Mami sedang berjalan mondar-mandir dengan wajah khawatir. Ia melirik arlojinya dengan cemas. Sudah setengah jam ia mondar-mandir kebingungan namun tak kunjung mendapat jalan keluar.
"Oalah,anakku seng siji opo'o toh?Aku kan dadi wedi."(Oalah,anakku yang satu ini kenapa sih?Aku kan jadi takut)
Mami mengetuk pintu kamar Eri yang terkunci rapat. Sejak pulang dari coffee shop tadi,wajah Eri sudah murung dan langsung masuk kamar tanpa mengucapkan sepatah katapun. Mami yang kebetulan tutup lebih awal, sedang asyik ghibah dengan pedagang sayur dan para tetangga mengenai drama Korea ter-anyar, The world of married.Ia sedikit terkejut melihat kedatangan anak sulungnya yang bermuka kusut seperti orang yang punya banyak utang. Takut jika anaknya benar-benar punya utang(well, sultan kan pantang ngutang), makanya mami langsung menyusul Eri masuk kedalam rumah setelah memborong banyak sayuran.
Cowok itu langsung masuk kamar dan menguncinya meskipun mami mengetuk pintunya beberapa kali dan meneriakinya nama Eri,namun Eri tidak menyahut sama sekali dan membuat mami risau.
"Nak,awakmu opo'o toh?Ono masalah tah?Opo duwe utang?"( Nak,kamu kenapa sih?Ada masalah?Apa punya utang?)
Eri masih tidak menjawab. Tidak ada suara apapun dalam kamar Eri dan membuat mami semakin khawatir.
"Hyperion,kamu kenapa sih?Cerita sama mami."
Eri akhirnya sedikit membuka pintu kamarnya. Kepalanya menyembul dari balik pintu dan menampilkan matanya yang memerah karena menangis. Diantara ketiga anaknya, Eri jarang sekali menangis karena papi selalu berkata jika seorang kakak tidak boleh menangis dan harus kuat karena harus menghibur adik-adiknya saat sedih. Makanya,jika Eri menangis--bisa jadi masalahnya sangatlah berat dan membebani pikirannya.
Selama ini Eri selalu menjalani hidupnya dengan santai dan nyaman. Ia tidak terlalu peduli dengan masalah yang ia hadapi karena ia yakin pada dirinya sendiri-dia pasti bisa menghadapi semuanya. Namun hari ini ia salah. Untuk masalah cinta yang sepele ini, Eri angkat tangan.
Eri kecewa pada Renita dan mungkin sebaliknya, Renita kecewa padanya hingga memutuskan keluar dari 24/7. Memang cewek nggak cuma Renita,tapi dia sayangnya sama Renita. Cewek itu membawa perubahan besar dalam diri Eri. Ia yang biasanya malas bangun pagi,jadi rajin bangun pagi dan langsung berolahraga mengelilingi kompleks. Renita juga berhasil membuat Eri jarang dugem kayak dulu.
Mendengar Renita mengundurkan diri,membuat Eri benar-benar terluka. Ia marah pada Renita yang terlalu dekat dengan Reyhan,namun disisi lain ia tidak bisa membiarkan Renita pergi begitu saja. Renita sudah menjadi bagian dari hidupnya.
"Er?"
"Mi..."
Mami langsung memeluk Eri. Seketika itu,Eri langsung menumpahkan semua air matanya pada mami. Mami berusaha menenangkan Eri. Mereka duduk di sofa di kamar Eri. Perempuan itu mengelus punggung Eri pelan supaya cowok itu sedikit tenang.
"Nak,ono opo toh?Mami khawatir lek awakmu koyok ngene."( Nak,ada apa sih?Mami khawatir kalau kamu kayak gini)
"Mi... Eri jahat,mi."
Mami terkejut,"Jahat piye?"
"Renita,mi. Dia...resign dari coffee shop gara-gara Eri,mi."jawabnya agak sesegukan. Mami mengangguk mengerti sementara tangannya tak berhenti mengelus rambut hitam Eri. Eri terlalu nyaman berada di pelukan mami hingga ia melupakan rasa gengsi seorang cowok untuk menangis.
"Hmm...pasti kamu bikin dia sedih ya?"
Eri mengangguk lagi.
"Kalau gitu,ayo minta maaf."
"Mi,dia dulu yang mulai. Oke, mungkin Eri juga salah. Tapi kalau dia nggak melakukan kesalahan yang sama berulang kali, Eri nggak akan marah-marah,mi."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Brothers
Teen FictionPernah nggak sih kalian mengkhayal pengen punya kakak laki-laki?Banyak yang bilang punya kakak laki-laki itu enak,tapi hal itu nggak berlaku sama Cassia. Dia bukan hanya punya satu kakak laki-laki, tapi tiga dan tiga-tiganya bener-bener bikin Cassia...