedikit berbisik pada salah satu pelayan.

Pelayan itu mengangguk, lalu berjalan untuk mengambil pesanan Sean.

"Ini ko sepi banget ya restorannya, apa baru buka?"tanya Kirana bingung.

"Mungkin,saya gak tau."ucap Sean.

Tak menunggu lama pesanan mereka sampai, segeralah mereka menyantap makanan mereka masing-masing.

Namun aneh, saat Kirana ingin memakan kue yang disediakan, di kue tersebut ada cincin berlian yang indah, membuat Kirana bingung sekaligus terkejut.

"Ini cincin siapa?ini cincin pelayan tadi kali yaa?"ucap Kirana menyodorkan cincin tersebut pada Sean.

Sean tersenyum lalu menggeleng"itu bukan punya pelayanan, tapi itu punya kamu."kata Sean.

"Punya aku? Tapi aku gapunya cincin kaya gini."

Sean menghela nafasnya, lalu mengambil cincin tersebut dari tangan Kirana, "ini cincin buat kamu, saya sengaja nyimpen cincin ini di kue kamu,saya ingin melamar kamu sebelum pernikahan kita dilaksanakan."ucap Sean.

"Jadi? Jangan bilang kak dokter nyewa resto semahal ini? Jangan bilang - yaampun kak dokter."kata Kirana bingung sekaligus senang, ia senang dilamar oleh Sean, tapi ia juga bingung mengapa Sean harus repot-repot menyewa restoran semahal ini, ah sudahlah.

"Maaf mungkin saya bukan cowo yang romantis seperti cowo diluaran sana,tapi saya cinta sama kamu Kiran, saya ingin kamu jadi istri saya, kamu mau kan jadi istri dan ibu dari anak-anak saya?"tanya Sean mengenggam tangan mungil Kirana.

Kirana tersenyum haru, lalu ia mengangguk, "aku mau."

Senyum Sean mengembang, ia memasang cincin tersebut dijari manis Kirana, lalu mencium tangan Kirana dan kening Kirana

"Iloveyou."

My Husband Is Doctor {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang