Sidestory Edwin-Karina

236 19 1
                                    

Bagi Karina,mas-mas Cina yang ulala beibeh it's everything. Cowok itu namanya Chris. Panjangnya Christiano Ronaldo. Nggak deng,bercanda. Nama panjangnya Christian Amabas. Ganteng,tinggi,tajir dan so sweet sebelum selingkuh.

Hell,cowok ganteng kalo nggak brengsek ya gay.

Si Cina juga gitu. Mereka putus dan bikin Karina down berhari-hari. Moodnya yang biasanya selalu baik malah anjlok. Selama hampir dua minggu, Karina jarang senyum. Jualan tetap jalan,tapi tidak dengan senyuman tulus. Mungkin hal itu yang membuat Edwin sedikit--hmm rindu?

Edwin Bimantara. Dia teman sekelas Eqi dan juga Karina. Ia dan Karina ibarat air dan minyak,tidak bisa bersatu.

"Oh jelas,gue sama lo kayak air dan minyak!"teriak Karina kapan hari saat Edwin meledeknya habis-habisan gara-gara insiden putusnya cewek itu. Mood Karina kala itu sedang jelek-jeleknya,jadi ia bisa lebih garang.

"Ah,masa. Lo nggak pernah makan Indomie ya?Indomie kuah itu perpaduan air dan minyak yang sempurna."

Karina kehabisan kata-katanya untuk menyanggah ucapan Edwin. Dia memilih untuk pergi meninggalkan cowok itu yang masih menertawainya bersama semua teman sekelas. Ya gimana teman sekelas nggak tau putusnya Karina dan mas Cina,orang mereka putus di depan sekolah.

Tiap hari Karina selalu menyombongkan diri karena punya pacar sekeren mas Cina. Tentu,hal itu ia lakukan supaya Edwin kesal. Alasannya?Dulu Karina pernah confessing tapi ditolak sama Edwin dengan dalih ingin fokus belajar.

Fokus belajar tai, orang tiap hari kerjaannya ngopi atau main PUBG sama kakak Eqi, Ecto.

Namun bagaimanapun, Edwin tetap peduli sama Karina. Alasan dia nolak Karina karena--well,mereka itu beda jauh dalam hal tinggi badan. Sudah cukup orang-orang mengejek Edwin dengan sebutan cebol atau bantet. Kalau ia berdiri di samping Karina, bisa-bisa ia menjadi seperti Smurfs. Oke,secara fakta,cowok lebih suka cewek yang lebih pendek darinya. Alasannya emang sepele,tapi bikin Edwin galau terus-terusan.

Saat Edwin tahu Karina putus dari mas Cina, perasaannya persis seperti permen nano-nano. Disisi lain dia senang karena akhirnya Karina tidak bisa sombong,sedihnya karena Karina cemberut dan lebih sensitif. Karina bawel memang menyeramkan,tapi Karina sensitif?Duh,rasanya bernafas aja salah kayak pagi itu.

Edwin datang agak siangan,jadi nggak bisa piket kelas. Sialnya,jadwal piketnya sama dengan Karina. Alhasil cewek itu marah-marah hingga memicu goncangan jagat raya.

"Muatamu ndak ndelok tah,cok?Kaet tak sapu,mbok rusuhi maneh?Matamu nyang ndi?"Itu teriakan Karina yang melebihi 6 oktaf karena Edwin menginjak lantai yang baru saja ia sapu. Harusnya tidak apa-apa kalau sepatu Edwin tidak menginjak kubangan sialan itu saat berangkat sekolah.

"Nggak usah nge-gas,bisa kan?"

"ORA ISO!AWAKMU NDAK ONO PENGGAWEAN,TEKO AWAN,KOYOK ASU."

"Gue minta maaf,tapi lo nggak harus marah-marah kayak gini kan?Oh, gue tau. Karena lo baru putus dari pacar lo?Lo kesel ya kesel aja,tapi nggak usah bawa orang lain. Childish tau!"bentak Edwin yang membuat Karina sakit hati. Cewek itu melemparkan sapunya kearah Edwin dan keluar dari kelas. Dimas dan Eqi hanya menatap Edwin dengan tatapan yang seolah-olah berkata "Parah lo,Ed. Karina pasti ngambek berat."

Edwin mengembuskan nafas kasar dan mengacak rambutnya yang tidak pernah rapi. Mungkin--ia tadi sedikit kasar pada Karina,tapi cewek itu juga berkata kasar. Iya,slogan cewek selalu benar harus ia junjung tinggi-tinggi karena Edwin langsung mengejar langkah Karina.

***
"Sorry."

Edwin berhasil menemukan Karina yang duduk di bangku yang letaknya di bawah pohon. Biasanya sih buat ngeliat pertandingan sepak bola atau sekedar duduk-duduk cantik buat cewek-cewek yang malas olahraga.

Karina duduk sendirian dengan tatapan kosong. Matanya berkaca-kaca tapi ia tidak menangis. Pantang bagi cewek ter-famous di sekolah untuk menangis.

"Sorry,gue nggak maksud bentak lo tadi."

"Lo udah lakuin. Nggak usah minta maaf,gue yang salah."

Mendengar jawaban dari Karina, justru membuat Edwin merasa bersalah. Ia benci perasaan seperti ini. Edwin yang egois jarang merasa bersalah, tapi saat ini ia sangat merasakan bagaimana ucapannya tadi menyakiti Karina.

"Gue nggak bermaksud gitu. Tadi lo terlalu kasar,jadi..."

"I know,gue yang minta maaf."Karina beranjak dari tempat duduknya sebelum Edwin menyerukan namanya pelan.

"Gue yang harusnya minta maaf. Salah gue banyak. Waktu itu,gue udah menolak lo dengan banyak alasan."

Karina berhenti sejenak namun ia tidak punya niatan sedikitpun untuk menoleh. Jika diingat-ingat lagi, waktu itu Edwin sangat menyebalkan hingga membuat Karina ingin sekali mengiriminya santet online, sayangnya nggak jadi.

"Sebenarnya...gue juga suka sama lo,Kar."
.
.
Note:Malem gaes,sengaja sidestory gue bikin dikit soalnya ntar mau up chapter selanjutnya.

Btw kalian jaga kesehatan ya gaes. Jangan keluar rumah kalo nggak penting banget. Sehat untuk kita semua. Lop u

Ciao

Ngajak makan,ternyata sibuk hp-an

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ngajak makan,ternyata sibuk hp-an

Karena si doi sibuk hp-an,mbak Karina bobo aja njay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena si doi sibuk hp-an,mbak Karina bobo aja njay

My Possessive BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang