missing you

6.7K 558 2
                                    

SHEILA

Akhirnya minggu horror ini berakhir juga. Tiga hari kemarin aku pulang di atas jam 10 malam karena harus berteman dengan Visio untuk melakukan revisi rencana restrukturisasi organisasi MineCo. Aku bahkan tak sempat melakukan sortir CV kandidat seperti biasa karena fokusku teralihkan. Ah, mudah-mudahan apa yang kukumpulkan hari ini bisa menjadi revisi yang terakhir. Bosan rasanya hampir dua minggu aku berkutat dengan kotak-kotak di Microsoft Visio.

Begitu jam di monitorku menunjukkan pukul 17:00, aku langsung bergegas ke parkiran, lalu mengendarai mobilku menuju rumah orangtuaku. Beberapa hari yang lalu Bunda telepon, katanya kangen dengan anak tengahnya yang super sibuk. Padahal aku nggak melulu sibuk, hanya nggak ada kabarnya saja. Aku tidak pernah bisa menolak kalau sudah Bunda yang memintaku pulang.

Ngomong-ngomong, Tama apa kabar ya? Sejak chat terakhir dua minggu lalu, aku belum mendengar kabarnya lagi. Kayaknya sih aku lihat mobilnya di parkiran, tapi nggak tau ya orangnya ada atau nggak. I'm kinda missing our conversations back then. Sudah lama rasanya aku nggak punya teman ngobrol lawan jenis, yang nyambung tentang berbagai hal. Salah satunya sepakbola, karena ternyata Tama pun penggemar Chelsea FC. Belum lagi, ia juga suka Sheila on 7, lengkaplah sudah. Aku udah pernah bilang belum, Tama itu jago main gitar lho. Aku tau ketika makan malam di apartemennya, ada gitar tergantung manis di ruang tengah.

"Eh, ada gitar nih...," ucapku iseng malam itu. Tama mengikuti arah pandanganku lalu tersenyum.

"Iya, lumayan buat obat suntuk. Lo main juga?"

"Cuma suka dan bisa, tapi nggak jago," kilahku. Tama spontan menaikkan kedua alisnya.

"Well... well... from futsal and now guitar as well? I wonder what you can't do, lady boss..."

Aku tertawa pelan mendengar kata-katanya, "Apaan sih, Tam... first of all I'm not yet a boss, yang kedua, banyak kali perempuan yang bisa main gitar dan main futsal, mungkin lo nya aja yang baru ketemu satu..."

Tama ikut tertawa mendengar jawabanku, "Tes tes yuk?" ajak Tama sambil berdiri dari tempatnya dan mengambil gitar, "Mbaknya main dong satu lagu,"

Aku melotot lalu refleks menggelengkan kepala kuat-kuat, "Gue nggak jago, Taam...,"

Tama terkekeh pelan, "Yaudaah, tapi ikutan nyanyi ya...,"

Tama lalu memainkan lagu Sheila on 7 yang berjudul Kisah Klasik untuk Masa Depan. Aku ikut bernyanyi dan kadang mengambil nada harmoni suara duanya.

"Suara lo bagus lho, Sheil...," puji Tama yang membuatku tersipu malu, "bener kan, lo ini multitalent ya..."

"Apaan sih, Tam..."

TAMA

Akhirnya setelah satu minggu terasing dari peradaban kota, di Sabtu pagi ini gue bisa kembali terbangun di atas king size bed apartemen gue tercinta ini. Emang ya, di mana-mana paling enak itu kamar sendiri. Sambil ngumpulin nyawa yang masih setengah, gue meraih ponsel gue di atas end table samping tempat tidur gue. Iseng gue buka instagram. Hmm... ada sheilaprameswari di deretan instastories gue. Saat gue buka, gue melihat foto boomerang Sheila dengan seorang lelaki yang lebih tua darinya dan seorang perempuan yang lebih muda, seperti anak SMA atau baru masuk kuliah gitu. Ada tulisan "siblings quality time" di sana. Yang rupanya dia re-share dari akun lain, yang namanya chikadewantari, yang gue yakin adalah adiknya. Sheila anak tengah kan, berarti yang laki-laki adalah kakaknya.

Gue tekan layar ponsel gue untuk melihat instastories Sheila berikutnya dan gue langsung terduduk tegak menempel pada sandaran kepala di tempat tidur gue. Nggak cukup main gitar, dia bisa main piano juga? What the hell?! Di video itu Sheila memainkan piano dengan sangat lembut sementara kedua saudaranya menyanyikan lagu Rewrite the Stars, salah satu original soundtrack-nya The Greatest Showman. How cool was that? Shit, gue mulai terdengar seperti fans beratnya Sheila.

I kinda miss her though. Kesibukan di site seminggu kemarin dengan sinyal ponsel yang tidak bersahabat membuat gue sama sekali nggak menghubungi dia. Padahal kita baru ketemu beberapa kali, tapi Sheila itu teman ngobrol yang asik. Oh iya, gue jadi ingat sesuatu. Konsernya Sheila on 7 itu dua minggu lagi kan ya? Sheila udah beli tiketnya belum ya? Coba gue whatsapp aja deh, eh tapi dia lagi quality time sama keluarganya ya. Besok aja deh tanyanya, masih lama ini. Tomorrow she should be here already, rite? Yakin amaat lo, Tam, emang situ bapaknya, batin gue.

Tiba-tiba ponsel gue bergetar, dan foto kanjeng Ibu Suri terpampang di layar. Gue lalu menggeser gambar telepon berwarna hijau, "Assalamualaikum, Ibu Suri..."

"Waalaikumsalam, kamu ini lho, Tam, pagi-pagi udah ngelucu. Kamu ndak main ke sini?" tanya Ibu to the point.

"Tama baru pulang dari Berau tadi malam, Bu. Capek banget," jawab gue jujur. Memang benar, semalam gue baru sampai sekitar jam 9 malam. Belum terlalu larut memang, tapi kalau harus langsung nyetir ke rumah Bapak Ibu, rasanya badan gue bakalan patah-patah. Ini aja gue dan Genta mengurungkan niat ke Derawan saking lelahnya kami. Rasanya mau langsung tidur aja.

"Oooh yo wis... kamu ada makanan ndak di apartemen? Mau Ibu antar ke sana?" tawar Ibu gue yang super baik hati.

"Eh nggak usah, Bu. Tama aja yang ke sana makan siang ya... ," tolak gue sambil melihat jam dinding di kamar, "ini baru jam 9 kan..., nanti satu jam lagi Tama berangkat ke sana deh, siap-siap dulu sebentar ya, Ibu, anaknya ini baru bangun...,"

"Ealaah... baru bangun toh... yo wis hati-hati nanti yo, Lé, alon-alon...," pesan Ibu lagi.

"Inggih, Bu..."

***

SHEILA

Weekend terasa cepat sekali berlalu jika dijalani dengan orang-orang tersayang. Apalagi Mas Rio sedang jadwal off dari lokasi. Tiga bersaudara komplit. Kami menghabiskan banyak waktu untuk bermain musik di rumah. Salah satu yang membuatku kangen rumah adalah piano yang ada di ruang tengah. Kemarin, kami bertiga iseng-iseng membuat video cover lagu, yang langsung diupload Chika di akun instagramnya. Seperti biasa aku main piano, Mas Rio main gitar, sementara Chika menyanyi. Kadang Mas Rio ikut nyanyi juga sih. Kalau aku yah... cukup mengiringi saja, toh suara mereka berdua sudah bagus.

Sesampainya di parkiran, aku mampir dulu ke laundry yang ada di lantai basement apartemenku, mengambil cucian yang sudah selesai. Saat aku sedang kesulitan menemukan key card di dalam tasku, terdengar suara yang cukup familiar di telingaku, "Baru pulang, Sheil?"

Tama berdiri di sebelahku dengan setelan T-shirt biru muda dan celana jeans hitam.
"Eh, iya, Tam..., lo baru pulang juga?" Aku tersenyum menatap Tama setelan akhirnya menemukan key card ku.

"Oh, cuma abis makan aja di seberang. Gue bantuin bawa ke atas ya...," tawarnya sambil mengambil satu kantong laundry milikku.

"Thank you, Tam... jadi ngerepotin," ucapku sambil menempelkan key card dan menekan tombol angka dua.

"My pleasure... abis dari mana?"

"Dari rumah orang tua gue, Tam, abis nginep di sana...," jawabku jujur.

"I see... pantes mobil lo nggak kelihatan di parkiran," ujar Tama, "oh iya, Sheil, tiket Sheila on 7 nya udah beli? Sorry gue nggak sempat tanya-tanya lagi, kemarin seminggu di site sinyalnya susah banget," tutur Tama. Jadi dia menghilang karena habis dinas ke antah berantah susah sinyal?

"Ooh gitu... sebenernya gue udah beli sih, Tam, udah beliin lo juga karena minggu lalu itu harga presalenya murah banget, sorry ya belum sempat ngabarin, gue juga lagi hectic banget di kantor," terang gue.

"Wah, emang bener-bener Sheila Gank garis keras nih, yaudah nanti gue transfer uangnya ya, Sheil...," Tama terkekeh pelan, memamerkan deretan giginya yang rapi itu.

"Aman aja..., anyway Tam, makasih lho udah dibantuin bawain laundry-an gue," ucapku tulus ketika kami sudah sampai di unitku.

"Sama-sama, Sheil... eh, besok pagi sarapan bareng, yuk?"

Entah dari mana datangnya tiba-tiba ada kawanan kupu-kupu beterbangan di dalam perutku.

Futsal Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang