PROLOG

644 17 0
                                    

Wahh , gue di luar Negri.

Tapi kata orang disini harus jalan kaki kemana-mana. Ga yakin gue kalau sehat-sehat aja.

Dunia baru telah tibah. Suasana yang ramai dengan derungan kendaraan kini di gantikan dengan suara pejalan kaki.

Putih amat orang-orang di sini. Tidak sadar diri sendiri sudah menyamai warga di negara gingseng ini.

Bergegas berjalan keluar dari bandara untuk merasakan cuaca di luar.
Et buseeet, dingin banget woy serasa masuk pleser kulkas.

Melihat tubuh yang menggigil , seseorang menyelimuti Bian dengan jaket untuk cuaca dingin yang tebal.

"Ngapain keluar kan sudah aku bilang tunggu di dalam?"

"Kepo Bang"

"Ha?"

Bianca kini sungguh tertarik untuk memperhatikan dunia baru di sekitarnya.

"Ayo pulang , lagian ngapain pake baju tipis . Darah lo panas ya?"

Lah kata Bryan kaga ada kendaraan kemana-mana jalan kaki. Lah ini mobil, bus, pesawat kalo bukan kendaraan trus apa? Robot idup?.

"Elah receh Bang, kek Bryan aja"

Mereka berdua masuk ke mobil. Bergegas ke apartemen dan memberi makan Bianca.

Benar-benar beda dengan Biasanya. Di Indonesia Bianca di suguhkan dengan kemewahan yang luas oleh keluarga barunya.

Sekarang bukan berbeda, hanya disini sekarang serba minimalis dan praktis.

"Oh iya, jangan buang sampah sembarangan disini, lo buang sembarangan lo yang di buang sama orang-orang disini" peringatan pertama untuk pemalas Bianca.

"Gue sehat kali bang"

"Gue ga bilang lo kena gangguan jiwa"

Difikir-fikir ini pertama kali bertemu dengan Bang Barra. Dia bener-bener mirip seperti Bryan. Aku masih belum bisa membedakan antara keduanya. Tapi yang kutahu pasti mereka adalah



Adalah..



Abang gue dua-duanya, gamungkin gue pura-pura lupa. Belum apa-apa udah di katain gangguan jiwa.

(2)NEXT DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang