SHEILA
"Adek belum pulang, Bun?" tanyaku sambil mengambil sepotong ayam goreng paling enak sedunia buatan Bunda.
"Pulang malam kayaknya dia, anak itu lagi sibuk banget deh. Bunda cuma takut Chika kecapean aja. Kamu sehat-sehat toh, Nduk? Kok kayaknya kurusan... habis sakit?"
"Nggak..."
"Iya..."Aku reflek menyenggol kaki Tama di bawah meja yang membuatnya meringis menahan sakit. Duuuh, anak ini kenapa sih bocor banget mulutnya. Ck.
"Jadi Sheila beneran habis sakit, Tam?" Ayah kali ini membuka suara.
"Udah keceplosan ceritain aja, Tam, jadi si bandel ini abis sakit?" Mas Rio melemparkan tatapan tajam yang membuat Tama salah tingkah. Aku hanya bisa memijat pelipisku sambil menunduk. Kelar deh ini mah kelar....
"Err... dua minggu lalu Sheila sempat dirawat di rumah sakit 1 malam, Om, Mas, maag-nya kambuh sampai migrain, paginya masih masuk kantor..."
"Sheila... kamu kerjanya jangan terlalu diforsir, Nak, badan kamu juga butuh istirahat..." nasehat Bunda sambil menatapku khawatir.
"Terus kenapa nggak ngomong? Dek, kamu kebiasaan deh, kalo ada apa-apa tuh nggak ngomong... kenapa sih..." tambah lagi omelan untukku, kali ini dari Mas Rio.
"Iyaa... iya maaf... toh aku udah nggak papa kan sekarang? I'm fine okaay... aku cuma nggak mau bikin khawatir lha wong cuma maag sama migrain aja... udah biasa kan..."
"Tama, Tante minta tolong besok-besok kalau Sheila sakit kasih tau Tante ya..."
Aku merasakan lirikan Tama kepadaku sesaat sebelum akhirnya mengangguk, "Iya, Tante..."
***
Selesai makan, Tama terlihat asyik mengobrol dengan Mas Rio. Wajar saja, pekerjaan Tama sebagai Network Engineer kadang membuatnya harus mengunjungi site-site klien, seperti tempat Mas Rio bekerja. Ayah dan Bunda juga terlihat asyik mendengarkan cerita Tama. Hatiku tiba-tiba menghangat melihat pemandangan ini.
"Yaah, Bun, aku sama Tama pamit pulang dulu ya... udah malem... weekend aku nginep sini deeh... ya?"
"Ya sudah, biar nggak kemalaman juga kaliannya... Tama kalau weekend mau ikut main ke sini silahkan lho ya...," ujar Bunda sambil berjalan mengantarkan kami.
"Assalamualaikuuum...." tiba-tiba terdengar suara cempreng dari arah pintu, "EH ADA MBAK CILA SAMA MAS IYO!" Sedetik kemudian Chika menghambur ke arahku dan memelukku erat, disambut pelukan Mas Rio dari arah belakang.
"Duuuh anak kecil berisik banget siih..." canda Mas Rio sambil mengacak-acak rambut Chika.
"Yah kamu udah mau pulang ya, Mbak? Aku kan baru nyampeee..." celoteh Chika manja sambil tetap memeluk pingganggku.
"Weekend aku nginep sini kook...,"ujarku sambil melepaskan pelukan Chika.
"Bener yaaa? Eh iya... ini siapa, Mbak?" tanya Chika yang baru menyadari ada orang lain juga di sini, "Acieeeee pacar baru ya, Mbak, akhirnya? Kok ganteng siiih..." lanjut Chika sambil senyum malu-malu ke arah Tama.
"Chikaaaaaaaa... ih udah aku pulang ya Yah, Bun, Mas... ayo, Tam, Assalamualaikum," ujarku sambil mengajak Tama yang masih tertawa kecil dan geleng-geleng kepala.
"Pamit dulu, semuanya... Assalamualaikum..."
***
TAMA
Gue mengikuti Sheila ke luar pintu rumahnya sambil tertawa pelan. Sayang tadi Chika terlambat datang. Kalau nggak mungkin gue akan habis dibawelin sama adik bungsunya Sheila. Makan malam bersama keluarganya terasa hangat, sama seperti di rumah. Om Heru dan Tante Ajeng terlihat khawatir sekali waktu tahu Sheila sempat masuk rumah sakit. Rupanya anak ini benar-benar menutupi kondisinya dari keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Futsal Love [Completed]
RomansaSheila Naladhipa Prameswari (25) Si anak tengah yang tangguh dan independen. Jantung hati yang menerangi keluarga Wiraatmaja. A recruiter and a futsal freak. Narendra Arkatama Daniswara (29) Si bungsu kesayangan yang juga pelindung bagi saudaranya...