Eri sedikit bimbang serta khawatir mengingat Renita tidak kunjung datang ke coffee shop. Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang. Harusnya Renita datang satu jam yang lalu. Eri jadi takut kalau-kalau Renita lagi jalan sama Reyhan,sang mantan yang bisa disebut pecewor alias perebut cewek orang. Anggap saja begitu karena Reyhan sering menyita waktu Renita. Cewek itu memang nggak keberatan, tapi Eri yang keberatan.
Sejak tadi ia hanya mondar-mandir hingga membuat yang lainnya bingung.
"Lo kenapa,Er?"tanya Leo akhirnya angkat bicara. Ia tidak tahan melihat Eri yang terus bergerak seperti detik jam.
"Hah?Nggak--nggak pa-pa kok."
"Alah,dia itu risau nggak ketemu pujaan hati."sahut Bas dari dapur dengan suara cukup keras.
Leo dan Ginting tertawa tertahan. Semua juga tahu jika Eri punya perasaan sama Renita, cuma cewek itu nggak peka atau mungkin pura-pura nggak peka. Jika dilihat-lihat,semua yang dilakukan Eri selama ini adalah bentuk pedekate dia sama Renita. Seringkali saat Bas menggoda Renita dan Eri, Renita hanya tersenyum biasa tanpa ekspresi malu-malu. Beda lagi dengan Eri,dia langsung salah tingkah dan langsung menyemprot Bas dengan ceramahan ala mamah Dedeh.
"Apa banget sih lo!"
"Paling Renita lagi jalan sama Reyhan. Akhir-akhir ini mereka sering hangout bareng loh."
Eri menatap Bas tajam. Cowok itu serupa kompor gas yang terus memanasi otaknya. Eri itu tipe cowok yang amarahnya gampang tersulut, meskipun juga cepat reda. Ia tidak suka jika apa--yang disebut miliknya disentuh orang lain. Sebut saja mami, Cassia atau bahkan Renita. Reyhan itu musuh terbesarnya dalam hal percintaan. Oke jika Renita menganggap Reyhan hanya teman,tapi bagaimana dengan cowok itu?Tidak ada yang menjamin jika Reyhan bersikap sama pada Renita.
Kepala Eri makin pusing saat melihat ada mobil berwarna putih parkir di depan coffee shopnya. Keluarlah Renita dari mobil itu dengan senyuman manis, sayangnya ada Reyhan yang berada di samping Renita. Eri tidak suka hal itu. Dia langsung berjalan keluar dari coffee shop dengan amarah yang meledak-ledak.
"Oh,seneng ya yang baru jalan-jalan!"Itu bukan pertanyaan,tapi sentakan.
Renita agak terkejut dengan nada bicara Eri. Selama ini,cowok itu selalu berkata lemah lembut dan tidak pernah membentaknya. Mendengar Eri mengatakan hal itu membuat Renita sedikit terhentak beberapa waktu.
"Maaf,Er. Gue tadi...."
"Lo disini kerja!Inget,Ren. Lo kerja sama gue. Lo harus tepat waktu. Lo gue pekerjakan disini bukan untuk leha-leha terus pacaran. Lo itu punya tanggung jawab!"
"Gue bisa jelasin,Er,tapi lo nggak usah nge-gas gini dong!"Renita ikut terpancing sementara Reyhan nampak bingung dengan keadaan ini. Ingin ia berkata,namun sorot mata tajam Eri membuatnya urung mengatakan sesuatu.
"Nggak usah nge-gas gimana?Lo udah sering nggak masuk,pulang duluan,datang telat. Kerjaan lo nggak pernah bener. Mau lo apa? Makan gaji buta?"
"ERI!Lo keterlaluan!"sentak Bas saat melihat mata Renita sudah berkaca-kaca. Bas juga tidak suka cara kerja Renita jika seperti ini,tapi ia tidak akan membiarkan Eri membentak seorang cewek dengan kata-kata kasar,terlebih Eri sendiri sebenarnya sayang sama Renita.
Eri menoleh dan langsung menyalak,"Keterlaluan apa?Apa pernah gue potong gaji kalian meski kalian sering nggak masuk?Nggak usah ikut campur lo,Bas. Jangan mentang-mentang Renita temen lo,lo bakal belain dia."
"GUE NGGAK BELAIN DIA!"
"KALO NGGAK BELAIN, TERUS APA?"
Eri hampir saja menghajar Bas kalau saja Leo dan Ginting tidak menahannya kuat-kuat. Beberapa pengunjung 24/7 menatap pertengkaran mereka diam-diam. Renita yang menjadi sumber masalah hanya bisa menahan tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Brothers
Fiksi RemajaPernah nggak sih kalian mengkhayal pengen punya kakak laki-laki?Banyak yang bilang punya kakak laki-laki itu enak,tapi hal itu nggak berlaku sama Cassia. Dia bukan hanya punya satu kakak laki-laki, tapi tiga dan tiga-tiganya bener-bener bikin Cassia...