Dari sekian banyaknya masalah Eri,bisa jadi ini yang tersulit setelah ia membuka sebuah coffee shop di dekat kampus.
24/7 coffee nama coffee shop yang Eri dirikan. Dalam kurun waktu dua bulan,ia berhasil memikat hati para milenial karena kualitas dan keunikan 24/7.
Masalahnya datang ketika para konsumen berbondong-bondong meminta Eri menyiapkan semacam camilan di coffee shop itu. Eri sendiri tidak begitu tertarik dalam dunia kuliner. Ia hanya tertarik pada biji-biji kopi yang harum baunya.
Untuk masalah ini, Eri harus berunding dengan kedua temannya, Baskara dan Leo. Mereka sepakat untuk membuat menu pastry di coffee shop dengan mendatangkan seorang pâtissière kenalan Baskara.
Kata Bas, namanya Renita. Dia ahli dalam bidang pastry dan sudah menggelutinya selama dua tahun penuh. Eri berharap jika hasil karya Renita nantinya bisa memuaskan pelanggannya yang haus akan makanan pendamping kopi.
Seperti biasa,hari ini setelah tadi gagal mengantar Cassia dan berakhir Eri yang ngotot diantar ke 24/7 oleh papi, akhirnya Eri sibuk dengan grinder dan biji-biji kopi yang membuat aroma coffee shop itu sangat khas.
Baskara masih belum datang. Dia bilang akan menjemput Renita yang datang dari Bandung hanya untuk memenuhi panggilan temannya itu. Eri tidak paham seberapa dekat Baskara dan Renita, yang jelas Renita menerima tawaran Baskara untuk bekerja di coffee shop Eri sebagai pastry chef.
Leo sendiri masih asyik melayani pelanggan yang mulai ramai. Mereka masih sering bertanya,menu pendamping apa yang sekiranya akan dipilih si pemilik coffee shop untuk mendampingi seduhan kopi hangat itu.
Leo hanya tersenyum manis sembari melirik Eri yang fokus pada kopinya.
"Er, kayaknya ini bakalan hype banget deh kalo mereka tahu makanan pendampingnya itu pastry. Tau nggak,waktu gue bikin kuisioner,80 persen pelanggan kita milih pastry sebagai camilannya. Tepat banget kan pilihan kita. Apalagi,gue denger Renita itu lulusan William Angliss Institute di Aussie. Wadidaw kan?"
Eri mengangguk sebagai tanda menanggapi cerita Leo tentang Renita yang luar biasa. Namun ada tanda tanya yang terbesit di kepala Eri. Apa tujuan pastry chef seperti Renita mau bekerja di coffee shop kecil miliknya?
Bahkan Renita bisa saja ikut MasterChef Indonesia yang dibuka tahun ini. Lantas kenapa Renita memilih coffee shop yang baru buka sebagai jalan karirnya?
"Really? Kayaknya gue harus coba deh."
"Bener-bener harus. Kopi buatan makhluk berkayu itu enak banget."
Samar-samar Eri mendengar suara Bas dan juga seorang perempuan yang bisa ia tebak adalah Renita.
Benar saja,Bas dan Renita langsung duduk di meja bar dimana Eri sibuk membuat kopi untuk pelanggan.
Perempuan berkacamata bulat itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya pad Eri.
"Renita Atmarini. Panggil aja Ren. Salam kenal."
"Hyperion Cetta Dananjaya. Eri."
Renita menganggukkan kepalanya lalu melepaskan jabatan tangannya yang sukses membuat Baskara dan Leo berdeham keras.
"Hyperion dewa cahaya atau kayu raksasa?"
"Maksudnya?"
"Arti nama lo. Hmm...gue pikir dua-duanya."
Renita tertawa kecil dan membuat Eri sedikit tersipu. Baru kali ini ada orang yang paham arti namanya selain mami dan papi. Adik-adiknya saja menyangka jika mami habis menonton film barat, makanya memberinya nama Hyperion.
First impression yang Eri dapat dalam diri Renita adalah cewek itu sangat asyik diajak mengobrol sesuatu yang receh dan sepele. Eri bahkan tidak pernah menemukan cewek se-humble Renita. Dia mudah akrab dengan orang lain. Ditambah senyuman Renita bisa menjadi candu bagi yang melihatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Brothers
Teen FictionPernah nggak sih kalian mengkhayal pengen punya kakak laki-laki?Banyak yang bilang punya kakak laki-laki itu enak,tapi hal itu nggak berlaku sama Cassia. Dia bukan hanya punya satu kakak laki-laki, tapi tiga dan tiga-tiganya bener-bener bikin Cassia...