chapter 25

48 3 1
                                    

Pagi ini Bianca sedang di tangani tim medis untuk kontrol dan mengganti kain kasa yang menutupi lukanya.

Sedangkan Eonni Yeji di temani Barra menunggu Bianca di luar.
Mereka berdua duduk bersampingan dengan rasa canggung.

"Begini, bagaimana kamu bisa dekat dengan adikku?" Tanya Barra dengan memutar-mutar ponselnya.

"Itu, karena...... Bianca yang sangat hangat kepadaku" ujar Yeji.

"Setelah waktu itu, aku benar-benar.... Terkucilkan, dan sering di maki oleh karyawan yang lain. Aku sempat berpikir untuk mengundurkan diri... Aku sudah membawa surat mengundurkan diri waktu itu,.... Tapi Bianca datang ke kantor dengan senyuman hangat nya..., Jadi bisa dibilang, aku menetap karena Bianca menguatkan diriku" eonni Yeji berterus terang tentang bagaimana dirinya bisa sedekat itu dengan Bianca.

"Seperti itu...." Ujar Barra dengan menggangukkan kepala.

Tidak lama seorang dokter yang biasanya menangani dan merawat Bianca keluar bersama perawat nya.

"Semoga adiknya tidak mengunjungi rumah sakit lagi, aku menyukai sifatnya semoga dia selalu sehat" ujar sang dokter kepada Barra dan Yeji lalu berpamitan untuk mengurus pasien yang lain

"Silahkan ke meja administrasi dahulu untuk mengosongkan ruangannya" ujar seorang perawat.

"Aku akan mengurusnya" ujar Barra setelah mengangguki perawat tersebut.

"Baiklah, aku akan membersihkan ruangannya" ujar Yeji yang kemudian masuk ke kamar sedangkan Barra pergi untuk mengurus administrasi dan prosedur mengosongkan ruangan.

Eonni Yeji melihat Bianca yang sibuk dengan smartphone nya. Seperti mencoba menghubungi seseorang.

"Siapa yang yang sedang kamu telfon?" Tanya Eonni.

"Bryan.... Dia, Setelah pulang ke Indonesia tidak pernah menghubungi diriku" ujar Bianca, dia benar-benar merasa heran kemana perginya, dia bahkan tidak lagi muncul di grup chat. Padahal sesekali Bryan masih sering menanggapi lelucon dari teman-teman nya di grup.

"Mungkin dia masih sibuk dengan beberapa hal disana" ujar eonni mencoba sedikit menghibur Bianca.

"tapi eonni, tidak biasanya Bryan seperti ini. dia selalu memberiku kabar , bahkan dia bisa lebih posesive" sahut Bianca yang sedikit kesa karna masih belum terbiasa tanpa ada omelan dari Bryan.

Bryan memang mama ke dua bagi Bianca.

"Gwenchana, dia akan baik-baik saja. Aku yakin sekali" ujar eonni Yeji menenangkan dengan memasukkan baju ganti Bianca ke dalam ransel.

Akhirnya Bianca pasrah dan berhenti menghubungi Bryan. Tapi Bianca benar-benar menjadi kesal dengan sikap Bryan. Bianca memperingatkan Bryan dengan sebuah chat.

"Lo ga bales chat gue? Oke, jangan kaget kalo ketemu gue!"

Seolah Bianca memiliki dendam sengit.

Barra kembali masuk ke kamar dengan beberapa lembar kertas yang berisi surat tentang riwayat sakit Bianca dan surat keluar dari rumah sakit.

"Mari kita pulang" ujar Barra dengan mendekati Bianca lalu mengendong Bianca mendudukkan nya di kursi roda.

"Kenapa aku harus menaiki ini? Aku bisa berjalan" ujar Bianca.

"Duduk lebih enak daripada mendorong gerobak" cibir Barra.

"Apa katamu? " Bianca tidak terima.

(2)NEXT DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang