"Ayo,kowe jelasno nyang mami. Opo'o kowe tego nyang masmu?"( Ayo,kamu jelaskan sama mami. Kenapa tega sama masmu?)
Cassia duduk di ruang sidang keluarga Dananjaya. Ruangan ini luasnya 4x4 meter. Di dalamnya terdapat kursi kecil yang diletakkan di tengah-tengah kursi besar yang melingkar. Kursi kecil itu gunanya untuk salah satu anggota yang bersalah dan harus diinterogasi. Ini ruangan yang sama saat menginterogasi Renita,Gi,Jeje,dan Jason.
Biasanya ruangan ini digunakan untuk tempat berceramah papi pada Eri yang sering pulang malam atau ketahuan mabuk,untuk Ecto yang sering bolos sekolah,untuk Eqi yang sangat boros atau Cassia yang nilainya turun.
Namun hari ini materi pembahasannya berbeda. Hampir 10 menit Cassia duduk di kursi panas dengan dijejali beberapa pertanyaan dari mami dan papi,juga kesaksian kakak-kakaknya. Cassia tidak tahu lagi se-absurd apa keluarganya dimata orang lain. Papi memang kaya tapi otaknya cuma dipakai setengah, makanya dia bisa memunculkan ide aneh begini.
"Mi,demi apapun. Aku nggak ada niatan jalan sama Jason. Ini murni nggak sengaja ketemu,terus..."
"Nduk,ndak masalah lek kowe mlaku karo Jason seng penting konfirmasi dhisik."( Nak,nggak masalah kalau kamu jalan sama Jason, yang penting konfirmasi dulu)
"Papi!Mana boleh gitu!"
Ketiga kakaknya bereaksi keras karena papi tidak marah. Hal ini tentu berbanding dengan perasaan tiga saudara itu. Padahal mereka ingin sekali jika papi mengeluarkan maklumat yang isinya Cassia harus menjauhi Jason,tapi hal itu tak bisa berlaku jika papi meluluh.
"Boleh, kenapa nggak boleh?"
"Pi,aku sebagai ketua perserikatan anak-anak Dananjaya menolak jika papi ngasih ijin Jason deketin Cassia, tepatnya Cassia deket sama Jason. Papi nggak tau kan aslinya Jason gimana?"Eri berdiri sambil mengutarakan isi hatinya.
Bagi Cassia ini terlalu rumit. Ia bahkan tidak tahu apa Jason mulai menyukainya dan keluarganya bertindak seolah-olah Cassia dan Jason akan menikah esok hari.
"Terus,arep opo kowe?"( Terus mau apa kamu?)
Eri memberikan sebuah kertas putih yang berisikan beberapa peraturan untuk Cassia. Ia sudah merundingkan hal ini dengan kedua saudaranya setengah jam sebelum sidang ini dimulai. Memang terkesan tergesa-gesa,namun isinya membuat Eri yakin jika papi akan menyetujuinya.
Papi mengelus dagunya sambil membaca isi kertas itu.
"Hmm...boleh dipertimbangkan."
"Bukan dipertimbangkan lagi,tapi disetujui."sahut Ecto yang dijawab anggukan oleh Eri dan Eqi.
Papi mengangguk lalu membaca isi peraturan itu. Rasanya Cassia dibawa kembali ke jaman penjajahan Jepang. Bisa-bisanya ketiga kakaknya membuat peraturan untuknya.
"Satu,setiap berangkat dan pulang sekolah, Cassia harus bersama salah satu dari ketiga kakaknya.
Kedua, Cassia akan dijaga oleh Eri saat di rumah,di luar akan dijaga Ecto dan di sekolah akan dijaga Eqi.
Ketiga,jarak minimum Cassia dan Jason satu meter,lebih dari itu Jason akan dikenai hukuman.
Keempat, Cassia tidak boleh keluar setelah jam sembilan malam kecuali bersama salah satu dari ketiga kakaknya.
Kelima,tidak ada kata pacaran."
"Pi,itu nggak adil. Kalian jahat banget sih!"
Namun protesan Cassia sia-sia saat papi menandatangani peraturan itu. Sungguh, Cassia ingin mengunyah ketiga kakaknya hidup-hidup.
***
Angin malam berhembus semilir ditambah dengan bulan yang memancarkan sinarnya.Jason menghembuskan nafasnya dengan santai sembari bermain skateboard kesayangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Brothers
Ficção AdolescentePernah nggak sih kalian mengkhayal pengen punya kakak laki-laki?Banyak yang bilang punya kakak laki-laki itu enak,tapi hal itu nggak berlaku sama Cassia. Dia bukan hanya punya satu kakak laki-laki, tapi tiga dan tiga-tiganya bener-bener bikin Cassia...