chapter 47

25 0 0
                                    

"Tangi, awakmu kudu di obati. ayo balik moleh"

Di tengah malam aku terbangun karena mimpi itu. Seolah, pelatih bela diri yang aku ikuti masuk ke mimpi dan menyuruhku untuk kembali pulang ke tanah air.

Mengusap gusar wajahku yang penuh keringat dingin. Melihat jam dinding masih pukul dua dini hari. Aku hanya tidur tiga jam dan terbangun.

Melihat bekas luka di badanku membuat ku berfikir mimpi itu memang dari pelatihku. Ada bekas luka tembakan di punggung dan tusukan pisau di perut.

Aku cukup kaget dengan mimpi ini. Jadi, aku memutuskan jika besok malam aku memimpikan lagi aku akan kembali pulang dan menemuinya.

Tentang pelatih, sejujurnya dia adalah orang tua angkat ku yang memang pergi dari rumah karena pergi ke sebuah desa dan menetap di sana. Sengaja aku tidak pernah menceritakan, karena beliau mempunyai ilmu Jawa yang begitu besar. Jadi sengaja aku menyembunyikan identitas beliau. Juga menyamarkan cerita kejadian yang sesungguhnya.

Berhubungan dengan aku yang tinggal sendiri. Sebelumnya aku di ajak untuk ikut, tetapi aku memilih menetap di rumah sendirian. Karena tujuanku ingin mencari kedua orang tua kandungku.

Tetapi, dengan bapak pelatih dia memberiku sebuah penjaga. yang membuat ku bisa menahan rasa sakit atau ketika aku sedang terluka dengan sosok yang tidak bisa di lihat dengan mata biasa.

Jadi karna itu aku bisa sembuh dengan cepat juga, ibaratnya dialah yang menggantikan diriku. Bukan aku yang terluka tetapi sosok itu.

Sepertinya sekarang dia sedang tidak baik-baik saja hingga aku memimpikan itu.

Karena badanku linu semua setelah beraksi seharian, aku memutuskan untuk tidur kembali. Satu jam kemudian aku kembali terbangun dengan mimpi yang sama. Melihat jam yang sudah menginjak setengah empat dini hari. Aku memutuskan untuk membasuh muka dan memakai hoddie. Pergi ke supermarket yang buka dua puluh empat jam.

Aku tidak pernah takut jika sesekali beberapa hal yang tidak bisa di lihat mata telanjang mengganggu dan menampakkan diri di depan ku. Suasana di sekitar apartemen sangat sepi tidak ada seorang pun yang keluar atau beraktivitas.

Seorang cowok yang menjaga supermarket tersebut memandangi ku dari dalam. Aku berjalan masuk, memilih beberapa jajan camilan dan susu pisang.

"Apakah jam segini ada orang yang membeli?" Tanyaku sembari Camilan yang aku beli sedang di hitung total harganya.

"Hanya kamu saja yang datang kemari, kenapa kamu bangun sepagi ini?"

"Ah, karena merasa lapar" sengaja aku menjawab asal karena bukan hal baik jika menceritakan apa yang aku mimpikan.

"Khamsamnida"

Aku pergi dengan plastik putih berisi camilan dan susu pisang. Mengambil satu susu pisang dari dalam plastik dan meminumnya sembari kembali.

Aneh nya tiga orang dengan memakai masker wajah menghalangi jalanku.

Okey, let's start the game batinku.

"Woaaah, hanya dia yang berani keluar dari apartemen selarut ini" ucap salah satu dari ketiga orang yang tidak aku kenal.

"Minggir, aku sedang tidak ingin bermain-main" sekali aku memperingatkan agar memberikan jalan. Tetapi, mereka justru mendekat dan memegang kedua tangan ku.

Sepertinya aku harus berlatih lagi sekarang. Aku melepaskan tangan yang memegang ku dengan menyemprotkan susu pisang yang ada di mulutku ke wajah salah satu cowok yang memegangi diriku. Satu lagi aku menendang mahkotanya hingga dia tersungkur ke belakang .

(2)NEXT DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang