29

347 22 3
                                    

Sidang yang Jason jalani bukanlah sidang seperti pelanggar hukum yang sebenarnya. Entah kenapa,ketiga laki-laki itu menyebutnya sidang. Ya mungkin karena ruangan milik keluarga Dananjaya itu ditata persis seperti suasana sidang.

Ada meja panjang di bagian depan,dilengkapi kursi kayu khas hakim.

Di depan meja itu,ada kursi yang mereka bilang tempat terdakwa dan juga pengacara. Disisi lain ada kursi milik penggugat. Jason jadi penasaran, darimana ide itu berasal?Sungguh tidak masuk akal.

Jason mengira yang berperan menjadi hakim adalah papi Cassia. Nyatanya ia salah besar. Kata Eqi, papi anak-anak Dananjaya sedang ke Swedish, mami ke Malang untuk mengurus perkebunan apel yang akan mendirikan pabrik keripik dan cuka apel.

Mereka memang setajir itu.

Oke, lupakan soal mami-papi Cassia. Kita fokus pada sidang ala kadarnya ini. Eri sebagai hakim, Eqi dan Ecto sebagai penggugat,Edwin sebagai saksi dan Dimas sebagai pengacara dari Jason. Sumpah, rasanya Jason hanya diajak bermain hakim-hakiman oleh sekelompok anak TK yang berimajinasi tinggi.

Tapi usia mereka sudah cukup dewasa untuk bermain roleplay hakim-hakiman.

"Baiklah saudara-saudara. Saya akan memulai jalannya sidang. Nama saya Hyperion Cetta Dananjaya sebagai hakim agung yang akan memimpin sidang kasus penipuan..."

"Wait, ini apa-apaan sih? Penipuan?Gue bukan Dimas Kanjeng atau agen first travel ya!Gue nggak nipu kayak gitu."

Eri langsung beranjak dari duduknya dan menunjuk Jason,"Terdakwa mohon mingkem dulu,belum waktunya pembelaan."

"Saya akan memimpin sidang kasus penipuan berkedok belanja buku di toko buku yang ternyata pergi ke bioskop untuk nonton Milea. Kepada saksi,bisa memberikan penjelasannya."lanjut Eri dengan balutan pakaian serba hitam.

Jason menatap Edwin dalam-dalam. Seingatnya,ia tidak melihat Edwin ada di TKP. Bagaimana bisa cowok itu menjadi saksi?Drama macam apa ini?

"Kronologinya begini,hakim. Saya waktu itu nonton Milea di bioskop di salah satu mall. Waktu itu saya kebelet pipis dan nggak sengaja ketemu terdakwa di kamar mandi. Karena saya kepo,saya ikutin dia. Tau-tau,dia sama Cassia mau nonton film. Nah,yang jadi sumber masalah,menurut penggugat,terdakwa meminta ijin untuk membeli buku..."

"BUKAN GUE WOY!"Jason kesal hingga ia berdiri dari tempat duduknya. Buru-buru Dimas menahan Jason agar tidak menyerang Edwin.

"Tolong ya, cangkemmu mingkem dhisik. Sidang woy,sidang!"(Tolong ya,mulutmu diem dulu)

"Sidang tai. Gue mulu yang salah."

"Yang namanya terdakwa kan salah. Shut up atau langsung gue hukum fisik?"ancam Eri yang membuat Jason enggan berdiri lagi. Sebenarnya Jason tidak takut ancamannya,namun hari ini ia benar-benar lelah secara fisik. Malas rasanya jika tiga orang kurang akhlak ini memberinya hukuman yang aneh-aneh.

Oke,ia harus sedikit lebih sabar menghadapinya.

"Penggugat?Ada yang ingin dikatakan?"

Ecto berdiri dengan tegasnya,"Woh ya tentu,wahai hakim agung. Gue--saya sebagai penggugat terdakwa Jason Bramantya,merasa ini adalah kasus penipuan terkejam yang pernah saya temui."

"Main lo kurang jauh!Masih banyak kasus penipuan yang lebih merugikan daripada gue."

Ecto tidak terima dengan argumen Jason yang berakhir dengan adu statement.

"Maaf ya,gue--saya menggugat lo--anda karena ini merugikan kehormatan keluarga gue--saya. Lo--anda,shit. Gue ngomong informal aja ya!Gue nggak bisa sopan di depan makhluk jadi-jadian ini."

My Possessive BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang