finally

5.7K 478 3
                                    

TAMA

"Ayah takut kehilangan Sheila ya?"

Gue reflek menatap Tante Ajeng dan Om Heru bergantian mendengar pertanyaan itu. Mungkin kami para lelaki memang sebagian besar diciptakan seperti itu ya, terlihat kuat di luar karena akan menanggung beban sebagai kepala keluarga. Padahal ada kalanya kami rapuh, tetapi terpaksa menekan emosi ini jauh ke dalam supaya tetap bisa menjadi tempat bersandar bagi yang lain.

"Om... Tama janji, Tama nggak akan pernah mengambil Sheila dari Om. Kalau Om tahu, satu hal yang kami selalu tekankan dari awal, jangan sampai hubungan ini justru menjauhkan kami dari keluarga masing-masing..., sampai kapanpun Sheila akan tetap jadi anak Om dan Tante..., dan nggak akan ada yang bisa mengubah itu...," tutur gue dengan tegas. Gila, gue nanti kalau punya anak perempuan mungkin akan seprotektif ini juga kali ya?

"Ayah lupa ya... waktu Sheila ngilang, ngumpet di apartemennya, Tama lho yang malah ngumpulin kita di sana..., aku yakin kok, Tama bisa jagain Sheila dengan baik..., iya kan, Bun?" ujar Rio memberikan dukungan.

Dari sudut mata gue bisa melihat Tante Ajeng mengangguk pelan dan tersenyum. Kami lalu terdiam cukup lama. Om Heru terlihat memikirkan sesuatu sambil memperhatikan semua yang ada di ruangan ini satu per satu. Tangan gue tiba-tiba basah, rupanya permaisuri gue udah nggak mampu lagi menahan air matanya. Gue meliriknya sekilas lalu mengeratkan genggaman tangan gue. Rio yang juga menangkap keadaan ini mulai mengelus punggung adiknya.

Sambil menatap gue dan Sheila, Om Heru menghela nafas panjang, "Kalau kalian udah yakin banget begini... Ayah bisa bilang apa? Om tunggu kedatangan keluarga kamu ke sini... Tama... Om titip jagain Sheila ya...,"

Gue membalas tatapan Om Heru dengan senyuman dan anggukan mantap, "Pasti, Om..., pasti...,"

***

SHEILA

Tama baru saja pamit pulang beberapa saat yang lalu. Padahal Ayah sudah menawarkan aku untuk ikut pulang ke apartemen bersama Tama, tapi justru Tama yang menolaknya. Dia justru memberikan aku ruang seluas-luasnya untuk menghabiskan waktu dengan keluargaku. Selalu begitu.

"Anak Ayah malem-malem sendirian di teras ngapain?"

Aku tersentak dan refleks menoleh ke belakang, "Eh Ayah... lagi enak aja udaranya, Yah...,"

"Ternyata anak Ayah sudah dewasa ya... sudah bisa menentukan pilihannya sendiri...," tutur Ayah berdiri di sisiku sambil mengelus rambutku.

"Thank you, Ayah...," ucapku tulus sambil mendongak menatapnya dan memeluk pinggangnya erat.

"Maafin Ayah ya, Nak... harusnya Ayah memang nggak perlu meragukan keseriusan Tama. Dari awal kenal dia Ayah tau, Tama anak yang baik. Kamu pasti sayang sekali sama dia ya, Nak? Rasa-rasanya jarang sekali Ayah lihat kamu sampai seperti ini sama pacar kamu sebelumnya...," tutur Ayah tanpa mengubah posisi kami.

Aku mengangguk pelan, "Tapi tetap lebih sayang sama Ayah...,"

"Ini apa sih malem-malem peluk-pelukan di teras? Aku ikutan dong...," ucap Mas Rio yang baru saja turun dari mobilnya setelah mengantar Mbak Lola pulang.

Aku melepaskan satu tanganku yang masih memeluk Ayah lalu berdiri, "Sini, Mas...,"

"Bunda, Chika, mau ikut pelukan nggak?" seru Mas Rio ke dalam rumah sebelum menyambut pelukanku. Akhirnya kami berlima berpelukan di teras rumah. Ayah sudah seharusnya tidak perlu takut, jelas aku tidak akan pernah mau kehilangan kehangatan yang kurasakan saat ini. Pada akhirnya, mereka adalah orang yang akan selalu menjadi tempat bernaung yang paling nyaman, ditambah Tama tentunya.

TAMA

Gue baru saja mematikan mesin mobil di halaman rumah, saat pintu depan terbuka dari dalam, dan Ibu berdiri di sana dengan senyumannya.

"Tumben kamu ke sininya sore, Le...," ujar Ibu saat gue mencium tangan dan memeluknya erat.

"Aku ke rumah Sheila dulu, Bu... Bapak mana?" tanya gue sambil mengedarkan pandangan.

"Lha kok nggak diajak ke sini sekalian? Bapakmu di gazebo belakang seperti biasa, ke sana duluan gih, nanti Ibu susul...," titah Ibu kemudian.

Gue menurut dan berjalan ke halaman belakang. Benar, Bapak sedang duduk santai di gazebo sambil membaca buku yang dari judulnya sepertinya membahas tentang performance management. Gue udah cerita belum ya, Bapak memang bekerja sebagai Manager Human Capital di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang tambang. Makanya dulu waktu Sheila masih sering main ke sini, mereka berdua sering diskusi masalah-masalah ke-HR-an gitu, Sheila yang banyak tanya biasanya. Hebat ya dia, sama Bapak bisa nyambung urusan kerjaan, sama kakak gue bisa nyambung urusan anak, dan kayaknya akan nyambung juga urusan dapur sama Ibu. Jadi makin sayang. Eh.

"Serius banget bacanya, Pak...," ujar gue sambil duduk di dekat Bapak.

"Eh, kamu, Le..., kok sendirian? Sheila mana?" tanya Bapak mencari keberadaan Sheila di belakang gue.

"Iya tuh, Pak... Tama habis dari rumah Sheila katanya, ya kok ndak diajak sekalian ke sini... wis suwe lho kamu ndak ngajak dia ke sini... kalian baik-baik aja tapi kan?" celoteh Ibu yang baru saja datang membawa secangkir teh hangat untuk gue dan setoples cemilan.

"Sekarang sih alhamdulillah udah baik-baik aja, Bu, tapi sebelum hari ini aja Tama nggak yakin bisa lanjut sama Sheila atau nggak...," gue lalu menceritakan masalah di keluarga Sheila, yang muncul tidak lama setelah Tiara mengacak-acak hubungan gue.

"Kalian sudah yakin sekali satu sama lain ya, Le...," komentar Bapak setelah mendengar cerita gue.

Gue mengerutkan kening lalu tertawa pelan, "Kata-kata Bapak mirip sama ucapan Ayahnya Sheila tadi... Insya Allah kami yakin, Pak...,"

"Sabar ya, Le... satu-satu diberesin... kasih tau kapan kamu mau Bapak sama Ibu ketemu orang tuanya Sheila...," ujar Ibu sambil menepuk-nepuk punggung gue pelan.

"Pastilah, Bu... doain semuanya lancar dan nggak ada hambatan lagi ya...," pinta gue tulus.

"Awalnya Ibu pikir, kamu paling cepat akan menikah di antara umur 30 sampai 35 lho, Le... yang sampai harus dijodohkan dulu begitu...," ujar Ibu lagi, diikuti suara tawa dari keduanya.

"Segitunya banget, Bu? Ya aku ga mau kelamaan juga kali nikahnya kalau udah ketemu yang pas...,"

Futsal Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang