chapter 14

85 5 1
                                    

Aku sama Ifan ibarat kalau bersatu itu runtuh,Berpisah jadi teguh.

Aku merasakan itu akan terjadi lagi antara Taeyong dan Yoongi. Satu dari mereka akan seperti Bryan dan satu dari mereka juga akan seperti Ifan

Bryan POV

Bryan masih dengan sisi tenangnya saat bersapa Ifan saat ini. Mereka berdua sekarang sedang berada di rooftop dengan dua gelas coffee menemani mereka.

"Lo ngapain ngerese Bian lagi" tanya Bryan.

"Gue udah bilang, gue masih belum bisa jauh dari dia. Kenapa Lo nggak mau bantu gue?" Ujar Ifan yang Dudu di pinggiran rooftop dengan kaki yang menggantung di atas gedung itu.

"Bantu apa? , Lo tuli? Gue bilang Bianca masih belum sembuh mentalnya. Jika lu bener-bener maksa gue berani taruhan  , Bianca akan masuk ruang ICU lagi. " Tegas Bryan, seolah Bianca adalah salah satu anggota tubuhnya.

"Apa gue harus bener-bener melepaskan dia? Kenapa harus melepaskan dia. Gue yang menemukan dia dan lo kenal dia karna gue"

matahari tenggelam menemani suasana panas di antara keduanya. Lampu-lampu jalan dan gedung-gedung yang lain sudah menyala. Matahari masih setengah tenggelam badannya. Tapi Bryan dan Ifan sudah tenggelam dalam amarah mereka masing-masing.

"Jadi karna Lo yang mengenal dia pertama kali gue harus ngikuti apa yang Lo mau? Lo pikir itu akan baik-baik saja untuk Bian? Mikir dong Lo udah berapa kali bikin Bianca masuk ke rumah sakit. Kalo lu mau bunuh dia yang bener , jangan nanggung . Lo pikir murah biaya pengobatan dia"

Ifan yang sudah naik ke ubun-ubun amarahnya melayangkan pukulan keras ke arah Bryan. Mereka beradu kekuatan , keduanya akan jatuh bersama karna kemampuan mereka imbang. Bryan juga membalas Ifan dengan bertubi-tubi, keduanya tidak mau kalah di perkelahian itu.

Kedua hingga bergulung-gulung di lantai untuk beradu kekuatan. Muka mereka berdua sudah tidak berbentuk.

Coffee yang di dalam gelas menjadi tumpah karena tertendang oleh perkelahian mereka.

Hingga keduanya benar-benar lelah dan tergeletak di lantai.

"Bian pernah bicara sama gue, dan dia bilang. Jika Lo masih ingin bertemu dan berteman dengan Bian setidaknya jadilah kakak buatnya seperti Nando seperti Theo seperti Darrel. Jika Lo melakukan itu Bianca benar-benar akan menerima Lo lagi tapi bukan sebagai pendamping hidup " ujar Bryan dengan suara ngos-ngosan karna kelelahan.

Bryan meninggalkan Ifan yang masih tergeletak di lantai memandangi langit yang berwarna merah ke ungguan karena matahariku terbenam.

Bryan memilih untuk pulang dan membersihkan lukanya.

Author POV

Bianca kembali ke studio setelah pulang ke rumah untuk mengambil beberapa baju dan membawanya ranselnya. Bianca juga tidak membawa koper untuk pulang ke Indonesia.

Bianca mengirim pesan pribadi ke Darrel.
"Gue akan pulang dengan seseorang jadi siapin mobil, jangan bilang siapa-siapa gue naik business class"

DARREL : sampe jam brapa?

"Jam 3 an keknya soalnya berangkat dari sini jam set 10 malam"

"Lu siapin mobil ada gue nyetir sendiri, titip kan ke petugas parkir mobil"

DARREL: oke

Bian seperti biasa berpenampilan swag dengan rambut di biarkan terurai. Memakai blazer panjang selutut warna hitam dengan Jeans hitam dan sneaker converse.

(2)NEXT DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang