tiara

4.8K 456 5
                                    

TAMA

"Are you both okay?" tanya Genta yang sedang mengikat tali sepatunya di pinggir lapangan saat melihat Sheila memasuki Planet bareng Rhea dan bukan sama gue seperti biasanya.

Gue menggeleng pelan, "Teman lama bokap tiba-tiba muncul sama anaknya, yang adalah mantan gue pas SMA -ya well itupun kalau bisa dibilang mantan-, dan bokap mau menepati janjinya untuk ngejodohin gue sama anak temennya ini...,"

"The hell, man! Masih jaman?" tanyanya sambil mendongakkan kepala ke arah gue.

Gue mengangkat bahu, "Waktu ketemu itu sama Sheila juga, dan gue udah bilang Sheila itu calon istri gue. Tapi ya, namanya juga cewek, dia tetep insecure banget jadinya sekarang...,"

"Ada-ada aja sih, Tam...," Genta menggeleng-gelengkan kepalanya, "terus lo mau gimana?"

"Diemin aja lah, nanti juga Tiara capek sendiri terus pergi...," ujar gue sambil mengikat tali sepatu.

"Be careful, Bro... I have a bad feeling about this Tiara girl...," ucap Genta menepuk pundak gue pelan sebelum beranjak memasuki lapangan futsal.

Gue menoleh ke belakang dan melihat Sheila sudah bersiap memasuki lapangan seberang. Gue memutuskan untuk menghampirinya sejenak.

"Hai kalian, naik apa tadi ke sini?" sapa gue pada Sheila dan Rhea yang berdiri bersisian.

"Eh, hai Tam, bareng anak-anak tadi nebeng mobil...," jawab Rhea lalu ganti menatap Sheila yang hanya tersenyum tipis, "gue duluan ya...,"

"Pulangnya nanti tungguin aku ya..., aku anter...," ucap gue hati-hati, "aku titip handphone sama dompet di tas kamu ya...,"

"Iya," jawab Sheila singkat. Ia hanya menoleh sekilas, masih dengan senyum tipisnya, sambil menguncir rambutnya yang panjang sebahu. Sheila lalu memasuki lapangan futsal tanpa berkata apa-apa lagi.

***

SHEILA

"Lo kenapa deh? Kontrol bolanya lepas terus...," ujar Rhea dengan nafas terengah-engah menghampiriku yang sedang berbaring telentang di pinggir lapangan.

"Jelek banget ya gue mainnya...," ucapku membuka mata dan menatap Rhea yang kini duduk di sisiku.

"Kenapa lagi? Perasaan terakhir lo cerita... bukannya mau serius? Bagus dong...," tanya Rhea dengan alis terangkat.

Aku mendengus pelan, lalu meneguk air minum dari tumbler yang kubawa. "Bagus, sebelum dateng yang namanya Tiara Tiara itu...," aku lalu menceritakan kejadian minggu lalu di rumah orang tua Tama. Rhea terperangah mendengar ceritaku. Sesekali ia mengelus punggungku saat aku sudah terlalu berapi-api. Rhea tidak menyangka kalau rivalku kali ini perempuan yang sangat percaya diri dan cenderung agresif, berkebalikan dengan aku yang cenderung pengalah.

Ceritaku terhenti karena kami dipanggil kembali masuk lapangan. Kali ini permainanku sedikit lebih baik. Beberapa kali aku berhasil menutup pergerakan lawan, dan juga memberikan beberapa assist untuk Rhea yang berbuah gol bagi tim HR. Pandanganku sempat terhenti saat menangkap keberadaan Tama yang entah sejak kapan sudah berada di pinggir lapangan. Ia mengacungkan jempolnya dan tersenyum ke arahku. Aku membalas senyumnya sekilas lalu kembali bermain.

***

"Coba kasih liat gue dong se-wow apa sih si Tiara ini dibandingin sama temen gue?" tanya Rhea ketika kami sudah duduk di bangku di luar lapangan dan mengeringkan keringat.

Aku meraih ponselku dari dalam tas dan membuka akun instagramku. Awalnya aku mau mencari akun Tiara dari list following. Mungkin aku bodoh ya, ngapain juga aku saling follow dengan orang ketiga di hubungan sendiri? Tiara yang lebih dulu mengikuti akunku.

"Sheil, kenapa?" tanya Rhea saat melihatku tertegun memandangi ponsel. Aku mengangkat wajahku dan menatap nanar sahabatku sambil menyerahkan ponselku.

"Ini orangnya?! Kalian saling follow di instagram?!" Rhea berusaha memelankan suaranya, setengah berbisik supaya tidak terdengar yang lain.

Aku mengangguk pelan, "Dia yang follow gue duluan... niatnya mau gue blok, Rhe... tapi...," sambil menahan air mataku yang sudah mulai menggenang supaya tidak jatuh.

"Lo nggak mau kehilangan informasi dengan sama sekali ga punya akses ke media sosial dia...," ujar Rhea melanjutkan ucapanku lalu memelukku dari samping.

TAMA

Gue baru saja melakukan passing bola ke Genta saat Sheila dan Rhea berdiri di pinggir lapangan lengkap dengan tas masing-masing. Bukannya gue udah bilang mau pulang bareng, kok...? Gue langsung melipir ke pinggir lapangan dan bertukar dengan anggota tim yang lain, lalu menghampiri Sheila.

"Sayang, kamu udah selesai ya? Tunggu lima belas menit lagi ya...?"

"Aku duluan sama Rhea ya, Tam... ini handphone sama dompet kamu...," ujar Sheila sambil menyerahkan milik gue yang tadi dititipkan.

"Eh? Yaudah aku pulang sekarang aja deh, aku ganti baju sebentar ya... 5 menit aja, Sheil...," tawar gue lalu beralih ke Rhea, "Sheila sama gue aja, Rhe... duluan aja...,"

Rhea menatap ragu ke Sheila, "Gimana, Sis?"

Sheila lalu mengangguk pelan, "Yaudah lo duluan aja... hati-hati ya...,"

"Oke..., I'm only one call away ya...," Rhea berbisik lirih di telingaku, "duluan, Tam...," ujar Rhea sambil melambaikan tangan. Gue menuntun Sheila untuk duduk di bangku pinggir lapangan, mengacak rambutnya sesaat, lalu bergegas berganti baju.

"Guys, sorry gue duluan ya...," teriak gue dari pinggir lapangan. Gue merasa ada yang nggak beres, lebih baik gue kehilangan lima belas menit waktu bermain futsal daripada ngebiarin Sheila pulang sama Rhea.

***

Sepanjang perjalanan dari Planet ke apartemen, Sheila hanya diam sambil menatap ke luar jendela. Ia pun tidak menggubris tawaran gue untuk makan malam. Tapi karena gue yakin kita berdua belum makan, gue memutuskan untuk mampir take away pizza di dekat apartemen, makanan yang selalu jadi comfort food-nya Sheila kalau lagi badmood gini. Yah, semoga pilihan gue nggak salah.

Pun ketika kami sudah sampai di apartemen dan menaiki lift, Sheila masih tutup mulut rapat-rapat. Hanya saja, gue sempat menangkap gerakan tangan Sheila seperti menghapus air matanya. Shit. Ada apa lagi ini?

"Sayang..., ada apa?" tanya gue ketika kami sudah duduk di sofa apartemen Sheila, dengan sekotak pizza terbuka di hadapan kami, "aku nggak akan ngerti kamu kenapa kalau kamu nggak ngomong...,"

Sheila menatap gue sejenak, lalu menyerahkan ponselnya ke gue, "Kamu bisa jelasin ini maksudnya apa?" ujarnya dengan suara tercekat.

Dengan kening berkerut gue menerima ponselnya. HOLY SHIT.

Karena besok libur, here's an update for you 😘

Futsal Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang