21

396 36 3
                                        

Apa yang lebih Cassia benci ketimbang Eqi yang ijin pulang terlebih dulu dan melupakan dirinya yang masih berada di sekolah?

Mengharap akan kehadiran Eri,rasanya percuma saja.Cowok itu sudah bilang jika ia akan pulang tengah malam setelah mengurus coffee shop seperti biasanya,lagipula sekarang ada perempuan lain yang lebih ia perhatikan.

Mengharap Ecto pun sama halnya dengan pungguk yang merindukan bulan.Ecto sedang mengerjakan proposal untuk kegiatan mendakinya bulan depan,ditambah beberapa rapat organisasi yang mengharuskannya pulang larut membuat Ecto tak henti-hentinya meminta maaf.

Para kakak Cassia sebenarnya ingin memberitahu papi supaya laki-laki itu yang menjemput Cassia,namun Cassia menolak dengan alasan ada tugas kelompok di rumah Jeje.Tentu saja itu adalah kebohongan besar dalam sejarah hidup Cassia.

Memang,Cassia benci kakak-kakaknya tidak bisa mengantarnya pulang,tapi hei lihat sisi positifnya. Ia bisa mendekati Jason,bukan begitu teman-teman?

Jason tidak langsung pulang.Ada latihan band selama satu jam,meskipun tanpa kehadiran Eqi,latihan harus tetap jalan. Cassia pun demikian,latihan cover dance selama satu jam penuh dan membuat kakinya pegal-pegal.

Renita tidak datang hari ini,katanya sakit.Hm,Cassia jadi menduga alasan Eri tidak menjemputnya karena Renita sakit.Huh,dasar egois.

Cassia kini berdiri di depan ruang ekskul musik demi menunggu sang pujaan hati yang akan menyelesaikan latihannya lima menit lagi.Mereka nampak sedikit frustasi karena ketidakhadiran Eqi,tapi ya mau gimana lagi?Namanya juga orang sakit.

Jason keluar dengan wajah tertekuk ingin marah sementara Cassia menatapnya dengan senyuman lebar.

"Nggak usah senyum kayak gitu,ngeri."

Jason melewati Cassia begitu saja dan membuat cewek itu cemberut.Bisa-bisanya Jason mengatakan kalau senyuman Cassia mengerikan.Hell,senyuman Cassia itu ibarat bunga sakura yang sedang mekar- mekarnya.

"Neb.."

"Nggak usah nebeng,gue nggak bawa motor."sahut Jason cepat.

"Anjrit. Terus gimana?"

"Ya gimana lo,gue nggak gimana-gimana."

Nah kan, Jason memang menyebalkan tapi Cassia cinta.

Jadi pengen menyentil ginjalnya deh.

"Masa aku pulang jalan kaki."

"Lah bukan urusan gue. Jangan ganggu gue,oke."

Jason melangkahkan kakinya menuju halte dekat sekolah. Jaraknya tidak terlalu jauh, mungkin sekitar 20 meter. Disana banyak penumpang yang menunggu kedatangan bis.

Harus Cassia akui,ia suka menaiki kendaraan umum. Baginya,ia bisa melihat banyak karakteristik orang-orang yang unik. Oh,jangan lupa kalau naiknya sekarang sama Jason.

"Ngapain lo?"

Cassia nyengir,"Naik bis,lah. Masa mau beli tiket pesawat."

"Nggak harus ngikutin gue kan?"

"Satu-satunya orang yang aku kenal cuma mas Jason. Lagian aku nggak ngerepotin kok,aku bayar sendiri. Nih."

Cassia menunjukkan selembar uang sepuluh ribuannya. Agak aneh jika anak konglomerat punya uang pecahan yang kecil dan mau menaiki bis umum,tapi sudahlah. Jason sedang malas berdebat. Ada jadwal manggung yang menunggunya.

***
"Ya ampun,mas Jason ngajak aku pulang apa nikah sih?"

Tadi Jason turun di halte yang berjarak 100 meter dari tempatnya manggung. Ada sebuah acara pernikahan disana. Tadi sih Manuel mengirim shareloc ke tempat ini. Manuel juga bilang jika mereka manggung di...

My Possessive BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang