TAMA
Pagi ini, seperti weekend-weekend biasanya saat gue nggak harus visit ke kantor klien di antah berantah, gue udah duduk di sofa apartemen Sheila sambil sibuk mengunyah crepes dengan selai nutella dan beberapa potong buah pisang atau strawberry buatan tuan rumah. Enak banget, bos. Beneran deh Sheila bakalan cocok banget sama Ibu gue urusan dapur. Mungkin kalau Sheila udah capek kerja kantoran, dia bakalan bisnis toko kue sama Ibu. Lah, emang Sheilanya mau, Tam, diajak nikah?
Ponsel Sheila yang terletak di atas end table sebelah sofa tiba-tiba berdering. Belum sempat gue panggil, Sheila sudah menghampiri dengan langkah cepat sambil membawa dua botol jus.
"Pelan-pelan, Sheil...," ucap gue mengambil alih satu botol jus jeruk apel dan satu botol jus jeruk strawberry dari tangannya.
Sheila menggeser tombol telepon dan menekan tombol speaker di ponselnya, lalu duduk di sebelah gue.
"Kenapa, Chika?" Oh, rupanya Chika yang telepon pagi-pagi.
"Mbaak... lagi di apartemen nggak? Aku lagi di deket tempat kamu nih... aku ke sana yaa.... laper...," ucap Chika dengan suara cempreng khasnya.
"Yaudah ke sini aja...," jawab Sheila datar, lalu mematikan sambungan telepon. Dia menghela nafas pendek.
"Kok gitu...?" tanya gue hati-hati sambil membuka tutup botol jus untuk Sheila.
"Gitu apanya?" tanyanya ketus.
"Kamu kayaknya kesel adek kamu mau ke sini...,"
"Ya ini kan weekend, Tamaa... kan lagi santai-santai sama kamu...," ujarnya dengan wajah merengut.
Gue mau tidak mau tertawa mendengar keluhannya, "Kamu ini posesif juga ya ternyata? Nggak papa lah Sheil, adik kamu udah kuanggap kayak adik aku sendiri... toh yang aku sayang kan kakaknya...," ucap gue sebelum mengecup puncak kepalanya. Gue maklum sih, Sheila dengan latar belakang keluarganya yang udah sedikit banyak gue tau, bikin dia jadi ekstra protektif banget sama inner circle nya. Tugas gue ya membuktikan bahwa no matter what happen, she'll always be my person.
SHEILA
Kenapa sih di hari Sabtu gini Chika harus berkeliaran di sekitar apartemenku? Chika mainnya jauh banget sih, heran. Pagi-pagi pula, untung aku udah bangun. Kalau nggak, sudah pasti anak ini akan kuomeli habis-habisan karena mengganggu jadwal hibernasiku.
Tidak sampai lima belas menit kemudian, aku mendengar suara bel pintu berbunyi. Dengan malas-malasan aku meninggalkan Tama yang sedang fokus nonton series You untuk membuka pintu.
"Mbaak, aku kangen tau...," ucap Chika seraya memelukku - well, mungkin lebih tepatnya menjatuhkan tubuhnya - begitu pintu apartemenku terbuka.
"Chikaa... kamu pagi-pagi kok udah di daerah sini aja sih? Jauh banget mainnya...,"
"Ini lhoo... aku tuh lagi ada project web design gitu di kampus, terus kebetulan ada temen aku yang rumahnya deket-deket sini punya online shop, yang bakalan coba dibuatin websitenya... eh, ada Mas Tama... waaah, kalian abis... aw!" aku buru-buru menjitak kepala Chika sebelum menyelesaikan omongan asalnya.
"Nggak usah mikir aneh-aneh, Tama ke sini karena aku bikinin sarapan,"
"Hai, Chik...," sapa Tama menoleh masih dari sofa tempatnya duduk.
"Eh kamu bikin apa?" tanya Chika sambil ngeloyor ke dapur, "waaah aku mau dong, Mbak, crepes-nya bagi yaaa...," ujar Chika sambil mencomot sepotong crepes yang masih tersisa piring. Aku cuma bisa geleng-geleng kepala aja melihat tingkahnya.
"Terus ini pulangnya nggak harus aku anterin juga kan?" tanyaku sambil melipat tangan di depan dada.
"Eng... nggak kook... nanti aku naik ojol aja...," jawab Chika sambil nyengir, "Mas Tama, kamu anak IT kan ya? Ngerti soal HTML atau PHP gitu nggak?" tanya Chika yang tau-tau udah berpindah ke samping Tama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Futsal Love [Completed]
RomantikSheila Naladhipa Prameswari (25) Si anak tengah yang tangguh dan independen. Jantung hati yang menerangi keluarga Wiraatmaja. A recruiter and a futsal freak. Narendra Arkatama Daniswara (29) Si bungsu kesayangan yang juga pelindung bagi saudaranya...