back as usual

5.4K 462 6
                                    

SHEILA

"Ada kabar baik nih kayaknya, lo udah ke kantor cerah ceria begini mukanya...,"

Aku mendongak dan menemukan cengiran Rhea yang baru saja akan memasuki kubikel kami. "Baru dateng lo?" tanyaku dengan balas tersenyum.

Rhea mengangguk kemudian menarik kursinya dan duduk menghadap ke arahku, "Jadi... misi Tama minta restu lancar nih?"

"Yaa well..., seperti yang lo bilang tadi, hari ini gue cerah ceria...," ucapku sambil tersenyum lebar.

"Alhamdulillah... yaudah cepet gih sana minta dihalalin...," ujar Rhea lagi.

"Doain aja ya, Sis..., eh tapi... lo ntar jomblo sendirian dong, Rhe...," godaku yang langsung disambut tepukan pelan di lenganku.

"Tenang aja... jodoh gue bentar lagi keliatan kok kayaknya, bukan... bukan Genta... tunggu aja...," tuturnya dengan penuh keyakinan.

Aku mengangkat alis lalu menggeleng-geleng pelan melihat kelakuan sahabatku ini.

"Sheila, Rhea, jam 10 kita meeting untuk set up KPI 2020 ya..., tolong disiapkan data tahun lalu supaya bisa dijadikan acuan," tiba-tiba Mas Nugi, atasan kami berdua muncul dan obrolan kami pun terhenti.

***

Sheila sedang merapikan barang-barang di atas meja kerjanya ketika ponselnya berbunyi dan menampilkan foto Chika di layar.

"Ya, Chik?"

"Mbak, sibuk nggak?" tanya adik semata wayangku itu dari ujung telepon.

"Hmm... ini udah mau pulang sih, kenapa?" tanyaku sambil beranjak dari kubikelku dan berjalan menuju lift.

"Makan yuk... aku lagi pengen makan daging nih...," ajak Chika dengan suara manjanya.

Aku tertawa kecil sebelum menjawab ajakannya, "Kamu nih tau banget aku baru gajian ya? Yaudah ayo, kamu di mana ini? Ajak Mas Rio sekalian gih... aku telpon Tama dulu sebentar...,"

TAMA

Gue sedang menyeduh kopi di pantry kantor sambil mengobrol dengan Genta ketika matanya melihat ke arah ponsel gue yang tergeletak di meja pantry.

"Calon istri telpon tuh...," ujarnya sambil menunjuk dengan dagunya.

Gue lalu segera menaruh cangkir kopi dan mengangkat panggilan itu, "Halo, Sayang... aku masih di kantor nih..., ada apa?"

"Ooh, nggak papa, Tam... ini barusan Chika telpon, minta ditraktir korean barbeque katanya... mungkin sama Mas Rio juga... kamu mau ikutan nggak? Nyusul ya, ke tempat biasa...," tutur Sheila dengan nada riang.

"Oh gitu... kangen tuh dia sama kamu... waktu itu di rumah nggak ketemu kan... aku mungkin masih agak lama, kalau nggak sempat nanti ketemu di apartemen aja nggak papa?" tanya gue. Bukan apa-apa, gue cuma mau ngasih mereka quality time lebih luas aja, sebelum Sheila benar-benar jadi istri gue.

"Ooo sibuk ya... Chika tadi semangat banget mau ketemu kamu juga soalnya... yaudah gapapa deh nanti aku bilangin ya... jangan telat makan ya kamunya... take care, sayang...," ujarnya lagi.

"Aku usahain ke sana ya... love you...," ujar gue sebelum menutup sambungan telepon.

"Love is in the air... itu kopi nggak usah digulain juga udah manis kayaknya," ucap Genta terkekeh.

Gue tersenyum lebar lalu menyesap kopi yang belum sempat gue minum tadi, "Lo gimana, Ta, sama Alana?"

"Thanks for asking... yaa walaupun sekarang waktu komunikasinya lebih banyak di weekend karena dia kerja, but we're good...," tuturnya.

"Salut sih gue sama kalian, bisa bertahan LDR beda benua gini... padahal lo dulunya...," gue menghela nafas sejenak, "gue pikir lo bakalan jadi deket sama Rhea...,"

Genta tertawa kecil, "Rhea mah udah kayak adek gue sendiri, Bro...,"

SHEILA

"Mbak, kamu beneran udah mau nikah aja ya sama Mas Tama? Ih makin susah ketemunya dong... Mas Rio juga... terus nanti aku sama siapaa...," ucap Chika merajuk. Aku dan Mas Rio saling berpandangan lalu tertawa melihat tingkahnya.

"Alah kamu biasanya juga di rumah sendiri," ujar Mas Rio sambil kembali membolak-balik daging di atas panggangan.

"Enak dong, Chik, kamu bakal jadi anak satu-satunya Ayah Bunda deh...," tambahku dengan anggukan.

"Tapi kan kalian pasti akan sibuk sama keluarga baru, rutinitas baru, terus nanti lupa deh masih punya adek-...,"

"Ya main ke rumah dong, Chika, kalau libur...," Tama yang tahu-tahu sudah di belakangku memotong ocehan Chika sebelum mengecup pipiku dan duduk di sebelahku, "sorry ya, telat... tadi masih banyak kerjaan di kantor... hai, Yo...," sapanya kepada Mas Rio yang tersenyum ke arahnya.

"Nah ini nih pelakunya, Mas Tama, udah seriusan banget nih mau nikah? Kok mau sih sama Mbak Sheila? Udah jutek, galak-...,"

"HEI! Kok ngelunjak sih kamu udah minta dibayarin makan juga...," protesku yang diiringi suara tawa mereka bertiga.

TAMA

"Yang...,"

"Hmm?"

"Bapak Ibu nanyain kamu kemarin... katanya kok udah lama nggak main ke rumah... Ibu kangen...," tutur gue saat Sheila sudah duduk di sofa apartemen gue, dengan kepalanya bersandar di bahu gue.

Sheila refleks menegakkan posisinya dan memutar badannya menghadap gue, "Eh... aduh... Ibu kamu tau ya kita abis berantem? Gimana dong, Taaaam...," ucapnya panik.

Gue tertawa kecil, "Ya gimana mau nggak tau sih, Yang... dari waktu aku ngomong soal Tiara ke Bapak ya mereka juga udah tau lah  kita lagi kenapa-kenapa... itu kan wajar, Sayang, namanya juga hubungan...," tutur gue sambil mengacak rambutnya.

Sheila menatap gue dengan kening berkerut, wajahnya terlihat begitu khawatir, "Aku juga cerita, kemarin habis dari rumah kamu, minta ijin sama Ayah kamu...," gue memberi jeda sejenak, "Bapak Ibu bilang, kapanpun kita siap, mereka akan dengan senang hati nemenin aku untuk melamar kamu secara resmi...,"

Gue terkekeh pelan melihat wajah Sheila yang terperangah.

"Tam... aku...," ucapnya terbata-bata.

"Nggak usah panik... yang penting kan kamu udah tau rencana aku mau ngajak kamu nikah akhir taun ini. Mau nggak pake acara lamaran atau tunangan juga aku nggak masalah...," ujar gue sambil menggenggam tangannya mencoba menenangkan.

"Aku mendadak mules lho, Tam, ini...,"

Gue tertawa lalu menarik Sheila ke dalam pelukan, "Weekend ini ikut aku ke rumah Bapak mau ya? Bakalan ada Dido juga kok kayaknya...,"

Sheila membalas pelukan gue lebih erat dan mengangguk pelan. One step at a time...

Futsal Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang