futsal time

11.5K 761 18
                                    

SHEILA

"Pagi, Yah, Bun... habis sarapan aku pergi yaa... sama Rhea mau main futsal... terus pulangnya ke apartemen...," ucapku seraya duduk di kursi meja makan. Rhea ikut duduk di sebelahku.

"Pagi, Om, Tante...," ucap Rhea kemudian.

"Pagi, Nak... emang kalian main futsalnya jam berapa?" tanya Ayah sambil mengambil roti dan selai di meja makan.

"Nyam... jam setengah sepuluh, Yah... nyam... tapi mau ke apartemen Rhea dulu ambil sepatu... minggu depan deh aku nginep sini lagi ya...," jawabku sambil mengunyah roti isi selai kacang kesukaanku.

"Bener lho ya... minggu depan nginep lagi...," kata Bunda. Aku tersenyum menatap Bunda. Kalau bukan Bunda yang minta, mungkin aku juga jarang-jarang mau menginap di sini.

"Iya, Bundaa... yaudah aku berangkat dulu ya, Yah, Bun..., salam aja sama Chika ya... ayo, Rhe...," ucapku sebelum menghabiskan segelas susu yang sudah disiapkan Bunda. Aku menghampiri Ayah dan Bunda, mencium tangan dan pipi mereka sebelum berangkat bersama Rhea.

"Sheil, kita nggak papa nih pagi-pagi udah pamitan?" tanya Rhea sambil berbisik ketika kami sudah tiba di garasi.

"Nggak papaa kali... lo kayak baru kenal gue aja deh... kan tau sendiri gue males lama-lama di rumah... yuk ah, cuss...," jawabku sambil memakai helm.

Rhea menurut dan memundurkan motornya dari dalam garasi. Aku bergegas berjalan ke arah pagar dan membukanya. Kulihat sekali lagi ke arah pintu depan yang tetap tertutup. Coba kalau Chika yang berangkat, pasti Ayah Bunda sedang dadah-dadah dari depan pintu. Ah, mikir apa sih, Sheil? Udah tua juga ah.

***

TAMA

Planet, tempat gue dan anak-anak kantor biasa main futsal pagi ini cukup ramai. Ada 6 lapangan yang disewakan, 4 dengan rumput sintetis, 2 dengan alas karet. Gue pribadi lebih suka main di lapangan dengan alas karet, lebih ada bunyi-bunyi sepatunya gitu kalau gocek-gocek atau ngerem-ngerem. Rumput sintetis itu kadang licin, jadi gampang jatuh. Lagian kalau di pertandingan internasional kan yang dipakai lapangan karet.

Pandangan gue tertuju pada lapangan nomor dua yang diisi cewek-cewek. Eh, tumben... jarang-jarang nih ada futsal cewek. Well, ya gue tau SMA atau kampus-kampus sekarang udah mulai punya futsal cewek. Tapi kayaknya mereka ini bukan anak kuliahan deh. Atau guenya aja ya yang baru ngeh, secara biasanya kita kalau main kan pasti malam. Ini tumben aja banyak yang berhalangan kemarin malam, jadi diundur pagi ini. Tunggu deh, yang pakai sepatu Specs warna biru itu kok kayak Sheila ya? Ah masa sih? Salah liat kali ya gue.

"Man, ayo masuk lapangan, ah lama lo...," teriak Genta yang ternyata sudah masuk lapangan. Buru-buru gue ikat tali sepatu dan bergabung bersama mereka.

***

Setelah 3 gol berhasil gue sarangkan ke gawang Willy, gue ke luar lapangan untuk istirahat sebentar. 15 menit nonstop, cuy. Lelah. Gue berjalan ke arah lemari pendingin dan mengambil sebotol Pocari Sweat kemudian menuju ke kasir untuk bayar.

Saat gue menghadap ke kanan untuk kembali ke lapangan di ujung sana, mata gue menangkap sosok yang familiar sedang mengetik sesuatu di ponselnya, berdiri di depan lemari pendingin. Kali ini dia memakai Jersey Nike berwarna biru dengan tulisan lambang Premier League dan tulisan Yokohama Tires di dada.

"The blues, eh?" Gue memberanikan diri untuk bicara. Beruntung yang gue ajak bicara mendengar dan mengalihkan pandangan dari ponsel yang dipegangnya.

"Eh? Tama! Kirain siapa...," ucapnya dengan wajah terkejut, "iya nih, Chelsea FC die hard fans since The Special One...," katanya lagi sambil tersenyum memperlihatkan barisan gigi yang rapi.

Futsal Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang