1

11.2K 241 9
                                    

"Mas!!!Bangun!!!"

Setidaknya suara itu cukup membuat ketiga laki-laki yang tertidur pulas di kamarnya masing-masing langsung berdiri dengan tegap meski matanya setengah terbuka.

Mereka cukup tahu apa yang akan terjadi jika suara itu melengking dengan kerasnya di pagi hari yang cerah.

"Mas Eri... bangun dong!Udah jam setengah tujuh,aku bisa telat nih."

Cewek itu menggoyangkan tubuh Eri yang masih berdiri dengan mata tertutup. Laki-laki itu tak bergeming. Ia hanya mengangguk pelan lantas berjalan menuju kamar mandi dengan setelan baju tidur berwarna navy yang masih melekat di tubuhnya.

Cassia Aretha Dananjaya atau akrab disapa Cas itu bisa menduga jika Eri,kakak tertuanya tidak akan mengantarkannya ke sekolah mengingat kemarin Eri pulang menjelang subuh karena sibuk di coffee shop dan dugem bentar.

Langkah Cassia selanjutnya menuju kamar kakak keduanya,Ecto. Tanpa mengetuk pintu atau ritual lainnya,Cassia langsung mendobrak pintu kamar Ecto bak petugas densus 86 yang menggrebek pelaku usaha remang-remang.

Ecto yang tadinya bangun malah tertidur lagi. Bukan di ranjang yang empuk, melainkan tidur di atas karpet bulu-bulu berwarna cream dengan mulut mangap khas Ecto saat tertidur.

"Malika item!Jangan ngorok gini!Aku telat nih."

Cassia terus mengomel sedangkan Ecto hanya manggut-manggut absurd tanpa membuka matanya. Karena terlalu kesal,Cassia akhirnya menginjak kaki Ecto hingga membuat cowok itu berteriak kesakitan dan membuka matanya secara spontan.

"Apa sih dek?Mas gantengmu ini ngantuk banget tau."

"Ih,mau nganterin aku nggak?"

"Sama Eqi aja ya,kan satu sekolahan sama kamu. Mas mau bobo dulu,semalem abis push rank."

Cassia memutar bola matanya dengan malas melihat Ecto yang kembali tidur dengan nyamannya meski hanya di karpet bulu-bulu. Ecto tipikal makhluk pelor alias nempel molor. Dia bisa tidur dimana saja. Di kamar, ruang tamu,kampus,perpus, taman, lapangan futsal sampai tidur sambil berak pun dia bisa.

Cassia tidak akan berharap banyak pada Ecto yang kini sudah terbawa arus mimpi. Satu-satunya harapannya tinggal Eqi. Kakak termuda dan terrrrrr pokoknya.

Ia segera keluar dari kamar Ecto yang luar biasa berantakan seperti bekas gusuran Satpol-PP.

Seperti biasa, tanpa mengetuk pintu, Cassia masuk dan melihat Eqi sudah rapi dan asyik memasang dasi. Cowok yang terpaut usia satu tahun dengannya itu sudah bersiap-siap sejak jeritan pertama Cassia melengking.

"Mas..."

"I know. Tunggu bentar,belum pake pomade."

Cassia mengangguk mengerti. Ia memutuskan untuk duduk menunggu Eqi yang mengoles pomade berwarna merah bening ke rambutnya.

Ia selalu berpenampilan rapi sama seperti keadaan kamarnya. Kalau boleh bilang,kamar Eqi adalah kamar ternyaman setelah kamar Cassia sendiri.

Ruangan berukuran 4 x 5 meter yang didominasi warna putih salju,warna kesukaan Eqi itu benar-benar definisi kamar ternyaman. Bagaimana tidak?Eqi selalu menyetel AC dengan suhu 18°celcius,tetap seperti itu baik siang maupun malam. Jadi bisa dibayangkan betapa sejuknya kamar yang dipenuhi oleh tanaman kaktus dan sukulen dalam pot kecil. Selain itu, Eqi juga menyediakan snack dan kawan-kawannya. Ini diperlukan saat kakak maupun adiknya ingin mengerjakan tugas dengan nyaman.

My Possessive BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang